Guo x Delun (3)

36.2K 748 23
                                    


Hari ini kandungan Delun sudah memasuki 9 bulan lebih 11 hari. Yang artinya sudah hampir
2 hari Delun menahan bayinya agar tidak lahir. Ia tak mau bayinya dibunuh oleh Guo dan
Jiao jika sampai lahir lebih awal. Sebenernya itu hanya akal-akalan Guo dan Jiao. Jiao
terutama. Mana tega Guo menyiksa jika tidak dipaksa Jiao. Apalagi ada anaknya di perut
Delun. Tapi Guo sudah memastikan anaknya tetap aman. Jadi kekhawatirannya bisa
berkurang.

"Guo" panggil Delun. Mata pria 29 tahun itu nampak berkaca-kaca menahan sakit.
Tangannya kanannya mencengkram tangan besar Guo, sedangkan tangan satunya
menopang perut besarnya.

"Ada apa?" Guo menatapnya datar.
Namun sebenarnya ia tak tenang. Ia takut terjadi sesuatu pada Delun dan anak-anaknya jika
Delun harus menahan lebih lama. Tapi ia juga tak bisa seenaknya mengizinkan Delun,
bisa-bisanya nyawanya yang terancam.

Delun membuka celana dalamnya yang sudah mulai basah, lalu menyibak hanfu tipisnya
yang basah oleh keringat. Ia melebarkan kakinya, membuat lubangnya yang sudah mulai
menunjukkan pembukaan.

"Ba-bayinya sudah sangat turun. Tak bisakah aku melahirkan sekarang?" tanya Delun putus
asa. Saking lamanya ia merasakan sakit ia merasakan perutnya mulai kebas sekarang.

Guo mengarahkan tangannya kearah lubang Delun, membuat yang lebih tua meringis. Guo
sudah bisa merasakan kepala bayinya yang mulai mendorong keluar. Namun dengan tidak
berperikemanusiaannya ia kembali mendorong kepala bayinya. Membuat kepala bayinya
yang sudah hampir keluar setengah kembali masuk ke dalam.

"Hnggghh" Delun meremas bahu Guo kuat-kuat menyalurkan rasa sakitnya.

"k-kumohon,
satu bayi saja tak masalah" tawar Delun. Dari wajahnya sangat terlihat jika ia kelelahan.
Guo menghela nafasnya. Ia mengecup kening Delun lembut.

"kucari permaisuri Jiao terlebih
dahulu. Jika aku tak menemukannya kau harus menahannya paling tidak sampai tengah
malam." lalu pemuda 25 tahun itu pergi meninggalkan Delun.
Setelah pintu tertutup, Delun menatap kosong pintu didepannya. Tangannya kembali
mengelus perut bulatnya.

"mama tau papa kalian sebenarnya ingin kalian cepat-cepat lahir.
Tapi permaisuri Jiao masih ingin menyiksa kita" lirih Delun.

Beberapa menit kemudian Guo kembali dengan sebaskom besar air hangat. Dibelakangnya
ada permaisuri Jiao yang membawa tumpukan handuk.
Delun menghela nafas lega, sepertinya ia sudah bisa melahirkan bayinya setelah ini.

Setelah meletakkan baskom yang ia bawa diatas meja, Guo menggendong Delun ala bridal
lalu membawanya ke ranjang karena Delun sebelumnya duduk di sofa. Pemuda itu
membantu Delun untuk menyamankan posisinya sekaligus membuka hanfu yang Delun
gunakan.
Sedangkan Jiao, permaisurinya manis itu hanya menggigit bibir bawahnya menahan gemas
melihat interaksi keduanya. Tidak ada rasa cemburu sama sekali.

"Tidak bisakah kelahirannya ditunda satu atau dua hari lagi?" tanya Jiao. Guo menggeleng.
Wajahnya kini nampak serius.

"Bayinya ada lebih dari satu, belum lagi kita sudah menundanya lebih dari 12 jam. Aku
khawatir ada yang keracunan air ketuban." jawab Guo. Jiao mengangguk paham.

"Baiklah. Kau sangga Delun lalu aku yang akan menerima bayinya." suruh Jiao. Sedangkan
Guo menurut saja. Ia duduk di belakang Delun untuk menyangga tubuhnya.

"Sudah merasakan kontraksi lagi?" tanya Guo sembari mengusap kening Delun yang basah
oleh keringat. Delun menggeleng.

"Perutku kebas" jawab Delun.

Tak lama kontraksi kembali ia rasakan. Ia mencengkram
tangan Guo yang menahan pinggulnya. Lalu fokus mendorong kepala bayinya.

"Eunghhhh….." lenguh Delun.
Perlahan kepala bayi bergerak keluar hingga mencapai leher. Namun bukan permaisuri Jiao
jika tidak jahil. Ia kembali mendorong kepala bayi untuk masuk lagi. Membuat Delun
memekik tertahan.

Urat-urat leher Delun nampak menonjol karena harus kembali menahan sakit. Bahkan bibir
tipisnya pun ikut robek karena tergigit.

"Permaisuri jangan aneh-aneh!" bentak Guo. Kondisi Delun sudah semakin melemah karena
kelelahan. Sedangkan permaisuri Jiao hanya tersenyum canggung.

Ia melebarkan paha
Delun. Memasukkan tangannya kearah lubang kelahiran Delun lalu menarik perlahan kepala
bayinya. Membuat Delun kembali merasakan sakit di bagian bawahnya.

"Sudah, lanjutkan mengejan" suruh permaisuri.
Delun yang sudah hampir kehabisan tenaga pun menarik nafas panjang. Mencoba sekuat
tenaga mengeluarkan bahu bayinya

"Hngghh be-besar sekali uhh….. Akhhh..."

Perlahan bahu bayinya keluar seutuhnya setelah ejanan panjang dari Delun. Bayi laki-laki
dengan tubuh tidak terlalu besar namun panjang. Menuruni tinggi badan ayahnya. Tapi
anehnya bayi itu tidak menangis.

"Gu-Guo, bayinya" Delun tergagap. Ia panik setengah mati melihat bayinya. Begitu pula Guo.

"Balikkan tubuhnya permaisuri, usap punggungnya. Jika masih tidak berhasil cubit perlahan
pahanya" instruksi Delun. Jiao mengangguk dan segera melaksanakan instruksi Delun.

Beruntung setelah permaisuri Jiao mengusap punggung bayi itu, bayi Delun mulai terbatuk
lalu menangis walau tidak terlalu kencang. Hal itu setidaknya mampu membuat Delun lebih
tenang.

"Heunghhhh…..k-kontraksinya kembalih akhh" Delun refleks mengejan ketika ia kembali
merasakan kontraksi. Jiao meletakkan bayi pertama disebelah Delun dan juga Guo agar ia
bisa fokus dengan bayi selanjutnya.

"Sulithh sekalihh ughh hnggh" lirih Delun. sudah hampir 10 menit mengejan namun tidak ada
tanda-tanda bayinya akan keluar. Guo dan Jiao kembali panik. Sedangkan Delun, ia sudah
diambang batas kesadaran karena kelelahan.

"Bagaimana ini Guo?" tanya permaisuri Jiao.

"Tarik saja bayinya." suruh Guo tanpa pikir panjang dan segera dilakukan oleh Jiao.

Wanita cantik itu langsung memasukkan tangannya kedalam lubang Delun lagi. Otomatis
tubuh Delun menengang. Membuat Jiao agak kesulitan menarik bayinya.

"Sakithh" lirih Delun. Tubuhnya semakin lemas.

"Rileks Delun, bayinya tidak akan keluar jika kau terlalu kaku" ucap Guo, dan lama-kelamaan
tubuh Delun pun rileks.

Jiao menarik anggota tubuh bayinya keluar. Pantas sulit, bayinya sungsang. Pada saat Jiao
menarik keluar bayinya, kaki mungil bayi perempuan itu yang pertama kali keluar.



"Ayo Delun, ini sudah yang terakhir. Kau pasti bisa melakukannya" ucap Jiao memberi
semangat.

Kini Delun sudah berganti posisi dengan berjongkok, tubuhnya disangga oleh Guo dari
belakang karena ia sudah terlampau lemas. Wajah manisnya kini pucat dengan keringat
yang membanjiri seluruh tubuhnya. Bahkan setelah bayi kedua ketiga tadi ia sempat pingsan sesaat.

"Ayo kau pasti bisa melahirkan anak kita" ucap Guo memberi dukungan disertai kecupan di
pelipis kiri Delun. Yang secara tak langsung menambah rasa percaya diri dan juga
semangatnya.
Sekarang ia hanya perlu mengejan sekali lagi untuk mengeluarkan bahu bayi
keempatnya.

"Hngghh…..yang ini ja-jauh lebih besar da-dari yang perta-Aakhh"
ucapan Delun terpotong
saat bahu bayi keempatnya merosot keluar dari tubuhnya.

"Lelah sekali" keluh Delun. Matanya perlahan terpejam karena kelelahan. Namun sebelum
kesadarannya terenggut ia masih sempat mendengar sesuatu.

"Kurasa aku mulai mencintainya"

"Justru bagus bukan? Lagipula aku tak melarangmu jatuh cinta dengan suamiku. Aku malah
senang hahahaha"







"Dia benar-benar kuat sekali melahirkan 4 bayi dalam waktu kurang dari 2 jam" puji Jiao.
Wanita cantik itu memandang kagum bayi-bayi Guo dan Delun yang tertidur nyenyak
disebelah Delun.

"Ya, dan aku bersyukur bisa memiliki 2 pangeran dan 2 putri sekaligus" Guo tersenyum senang.

"Kurasa kau yang akan menjadi raja setelah ini" celetuk Jiao tanpa mengalihkan
pandangannya.

"Huh? Aku kan hanya tabib kerajaan" respon Delun tak percaya.

"Tapi Delun sudah mempercayaimu bahkan jatuh cinta juga denganmu"

"Apa?"

Mpreg - oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang