happy reading!
•••••
"Majuan."Adria bengong, "Hah?"
"Muka lo," balas Alattas, setelah Alattas mengucapkan itu Adria memajukan badan dan wajahnya sedikit.
Alattas mengoleskan kapas yang sudah diberi betadine itu ke sudut bibir Adria yang terluka.
Mata Adria tak lepas mengamati wajah tampan Alattas. Alisnya yang tebal, matanya yang tajam dengan bola mata yang berwarna hazel, hidungnya yang mancung, bibir ranumnya yang tipis, rahangnya yang tegas, semua yang melekat pada dirinya nyaris sempurna.
Gumaman Alattas menyadarkan Adria dari lamunannya, "Kagum?" ucapnya seraya tersenyum tipis.
Adria merotasikan bola matanya lalu menatapnya jengah, "Iw! Najis!"
Lelaki yang masih memakai seragam sekolah dengan kancing kerang yang dibuka itu melanjutkan aksinya, mengoleskan alkohol pada sudut bibir Adria.
Adria memukul pelan lengan lelaki itu, "Sshh pelan pelan!" ringisnya.
Alattas menatap jengah wanita di hadapannya itu, "Lebay!"
Lelaki di hadapannya ini malah menekan luka di sudut bibirnya, sang empu hanya meringis. "Sshh sakit bego!"
"Lo niat ngobatin gak sih?!"
"Berisik," balas Alattas.
Setelah selesai mengolesi alkohol pada sudut bibir Adria, lelaki itu mengambil sebuah kompresan lalu menyodorkannya pada Adria. "Nih."
Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan wanita itu, lantas Alattas menjawab pertanyaan yang berada di pikirannya. "Buat pipi."
Adria mengambilnya, lalu mengompres pipinya yang lebam akibat Izakael tadi sore.
"Makasih," Adria tersenyum tipis.
"Hm."
"Lo udah di obatin?" tanya Adria.
Alattas memasukkan kapan dan alkohol pada kotak P3K, lalu mengangguk mendengar ucapan Adria. "Udah."
"Kenapa tadi?"
Adria mengernyit mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Alattas, "Hah?"
"Bisa sama Izakael," balas Alattas.
Wanita itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia paham, "Ohh."
"Gua telat pulang," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALATTAS
أدب المراهقينSiapa sih yang gak kenal Alattas Varelino Altenburg? Seorang yang di idola idolakan kaum hawa dan sangat disegani karena ia merupakan ketua dari geng Ballestrose. Namun karena prestasinya membuat keburukannya tertutupi. Adria Siena Halderman, peremp...