4) -The End of the Relationship-

446 63 6
                                    

-•°•-

'Hana's POV'

Aku melirik lagi panggilan dari kekasihku. Jake. Kata Sunghoon, dia demam dan tidak mau pergi keluar rumah bahkan untuk menemui teman-temannya yang dulunya selalu diprioritaskannya.

Karena tetus berdering tak henti, terpaksa aku mengangkatnya. Yah, tentu. Tidak semudah itu melupakan orang yang kamu sayang. Bahkan jika ada senior tampan seperti Senior Haruto, kamu tak akan berpaling kecuali kamu benar-benar sudah membencinya.

"Halo?"

"Uhk, Hana'yaa, kamu gak kesini?" rengeknya terdengar serak. Merengek terus bodoh, aku merindukanmu.

"Kesalahan aku fatal, ya?" aku mengangguk walau pastinya Jake tak melihat hal itu. Aku berdehem sebentar, menandakan 'iya' atas pertanyaannya barusan.

"Aku kesana. Emang om-tante dimana?"

"Pergi ke Aussie. Jum'at depan pulang. Kamu udah makan?" Jake terdengar sulit bernafas.

"Kamu demam?"

"Iya. Kamu bakalan kesini, 'kan?"

"Iya. Jangan bawel lagi. Kamu mau aku bawain apa?"

"Bawa hati kamu aja," kemudian kami berdua terkekeh. Hal sederhana bisa menjadi menyenangkan jika kamu sudah berada di sandaran yang nyaman.

Aku segera bersiap tepat setelah Jake mematikan sambungannya. Jadi, aku lebih leluasa tanpa harus terus-menerus mencoba mendengarkannya.

Setelah semuanya selesai, aku memanggil Naya yang tadinya berada di ruang tamu. Naya melihatku dengan tatapan tajam apik, dengan tatapan itu dia sudah pasti tahu aku akan menuju kemana.

"Lo beneran gak bisa ngelupain Jake?"

"Iya."

Naya mendecak frustasi, namun Asahi hanya mengendikkan bahu setelah pertemuan mata kami beberapa detik, bingung dengan pikiran Naya. "Lo itu sebenarnya tulus atau goblok sih, Han? Gak sadar prioritas Jake selama ini siapa?"

"Gue gak bisa mudah lupa. Apalagi hubungan kita berdua udah jalan hampir satu tahun, Nay. Mohon lo ngerti. Belum tentu lo bisa ngelupain Asahi semudah yang lo bayangin!"

Naya menarik pergelangan tanganku ke teras depan rumah. Matanya tampak berkaca-kaca, kemudian dia menekan suaranya mengatakan, "Gue emang gak akan bisa lupa dengan mudah ke Asahi karna dia enggak kayak Jake! Dia yang selama ini selalu ada. Dari waktu gue ngedaftar SMA, gue sedih, bahagia, bahkan gak ada temen, dia selalu ada, Han! Gue bukan ngelarang lo pacaran sama Jake! Tapi gue mau coba halangin kebodohan lo!"

Aku menangis. Entahlah. Melihat Naya yang menitikkan air mata hanya karena masalahku membuatku terharu. Dia benar-benar gadis yang manis, pantas saja Asahi jatuh olehnya.

"Jadi..." Naya melanjutkan, "Gue mohon, hapus perasaan lo dari waktu ke waktu. Gak usah langsung berhenti. Gue bilang ini karna gue sayang lo, Han-" kemudian Naya memelukku.

Kami berdua menangis bersama. Jadi untuk saat ini, kubulatkan tekadku untuk memutuskan Jake dulu. Jangan ketemu dengannya dulu sampai rasaku sungguh terhapus. Soal perasaanku, biarlah menghilang perlahan.

Aku mengangguk kuat, menatap Naya yang kini sudah ditepuk bahunya oleh Asahi.

"Dengerin bunny gue, jangan masuk kanan keluar kiri. Emang Jake gak cocok untuk lo. Gak ada simbiosis mutualisme sama sekali. Padahal kalo pasangan itu ya harus saling membutuhkan, Han. Minimal waktu, itu yang penting. Komunikasi juga. Iya 'kan, by?" Asahi menatap Naya lembut. Naya memalingkan mukanya.

CONTRACT [Watanabe Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang