『••✎••』
note : little chap sebelum Hari Wedding [pendek banget]
Warning : Spoiler Ending Reason
Angin laut berhembus kencang.
Aku menyusuri tepi pantai. Menghembuskan napas panjang saat melihat bulan di atas sana yang hendak berbinar temeram tapi ditutupi awan malam.
Debur ombak terdengar kuat, menempa batu karang. Air laut memasuki ruang-ruang kosong bebatuan , mengalir lembut menghasilkan gesekan-gesekan, membuat suara-suara khas di sisi pantai bak siulan sang putri duyung mencari kekasih. Bergaung memenuhi langit malam. Deru suara angin berhembus menggoyangkan pohon-pohon tegak yang berdiri di pinggir pantai, begitu pula semak-semak rimbun yang menjadi pagar pembatas antara perkebunan warga setempat dengan garis pantai.
Pantai di area barat Edogawa ini, seperti yang pernah aku dan Hawks kunjungi lima tahun silam, saat masih kelas 10, saat melakukan kegiatan magang. Rumah orangtuaku disini- ralat orangtua (Name) emosi. Tapi sebenarnya bisa dibilang kami satu orang, jadi ini orangtuaku juga.
Tanah orangtua ku disini, perkampungan kecil disini sudah tergusur dari lama, dan sekarang berganti menjadi tempat wisata. Hawks menyimpan surat tanahnya, aku yang minta karna jujur saja aku gabisa jaga barang dengan baik dan benar.
Takut hilang.
Dan sekarang, tanah itu sudah dibuat pondasinya. Untuk rumah kami besok, Sen yang mendesainnya, aku hanya minta halaman belakang, dan kolam kecil. sisanya bebas. Paling baru jadi beberapa bulan lagi, rencananya Sen akan tinggal di apartemenku sampai rumahnya jadi.
Acaranya besok. Jam 10. Di Tokyo, gedung apalah itu namanya. Dari sejak minggu lalu, aku sudah sibuk sekali, bolak-balik Tokyo-Edogawa- terkadang karna sudah malam, aku menginap di tempat orangtua Sen atau di rumah Uraraka, lantas mengadakan konferensi pers, menimpali berita pernikahan yang tersebar dimana-mana, sumpah ya njir, yang nikah aja kita ngapain mereka yang repot-repot. Aku menggerutu saat disuruh untuk mengadakan konferensi pers.
Hawks tadi siang datang dengan Tokoyami dan Mirko. Heboh banget asli pas Hawks kujemput di stasiun- si ayam itu meminta agar aku menjemputnya. Zaman sekarang sudah berbeda- pahlawan dengan artis tak ada bedanya. Apalagi gelar Hawks yang dulu, beberapa headline melebih-lebihkan kemampuannya. Menyebutnya sebagai Tampan Abadi yang Terlalu Cepat abad ini. dunia sudah jungkir balilk kurasa.
Beberapa kali aku mendapat penawaran untuk foto model dengan Hawks. Terkadang ku tolak kecuali kalau bayarannya tinggi. Meski tidak sesering Uraraka, gini-gini aku ditawari menjadi foto model juga.
Meski acaranya besok, aku izin untuk tidur di apartemen malam ini. nanti pagi, dini hari aku akan ke Tokyo untuk persiapan. Sen menemani, dia sekarang lagi tidur. Aku tak ingin membangunkannya.
Aku berdiri, ombak deru menderu menerpa kakiku. Dingin sejuk menempa, hawa familiar mengalir ke sekujur badan.
Mata biruku terpejam. Kejadian lima tahun lalu benar-benar terasa seperti baru terjadi kemarin. Bahkan aku seakan bisa mendengar teriakan Bakugo dan Midoriya, dentuman pukulan, derap langkah Aizawa yang hendak menarikku, suara Hawks yang berusaha membuatku agar tetap terkendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐀𝐆𝐌𝐀(✓) [Sen Kaibara x Reader]
Fanfiction"And I'd choose you." Berawal dari sekedar kenalan dan berujung dengan kata 'Sah'. Benarkah kisah romansa dua insan yang awam rasa semulus ini? "Sayang Sen." "Bulannya indah ya?" Hayo nyengir lu jomblo Pragma © Owlyphia BNHA © Horikoshi Kohei