J-Fifteen

330 46 1
                                    

Halo semuanya, Kitty di sini!

Kali ini Kitty akan menceritakan kejadian hari ini di sekolah namun sebelum itu Kitty membaca terlebih dahulu tulisan kalian sebelumnya. Kitty terkejut saat melihat cerita Kak Mirza, kenapa Marsha mau melakukan hal seperti itu?

Kak Chika juga, kenapa malah begitu, sih? Kita kan masih anak SMA, seperti kata Mama Kitty, seharusnya sebagai seorang pelajar kita fokus terhadap sekolah dan pendidikan kita. Apa jadinya kita nanti di masa depan kalau sekarang kita malah asik berpacaran? Kata Mama Kitty, pacaran itu gak baik apalagi sampai melakukan perbuatan seperti itu.

Pasti Kak Sholeh bakal setuju deh sama Kitty.

Oh, iya. Kalian masih inget kan ujian aneh yang dilakukan Pak Fano (Azizi sangat lucu menceritakannya deh, kirain Kitty dia gak akan suka, tapi ternyata dia menulis paling panjang dari semuanya).  Kita yang kalah mendapatkan hukumannya hari ini, padahal guru sudah berganti. Aneh bukan?

Kitty bermimpi buruk semalam, dan mimpi burukku takkan bisa lebih nyata dari hari ini. Kitty takkan tahan untuk tidak histeris. Kitty iri pada Kak Flo, Kak Chika, Kak Fiony, Kak Gito dan gadis no. 27 yang tidak perlu mengalami yang kita rasakan karena mereka memenangkan ujian aneh Pak Fano. Kak Eli dicoret dari daftar. Kemenangannya dianggap tidak sah.

Sisanya, kita, bagai domba-domba yang siap dipotong, mengikuti Pak Gracio menuju lab kimia. Kitty ingat Kak Ariel tersenyum dan menyombongkan diri pelan pada Kak Eve dan Muthe. Dikiranya (dan kita semua kira) kita akan melarutkan senyawa-senyawa (apalah namanya) hari ini.

Memang ada ratusan gelas kimia, tabung reaksi dan pipa kapiler di sana-sini. Teratur rapi di setiap meja yang mengilap karena baru dipoles. Memang kita bersiap-siap di setiap meja praktek menunggu instruksi Pak Gracio. Memakai seragam lab putih bersih yang membuat kita mirip serombongan peneliti profesional.

Namun kita semua terkecoh...

Pak Gracio keluar dari lab kimia tanpa mengatakan sepatah katapun. Mengunci pintu. Mematikan lampu. Dan Kitty tak ingat apapun sesudahnya...

Yang kurasakan berikutnya adalah tepukan lembut di pipiku. Saat kubuka mata, wajah tegang Kak Sholeh yang disinari lilin adalah hal pertama yang kulihat. Kemudian Kak Anin menghampiriku dan dengan bersemangat menceritakan semuanya.

Diawali Kitty pingsan setelah berteriak histeris; Kak Atin yang berhasil menemukan lilin; Kak Eve yang menemukan korek api tanpa sengaja; Muthe yang berkali-kali menabrak meja dan memecahkan belasan gelas kimia; Juga beberapa hal lain yang menurutku tidak terlalu penting sebab Kak Anin telah membumbui ceritanya di sana-sini.

Kak Sholeh menanyakan keadaanku dan kubilang lebih baik dari sebelum tidak ada cahaya sama sekali. Dia bilang dia tahu mengenai claustrophobiaku. Kemudian dia pergi mencari lilin tambahan. Badanku mulai gemetar pelan.

Seseorang menyentuh bahuku. Kak Eve. "Ka-kau ba-baik saja, Kitty?" Bisiknya, lebih penggugup dari biasanya. "Ki-kita su-sudah ta-tau." Lanjutnya.

"Siapa? Apanya?" Tanyaku lemah tidak bersemangat. Kitty dapat merasakan suaraku turut bergetar.

"Bahwa kau akan pingsan di sini." Kali ini Kak Anin yang antusias menjawab.

"Aku kurang paham maksud kalian." Tambahku.

"Sama seperti Jessi." Lirih Kak Anin dengan mimik ketakutan yang dibuat-buat.

"Lulu sudah meramalkannya dua hari yang lalu."

Ada empat anak yang mengelilingiku dan semuanya mengangguk. Kak Eve dan Kak Anin sudah kusebut duluan, dua yang lain adalah Kak Eli dan Kak Lulu.

Kak Eli menyodok Kak Lulu, "Kau berhutang tiga ramalan padaku."

"Itu yang kutunggu dari kemarin." Seru Kak Lulu senang.

Kak Anin meletakkan lilin di tengah lingkaran yang terbentuk oleh kami berlima. Kak Eve mengeluarkan sebatang coklat (katanya dari Kak Deo) dan mulai menggigitinya. Kak Eli juga mengeluarkan sesuatu dari kantung roknya, notes kecil.

Lalu Kitty? Kitty tidak peduli. Kitty cuma lelah, ketakutan, bahkan tidak punya tenaga untuk sekedar meninggalkan mereka dan terpaksa mendengarkan ramalan Kak Lulu.

Kak Lulu memulai ramalannya dengan bersiul panjang. Kak Ariel yang berada di ujung ruangan langsung menyuruhnya diam. Tapi Kak Lulu tidak mempedulikannya.

"Ramalan pertama." Kata Kak Lulu.

Kak Anin dan Kak Eve berpegangan tangan, ketakutan. Kalau saja ruangan itu terang benderang, kalian pasti bisa dengan jelas melihat wajah mencekam keduanya. Kacamata Kak Anin memantulkan cahaya lilin, Kitty kurang tahu pasti mana yang lebih bersinar kala itu, si lilin atau matanya yang berbinar penuh gairah.

"Cepatlah!" Sentak Kak Eli tidak sabar.

"Ramalan tidak dapat dipaksakan." Sindir Kak Lulu.

"Stop merepet dan selesaikan ini segera!" Kak Eli mulai mengamuk. Seperti polisi yang kesal waktu orang yang diinterogasinya menolak membuka mulut.

Kak Lulu terkekeh. "Oke-oke, kalian lihat gadis di sana?" Kak Lulu menunjuk seseorang. Kak Indah. "Dia akan mengalami hal tak terlupakan dalam beberapa hari ke depan." Dia berkata.

"Lebih rinci lagi..." Pinta Kak Anin pada Kak Lulu.

"Ka-kapan akan terjadi?" Kata Kak Eve takut-takut. Kak Eve bergidik ngeri. Membuatku bertanya-tanya, kenapa dia malah makin antusias kalau memang tak sanggup mendengarnya.

Tidak ada jawaban dari mulut Kak Lulu. Dia lebih memilih melanjutkan ramalannya. "Ramalan kedua, terjadi pada salah satu di antara kalian..."

Aku tidak tahan lagi. Gemetar badanku semakin hebat.

"Kami?" Kata Kak Eli sinis.

"Ya." Kak Lulu tersenyum. "Ada rahasia besar yang akan terbongkar minggu depan."

"Ih, siapa, ya?" Kak Anin melempar pandangannya ke semua orang dalam lingkaran.

"Ramalan ketiga," potong Kak Lulu. "Darah yang..."

Kitty tidak ingat apa-apa lagi. Sepertinya Kitty pingsan untuk kedua kalinya...

(Angelina Christy)

J DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang