3) -Terlalu Cepat-

448 66 4
                                    

-•°•-

Hana membuka suara lagi, "Dan lo bilang, 'Lo tau darimana'? Berarti itu beneran lo."

"Seong? Bener?" Haruto juga terdengar curiga.

Minseong terkekeh, membuat orang-orang melihatnya aneh. Bagaimana tidak? Dia terkekeh persis seperti orang yang menyembunyikan hal tidak lazim.

"Sekarang gini, opini tanpa bukti itu, yah b-a-s-i," Minseong melangkah menjauh.

Hana terdiam.

Gadis itu heran. Bagaimana bisa Haruto mengetahui namanya, sedangkan dia tidak pernah memberitahukan hal itu. Tentang gosip, pasti akan selalu ada. Hana sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan itu. Jadi, mengapa Haruto begitu sampai kampus langsung gencar mengatakan bahwa dia dalangnya, Hana tidak tau.

Perlahan kerumunan itu menghilang, meninggalkan Hana, Haruto, Rayeon, Hyunsuk, Naya, dan Asahi. Haruto langsung melihat Hana dengan kening berkerut, "Lo gak 'pa-'pa?" Hana mengangguk saja.

Haruto menggerakkan lidahnya di dalam mulut sebentar, menampilkan tonjolan di pipinya. "Gue secret admirer lo, di Hwayang School."

Haruto melangkahkan kakinya tenang seolah apa yang baru dikatakannya itu hanya sebuah kebohongan. Tapi jika itu bohong, tak mungkin Haruto mengatahui nama, duduk tepat di samping kursi bar Hana, hingga mencampuri gosip yang tak akan mempengaruhi kepopulerannya sama sekali.

Pantas saja- Haruto tau namanya. Hana menggeleng dan menggigit bibir bawahnya.

Bukan hanya Hana saja yang heran, tapi teman-temannya saja sampai menarik nafas keras tak percaya akan situasi itu. Cowok jangkung bersuara berat, pentolan kampus, cerdas akademik dan menguasai olahraga, menyukai Hana yang biasa-biasa saja. Bukan hanya biasa saja, tapi terlalu sangat biasa.

Rayeon mendekat, "Pilih senior aja, Han. Jake itu sampah," katanya sedikit berbisik membuat Hana berkecil hati. "Tapi gue masih sayang," balasnya membuat para temannya berseru cemen.

______________________________

Mata Haruto menyalang marah pada Ayahnya. Menurutnya bisnis itu ya bisnis, jangan disangkut-pautkan dengan pernikahan. Rasanya Haruto tidak terima saja, hanya mendapatkan warisan saja harus membutuhkan pendamping. Sedangkan kepribadiannya sama sekali tidak mau terikat dengan hubungan.

"Mudahin, Pa!" Haruto memohon-mohon frustasi. Akhirnya mata membangkangnya berubah menjadi mata puppy yang ingin dielus majikannya.

Pria paruh baya itu menggeleng, "Cukup abangmu Hanbin aja yang membangkang. Nikah dengan gadis yang sebenarnya Papa larang buat dijadikan istri, akhirnya istrinya nikah lagi dengan Kwon Jiyong. Siapa namanya? Kim Jennie itu, kalo gak salah. Kamu termasuk Papa kasih kelonggaran, pilih calon pendamping pilihan kamu. Bersyukur kamu."

"Alah, Pa. 'Kan Haruto masih kuliah," pemuda itu mendongakkan kepalanya sebentar lalu menghela nafas berat.

Suara jentikan jari Ayah Haruto terdengar, "Terus kenapa Papa harus nyerahin warisan ke kamu yang masih kuliah? Toh Papa masih bisa kerja. Masih fit ini badan," Haruto menggerutu, lalu berseru, "Fit apaan buncit segede gabon gitu," kemudian dia kabur menghiraukan teriakan Ayahnya memanggil nama panjangnya.

CONTRACT [Watanabe Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang