JaeYong (2)

38.3K 545 28
                                    


"Bisa rendahkan sedikit suaramu?"

Saat ini Taeyong sedang memimpin rekaman sebuah grup. Saat sedang memantau rekaman, Taeyong merasakan nyeri di perut dan pinggangnya.

"Unghh.. astaga sakit sekali.." Taeyong meremas pinggir meja serta mengatur nafasnya untuk mengurangi kontraksi.

"Hyung? Bagaimana menurutmu?"

"Hyung?"

Taeyong tidak mendengar saat beberapa kali dipanggil karna terlalu fokus dengan kontraksinya.

"Hyung? Hey hyung kau tidak apa-apa?"

"Eunghh.. ah iya huuh.. huuh.. tidak apa. Yang barusan sudah bagus. Hari ini kau cukup."

"Terima kasih. Aku akan panggil anggota selanjutnya."

"Tidak tidak, jangan di panggil dulu. Aku ingin istirahat sebentar."

"Baiklah."

Taeyong bersandar di sandaran kursi, masih dengan mengatur nafasnya. Ia merasakan jika bayinya semakin turun kebawah, Taeyong mengusap perutnya pelan.

"Apa kalian ingin keluar sekarang baby? Biarkan mommy menyelesaikan pekerjaan mommy dulu ya sayang."

Taeyong segera mengambil ponselnya dan menghubungi Jaehyun saat ia merasakan kontraksi lagi. Sambil sesekali mengatur nafasnya, Taeyong menggerakan pinggulnya untuk mengurangi rasa sakit akibat kontraksinya.

"Halo? Ada apa sayang?"  Terdengar suara Jaehyun dari seberang telpon sana yang terdengar sedikit cemas.

"Jae, aku rasa... Uunghhh... Aku akan melahirkan huuh huuh..." Taeyong berucap dengan susah payah karna kontraksinya kembali menghantam dirinya.

"Benarkah? Bisakah kau berjalan? Kita ke rumah sakit sekarang."  Taeyong mendengar suara Jaehyun yang seperti sedang berlari.

Pyarr

Taeyong merasakan sesuatu yang mengalir di sekitar selangkangannya. Ia menyadari jika itu adalah ketubannya yang sudah pecah, Taeyong juga merasa kepala dari bayinya semakin turun dan memasuki lubang lahirnya untuk keluar.

Taeyong dengan cepat melepaskan pakaian bawahnya dan melebarkan kakinya. Ketuban yang masih keluar terus membasahi lantai studio miliknya.

"Aaaaakhhhhh... Huuh... Huuhh... Eeeunghhh... Jaehyunhhh.."

"Tae? Kau masih disana sayang?  Aku akan menyusulmu. Tunggu sebentar."

Setelah ucapan dari Jaehyun selesai, Jaehyun mendengar teriakan dan ejanan dari Taeyong.

"Aaaanghh... Panashh... Lubang eeunghh... Lubangkuh panas.." Taeyong sedikit mengangkat bokongnya dan berpegangan semakin erat pada meja di depannya.

Taeyong sedikit merendahkan tubuhnya guna membantu dorongan pada bayinya agar cepat keluar, menggerakan pinggul ke kiri dan kanan agar mempercepat proses kelahiran bayi-bayinya.
Taeyong semakin erat mencengkram pinggir meja, buku-buku jarinya memutih menandakan sangat eratnya cengkraman dari tangan Han.

"Huuh... Huuhhhh... Uunnnngghhhh aaaaakhhhhh.. saakiitthhh... Jaaehyunnn aaaanghhhh.."

Plop

Kepala bayinya berhasil melewati lubang lahirnya dan terlahir dengan sempurna. Taeyong mengatur nafasnya, tangannya ia arahkan ke selangkangannya untuk mengusap kepala anaknya.

Terdengar suara pencetan tombol pin dari luar. Ia tau jika itu adalah Jaehyun. sebab hanya dirinya dan Jaehyun lah yang tau kata sandi ruang studionya.
Setelah pintu terbuka, Jaehyun segera masuk dengan dua perawat yang telah ia hubungi. Jaehyun menghampiri Taeyong dan langsung memeluknya dengar erat.

"Astaga Tae, kenapa tidak langsung bilang padaku saat merasakan kontraksi pertama? Kau membuatku sangat cemas."

Taeyong hanya bisa membalas pelukan Jaehyun tidak kalah erat. Ia tidak kuat untuk berbicara banyak karna masih merasakan kontraksi.
Dua perawat yang juga datang mempersiapkan alat untuk membantu Taeyong melahirkan. Salah satu perawat meletakan sebuah kain di bawah tubuh taeyong dan juga membersihkan kepala bayinya.

"Jika merasakan kontraksi lagi, segera mengejan dengan panjang ya."
Ucap perawat itu, Taeyong hanya bisa mengangguk serta mengeluarkan lenguhan, menandakan ia merasakan kontraksi lagi.

"Huuhh... Huuhh... Eeungghhhh... Aaakkhh... Sakit sekali Jae aaahhh..."

Jaehyun mengusap punggung serta pinggang Taeyong, mengecupi bahunya serta memberi bisikan penyematan untuk taeyong.

"Ya ya bagus seperti itu. Bahunya sudah keluar. Ya bagus."

"Eeunghh... Aaaakkkhhhhhh..."

Seluruh tubuh bayinya meluncur tepat pada tangan perawat yang membantunya. Taeyong melihat bayinya yang sedang di bersihkan setelah Jaehyun memotong tali pusar bayi mereka. Suara tangis bayinya sangat kencang, mungkin terdengar sampai luar studionya.

"Mirip sekali denganmu. Aku akan memiliki dua malaikat cerdik di rumah."

"Tentu saja dia mirip denganku. Dia anakku, Jae."

"Iya iya dia anak kita sayang." Jaehyun memeluk tubuh Taeyong dengan erat, mengusap perut Taeyong yang masih buncit.

Perawat kembali membantu Han, memeriksa bayi yang masih di dalam rahim serta kondisi lubang lahir Taeyong. Jaehyun membantu mengurut perut Taeyong agar bayi nya cepat turun ke jalur lahirnya.

"Masih belum ingin mengejan?" Jaehyun melihat Taeyong yang masih di dalam pelukannya. Taeyong hanya menjawab dengan gelengan.

"Aku masih merasakan anak kita terus berputar. Mungkin dia belum menemukan jalan keluarnya."

"Baiklah. Tahan sebentar lagi ya sayang."

Sudah 1 jam berselang dari kelahiran pertama, kini Jaehyun tengah memangku tubuh Taeyong di sofa. Han terus mengeluh jika anaknya tidak juga keluar.

"Eeeunghh... Aawhhh jaeehhh..."

Taeyong menggenggam tangan Jaehyun dengan erat. Perawat dengan cepat melebarkan kaki Han untuk melihat proses kelahiran.

"Ya ya terus. Kepalanya sudah terlihat. Tolong suaminya di bantu untuk merangsang agar kontraksinya teratur."

"Ah iya baiklah." Jaehyun segera meremas dada berisi Taeyong dan menciumi lehernya.

"Aaaaanghhh... Eeeungghhh... Huuh... Huuhh... Huuunnghhhh..." Taeyong mengejan dengan sangat kencang hingga wajahnya memerah.

"Sssaaakiithhh Jaaeehhhh... Aaaakkhhh..."


Plop..

Kepala bayinya keluar dengan sempurna. Taeyong menyandarkan kepala di bahu Jaehyun, memejamkan matanya sambil sesekali mengejan.

"Ayo sayang. Kamu pasti bisa."

Jaehyun mengusap peluh di kening Taeyong dengan sapu tangan dan memberikan Taeyong minum. Taeyong mencengkeram tangan Jaehyun dan kembali mengejan.

"Eeeunnnghhh... Haahh haahh.. uunnggghhh aaahhhh.." Jaehyun memeluk tubuh taeyong dengan erat, menyalurkan semangat dengan kata-kata dan kecupan di bahu Taeyong.

"Hhmmmptt... Aaaaaaakkkkkkhhhhhh..."

Tubuh Taeyong terhentak ke belakang saat bayinya keluar sepenuhnya. Taeyong merasakan jika bahunya basah, ia tahu Jaehyun sedang menangis. Di usapnya kepala Jaehyun dengan lembut.

"Kenapa kamu yang nangis, Jae?"

"Aku bahagia, akhirnya anak kita lahir. Aku juga sedih karna membuatmu kesakitan seperti ini."

Taeyong hanya bisa terkekeh mendengar ucapan dari Jaehyun. Pria yang sudah menjadi ayah ini sangat cengeng, pikir taeyong.

"Tak perlu minta maaf. Aku senang bisa melahirkan mereka. Terima kasih sudah menjagaku dan juga twins."

Taeyong tersenyum, mengecup pipi Jaehyun guna menenangkan hati jaehyun.
Kedua bayi mereka di tidurkan di atas tubuh taeyong, dan memberikan asi pertama.

"Terima kasih tae. Aku sangat bersyukur memilikimu dan twins."

"Iya sama-sama Eric." Taeyong menggenggam tangan Jaehyun dan memperhatikan bayi mereka.

Mpreg - oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang