Enjoy!
Ternyata Jihoon benar-benar menghampiri Hyunsuk. Buktinya pemuda itu sekarang meminta Hyunsuk pergi ke balkon kamarnya.
"Sayang, kenapa?" Hyunsuk sedikit bimbang. Sedaritadi sang ibu tak pernah lepas dari sisinya. Ia tak bisa bilang begitu saja kalau Jihoon sekarang ada di balkon kamarnya.
"Em, Hyunsuk sepertinya ingin tidur saja, Ma." Mata Jenine melebar. Ia mengangguk mengerti. Ah, karena terlalu bersemangat menjaga Hyunsuk, ia melupakan kalau kini jam sudah menunjukan pukul 12 malam.
"Astaga, Mama lupa. Yasudah kalau begitu mama keluar. Tidur yang nyenyak, sayang." Jenine mengecup puncak kepala Hyunsuk, lalu melangkah keluar dari kamar sang anak.
Hyunsuk bernafas lega. Ia menyibak selimut yang menutupi badannya dan berjalan menuju balkom.
Saat menyibak tirai yang menutupi pintu balkon, dirinya dikejutkan dengan kehadiran Jihoon di sana. Ternyata Jihoon benar-benar berada di sana.
"Lo manjat?!" tanya Hyunsuk terkejut. Yang ditanya hanya tersenyum bodoh.
"Sini, jangan berdiri di sana." Jihoon menepuk kursi sebelahnya.
Balkon kamar Hyunsuk memang luas. Ada meja dan dua kursi di sana. Hyunsuk sering menghabiskan waktu senja sambil menikmati suasana.
"Gue bawa martabak. Martabak pandan toping cokelat-wijen." Jihoon membuka bungkusan yang ia bawa. Harum semerbak martabak langsung menguasai indra penciuman mereka.
"Udah malem, Ji." Kesal Hyunsuk. Ia kesal karena di satu sisi ia ingin menyantap makanan itu, namun di lain sisi ia tak bisa karena ini sudah malam dan seribu alasan kesehatan lainnya.
"Bacot deh. Bayangin aja masih sore. Makan nih, aaa~" Hyunsuk tak bisa menolak, ia membuka mulutnya dan menerima suapan Jihoon. Ia mengunyah martabak itu dalam diam, terlalu menikmati rasa manis cokelat dan rasa asin margarin dari makanan itu.
Jihoon terkekeh kecil. Hyunsuk terlihat menikmati makanan kesukaannya. Ia jadi mengingat masa-masa kecil mereka dulu.
Kalau kalian ingin tau, Hyunsuk sebenarnya bukan tipe anak yang dingin saat kecil. Anak itu lebih banyak tersenyum dan sangat polos dulu. Sejak menjadi remaja, Hyunsuk banyak berubah menjadi sosok yang dingin.
Jujur, Jihoon merindukan Hyunsuk yang dulu. Walaupun ingatan itu samar, namun cukup membakas di hati Jihoon.
"Kenapa diem?" tanya Hyunsuk tiba-tiba.
"Lagi kepikiran."
"Kepikiran apa?"
"Kepikiran kamu."
Hyunsuk tertawa kecil. Aneh sekali si Jihoon, masa mikirin Hyunsuk.
Maklum ya, Hyunsuk memang sulit mencerna gombalan.
Ah iya, Hyunsuk jadi kepikiran sesuatu juga.
Jihoon senyum-senyum sendiri melihat Hyunsuk yang tertawa kecil. Namun kemudian raut wajah si manis berubah.
"Gue juga kepikiran." Jihoon memajukan badannya, ia kira Hyunsuk mau balas gombal.
"Mikirin apa?" Jihoon tersenyum lebar.
"Laporan keuangan perusahaan yang belom gue selesaiin."
Senyum Jihoon seketika luntur.
🌵🌵🌵
"Gimana aunti kata daddy kemarin?" Lia menatap Jenine dengan penuh harap.
"Kemungkinan Neva harus minum obatnya lagi dan lanjut terapi di Inggris." Jenine mendesah berat. Tak sanggup memikirkan kalau keadaan Hyunsuk kembali parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
twerk, continue.
FanficSetelah Hyunsuk membuka hatinya kepada Jihoon, apakah hubungan mereka akan selalu mulus? "Tentu saja," ---Jihoon, 2k21. Dan di saat hubungan mereka yang berjalan mulus, hambatan sesungguhnya menghampiri mereka. Kali ini, masalahnya akan lebih seri...