14.

84 28 3
                                    

"Berenti nerka-nerka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Berenti nerka-nerka. Kamu gak akan tau perasaannya, sampai dia yang mengungkapkannya."

***

"Bang liat bang,"

Reza mengangkat palanya, mengalihkan perhatiannya pada handphone temannya itu. "Gausa bawa-bawa cewek," ujarnya malas.

"Ah lo gimana sih justru ini tuh kelemahan mereka!!"

"Nah setuju," dukung temannya yang lain.

"Gak usah tuh cewek deh. Ini aja nih ini," ujar Ichan sambil menunjukkan handphone nya lagi.

"Lah itu yang kita temuin di parkiran waktu itu kan?? Ancaman enggak sih tuh cewek?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lah itu yang kita temuin di parkiran waktu itu kan?? Ancaman enggak sih tuh cewek?"

Reza segera merebut handphone nya lalu melemparnya asal. "Gua bilang gak usah bawa-bawa cewek. Pengecut lo semua??"

Ichan melihat handphonenya dengan tatapan ngenes lalu segera Dono tenangkan. "Kan lu sultan masa iya beli gitu doang gak mampu," tuturnya sambil menepuk pundak Ichan pelan.

"Tapi otak gue yang bakal jadi bayarannya..." jawab Ichan membuat teman-temannya yang lain merasa prihatin.

Ichan memang di kenal dengan keluarga yang cukup berada oleh guru dan teman-temannya di sekolah. Tapi tidak seperti anak kaya pada umumnya, Ichan tidak pernah meminta apapun pada orang tua nya karna mereka akan menuntut nilai sempurna di akademiknya.

Kalau tidak bisa dapat nilai sempurna maka jadwalnya akan di susun dengan ketat oleh orang tuanya. Jadwalnya sangat membosankan karna hanya akan berisi sekolah, pulang, makan, belajar lalu tidur.

Reza menghela napas, sedikit merasa bersalah. "Nanti gue ganti," ujarnya.

"Gak usah ege Ja, biar sekali-kali belajar dia. Madol mulu kan," usul Robi sambil tertawa membuat Ichan mendelik sebal.

SeserverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang