16.

86 26 5
                                    

"Pelabuhan yang sangat ingin aku labuhi? Jelas, kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelabuhan yang sangat ingin aku labuhi? Jelas, kamu."

***

Kiran melambaikan tangannya pada Reza sambil tersenyum sebagai tanda terimakasih karna telah mengantarnya sampai depan rumah.

"Siapa?" tanya Andre tiba-tiba, membuat Kiran sedikit terlonjak.

Kiran memegang dadanya, ia kira ayahnya makanya ia begitu terkejut. "KENAPA NGAGETIN SIH?!!" kesalnya.

"Lah siapa yang ngagetin?" tanya Andre heran membuat Kiran mendengus.

"Gak ada, gak ada yang ngagetin. Gua nya aja yang tiba-tiba kaget," jawab Kiran mengalah lalu berjalan mendekat kerumahnya.

Baru dua langkah berjalan, Kiran segera berhenti karna teringat sesuatu. "Lo ngapain jam segini masih di depan rumah gue?" tanyanya heran.

"Lo lupa kalo rumah kita sebrangan? Wajar kali gua berdiri disini," jawab Andre nyolot.

Kiran berpikir lalu menatap Andre curiga. "Bukan nungguin gue pulang kan??"

"Pede ya neng," ledek laki-laki itu.

"Ceilahh tinggal bilang khawatir susah banget," balas Kiran seraya memutarkan bola matanya.

"Khawatir sama lu?? Bukan gua banget Ran," bantah Andre membuat sahabatnya itu langsung berbalik dan masuk ke dalam gerbang rumahnya.

Andre yang belum puas meledek lantas berteriak. "Langsung tidur Ran. Besok bantu bapak mulung!" ujarnya lalu berlari dan bergegas masuk ke rumahnya.

Kiran cepat-cepat menatap ke rumahnya lalu kembali menatap Andre yang sudah ngacir. "Gilaaa kalo bapak gua bangun gimana?!"

🎵🎵🎵

"Makasih bang," ujar Kiran pada abang ojek yang mengantarnya pulang dari sekolah.

Kiran memasuki rumahnya. "MAHH KIRAN PULANG!!" teriaknya.

"Bacot deh, pulang tinggal pulang. Kenapa pake teriak coba," sahut Karin yang sedang menonton televisi.

Kiran meliriknya sinis. "Ya kan biar jadi pertanda kalo gue udah pulang!"

"Pake salam kan bisa," ujar Mamah Kiran yang baru saja datang dari dapur sambil membawa salad buah di tangannya.

"Maaf maafff," jawab Kiran cengengesan.


Mamah Kiran berjalan ke ruang televisi lalu duduk di samping Karin. "Sini sayang, ngapain berdiri disana?" ujarnya pada Kiran.

Kiran tersenyum lalu berjalan mendekat. "Asikkk salad," ujar Kiran lalu duduk di antara Karin dan mamahnya.

Karin meliriknya kesal namun kembali lagi melihat televisi karna tidak ingin tertinggal sedikitpun bagian dari film kesayangannya yang sedang ditayangkan di televisi.

SeserverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang