Guo x Delun (1)

34.1K 638 22
                                    

Ini requestan dari Ariezteea
Aku bikin beberapa part ya. Maaf kalau engga sesuai ekspetasi kamu












"Tabib Guo!" panggil permaisuri Jiao, wanita cantik dengan status istri sah raja itu berjalan
mendekati tabib kerajaan dengan langkah anggun.
Sedangkan tabib dengan tubuh gagah itu menoleh kearah ratu,

"ada yang bisa saya bantu
yang mulai?" tanyanya sopan.
Permaisuri Jiao tersenyum licik. Ia melambaikan tangannya seolah menyuruh Guo
mendekat.

"Pssstt"permaisuri Jiao membisikkan sesuatu ke tabib Guo.
Raut muka tabib Guo nampak terkejut, seolah tau tabib Guo hendak menyuarakan protes,
permaisuri Jiao membungkam mulutnya.

"Tidak ada protes apapun tabib, kau harus melakukannya jika kau masih ingin tinggal disini"
Tabib Guo menghela nafasnya saat permaisuri Jiao melepaskan bungkamannya.

"Baik
permaisuri" pasrah Guo.

"Jika dipikir-pikir memang wajah yang mulia raja sangat manis, tapi bukankah ia masih
straight?" pikir Guo. Entah kenapa, sejak pembicaraannya dengan permaisuri Jiao tadi sore
semua rencana yang ia buat dengan wanita cantik itu sudah bersarang di pikirannya.

Bahkan ia tak bisa berhenti membayangkan berlangsungnya rencana yang dibuat tadi.
Hingga saat malam pun ia tak dapat tidur karena memikirkannya.

"Sialan, aku bisa gila jika memikirkan ini terus" rutuk Guo.

"daripada aku memikirkan itu terus
lebih baik aku segera membuat ramuan untuk raja" monolognya sembari bangkit dari tempat
tidurnya.

Tok tok tok

Guo mengernyitkan dahinya kala suara ketukan pintu yang beruntun itu kian mengeras
terdengar. Padahal ia masih mengantuk, tapi sepertinya orang yang mengetuk pintu itu
sudah tidak sabaran menunggunya. Jadi mau tak mau ia bangun dan membuka pintu
kamarnya.

"hei kapan kau akan melakukannya? Lelet sekali!" mata Guo yang awalnya setengah
terpejam mendadak segar saat mendengar bentakan melengking dari permaisuri Jiao.

"Astaga yang mulia, saya masih mencari waktu yang pas untuk melakukannya" jawab Guo
gugup, pasalnya permaisuri Jiao menatapnya intens dengan mata melotot tajam.
Bagaimana ia tak gugup jika ditatap seperti itu.

"Jangan mengulur-ulur waktu, aku ingin melihat suamiku hamil secepatnya. Pasti sangat
menggemaskan sekali pria tampan itu berjalan dengan perut besarnya" permaisuri Jiao
tersenyum aneh sembari membayangkan kaisar tampan yang ditakuti banyak kerajaan itu
berjalan dengan perut besarnya yang bulat.

"i-iya, baiklah." Guo menatap permaisuri takut-takut. Memang sudah sejak dulu ia
mengetahui jika permaisuri Jiao itu adalah seorang penggemar berat pasangan sesama
jenis. Tapi ia tidak mengira jika fantasinya separah ini.

"Jika kau ingin melakukannya beritahu aku, aku perlu tau prosesnya" perintah permaisuri
Jiao sembari melenggang pergi.
Guo menelan ludahnya susah payah

"sial, senyumannya mengerikan sekali"






Di pagi yang cerah ini, Raja Delun yang paling ditakuti banyak orang sudah duduk dengan
tenang di kursi meja makan, menanti hidangan yang disajikan para maid untuk sarapannya.
Sedangkan permaisuri Jiao duduk disebelahnya.

"Apa yang terjadi padamu hingga kau tersenyum aneh seperti itu, sayang?" tanya raja Delun
dengan wajah datar andalannya yang sayangnya sangat tampan.

"Hahaha bukan apa-apa yang mulia"  elak permaisuri Jiao diiringi tawa merdunya. Pipinya
memerah membayangkan rencananya akan berlangsung hari ini.
Raja Delun mengendikkan bahunya acuh. Sedikit tak percaya pada sang istri, namun ia tak
terlalu memikirkannya.

"Permisi yang mulia raja" tiba-tiba ada seorang prajurit yang memasuki ruang makan
kerajaan. Membuat acara sarapan raja dan ratu terhenti sejenak.

"Ada apa?"
Prajurit itu membungkukkan badannya sebelum menjawab.

"pasukan musuh sudah
mendekati kerajaan, yang mulia. Anda diharapkan bersiap untuk perang kali ini"

Permaisuri Jiao membulatkan matanya. Jika raja sampai mengikuti perang bisa bahaya
nantinya. Rencananya pasti tertunda lagi. Dan ia tak mau hal itu terjadi. Ia harus memutar
otak agar rencananya tetap terlaksana.

"Baiklah aku akan bers-"

"Tolong tempatkan yang mulia di barisan yang aman, jangan didepan. Ia tak boleh ikut
berperang, hanya mengawasi saja" potong permaisuri Jiao.
Raja Delun menatap permaisuri Jiao tak suka

"apa-apaan itu permaisuri? Aku harus ikut
membantu panglima untuk mengalahkan musuh"
Permaisuri Jiao mencebikkan bibirnya

"aku tak mau kau terluka, jadi kau tak boleh ikut
bertarung" mata bulatnya berkaca-kaca seakan ingin menangis. Raja Delun menghela nafas
sebelum akhirnya mengangguk paham. Ia tak bisa menolak keinginan istri kesayangannya
ini.
Permaisuri Jiao tersenyum senang,

"pastikan yang mulia raja aman, prajurit"

"Baik yang mulia"





"Kita ubah rencana kemarin Guo, kau harus bisa menculik raja dan membawanya kembali
ke paviliun belakang"

"Saya harus menembus barisan prajurit yang mulia?"

"Tentu saja, aku tak mau tau. Bagaimanapun caranya kau harus membawa raja ke paviliun
belakang dan melakukan rencana kita kemarin"

"Hah, baiklah yang mulia"




Mata tajam Guo menyipit kala ia mulai mencari keberadaan raja. Padahal pakaian yang
dikenakan raja sangat berbeda dengan para prajurit, namun tetap saja ia tak bisa
menemukannya.
Dengan terpaksa ia mendekat ke medan perang, pakaiannya yang sudah diganti dengan
atribut perang membuatnya tampak seperti prajurit.

Tak lama kemudian ia menemukan raja Delun sedang bertarung pedang dengan raja
kerajaan lain, hal itu membuat Guo kalut. Ia takut terjadi sesuatu pada raja. Dengan spontan
ia menerobos prajurit yang berperang, pedang yang sejak tadi masih bersarang di
sarungnya keluar dengan cepat karena gerakan gesit Guo.

Tanpa aba-aba, tabib berusia 25 tahun itu langsung menusuk perut musuh raja Delun. Raja
Delun yang melihatnya membulatkan mulutnya kaget. Belum sempat memproses apa yang
terjadi di depan matanya tadi, Guo langsung membekap mulut raja lalu membawanya berlari
kembali ke kerajaan. Entah kenapa situasi disini sangat mendukung. Para prajurit yang
berperang tak ada yang memperhatikan mereka berdua karena fokus bertarung.





"SIALAN! APA MAKSUDMU HAH?" bentak Raja Delun ketika mereka berdua sudah sampai
di salah satu kamar paviliun belakang.

Gou terkekeh kecil melihat wajah memerah raja.
Ia melepaskan pelindung kepala yang dipakainya, menunjukkan wajah tampannya yang
banjir keringat setelah berlari hampir 2 kilometer tadi.
Raja Delun kembali membulatkan bibir merah mudanya. Seakan tak menyangka jika yang
membawanya kemari adalah tabib kepercayaannya.

"A-apa maumu Guo?" tanya raja gugup. Mendadak nyalinya ciut melihat Guo yang
menatapnya dengan pandangan 'ingin'.

"Kau tanya apa mauku?" ulang Guo, dengan cepat ia menahan tengkuk raja Delun lalu
mencekokkan ramuan yang sudah dibuatnya semalam.

"Telan atau ku bunuh kau!" ancam
Guo, membuat raja Delun mau tak mau menelannya.

"Apa fungsi ramuan itu?" tanya raja sembari mengusap bibirnya dari sisa ramuan.

"Kau akan tahu sendiri nanti" jawab Guo, matanya menelisik ke seisi ruangan. Setelah ia
menemukan apa yang ia cari, ia mengedipkan sebelah matanya.

Orang yang ia cari sedang
cekikikan disana. Ia melihat Permaisuri Jiao mengintip dari pintu yang tidak sepenuhnya
terkunci.

Mpreg - oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang