J-Eighteen

341 41 2
                                    

Kalian berusaha membuat kepalaku pecah ya?! Semuanya tidak ada yang beres. Bayangkan saja, Indah membawa 4 buah koper untuk darmawisata yang hanya selama 3 hari 2 malam! Memangnya mau pindah rumah? Sebaliknya, Atin si serba lelet lupa membawa kopernya sendiri! Kita terpaksa menunggu dia mengambil koper bodoh itu terlebih dahulu di rumahnya. Christy lagi-lagi terlambat! Sangat terlambat! Jadwal keberangkatan jadi semakin mundur. Menyusahkan semua orang saja.

Untung saja Zahran, Jaya, Muthe dan Flo yang kemarin terkena serpihan kaca yang pecah di atas kepala mereka masih bisa mengikuti darmawisata hari ini. Memang mereka mendapat luka gores di beberapa bagian, tapi mereka masih bisa berjalan meski diplester sana-sini.

Akhirnya aku bisa mengabsen kalian. Lengkap. Si nomor 27 juga hadir membawa sebuah tas tenteng ungu dekil. Sedikit sekali bawaannya.

Rupanya kalian memang susah diatur ya! Cape-cape aku mengatur tempat duduk tiap anak di bus biar tertib, eh kalian malah duduk di sembarang tempat seenak perut kalian. Aku menyerahkan absensi kelas pada Bu Shani, tapi beliau menolak.

"Pegang saja dulu. Setiap keluar dan masuk bus harus terus diabsen. Keadaan setiap siswa juga wajib dicek satu jam sekali. Itu tugasmu sebagai ketua kelas," begitu katanya.

Flo menarik bajuku. "Aku ingin duduk di belakang," rengeknya.

Kulihat kursi paling belakang. Ada 5 kursi sudah ditempati Oniel, Eli, dan Deo. Satu kursi dekat pintu milikku. Kursi yang kosong rencananya kupakai sebagai tempat buku-buku.

"Sudah penuh! Cari kursi yang lain," putusku.

"Aku ingin di situ," Flo merengek. Aneh sekali melihat anak lelaki merengek seperti ini.

"Sudah kubilang, cari yang lain!"

"Hei, Flo," panggil Sholeh. "Di sebelahku masih kosong."

Flo menggaruk kepala. "Bukannya Aldo tadi duduk di sebelahmu?"

Aldo melongok. "Oh, gue duduk di sini kok. Di sebelah Indah."

Indah yang duduk di samping Aldo nyengir. Matanya menghindari mataku. Aku berani taruhan, Aldo pasti menyimpan supply rokoknya di koper Indah.

"Oke." Flo pergi dari hadapanku.

"Apa ada lagi yang belum dapat kursi?" tanyaku.

Atin menunjuk ke depan. Cih! Si nomor 27 masih berdiri di belakang supir.

"Kenapa kamu belum duduk juga?" tanyaku ketus.

Dia membuka mulut, suara kering keluar dari sana. "Aku duduk di mana?"

Ada banyak kursi kosong. Dia kan bisa duduk di manapun yang dia inginkan. "Terserah kamu. Cepatlah duduk!" Aku jadi kesal sekali.

Gadis itu memilih tempat duduk di sebelah kanan dekat jendela.

"Jangan di situ!" bentak Frans. "Jangan duduk di kursi yang sejalur dengan kursiku. Merusak pemandangan."

Si nomor 27 berdiri. Berpindah ke kursi sebelahnya.

"Ho-ho, tidak boleh!" Eli berteriak dari belakang. "Aku juga tidak mau sejalur denganmu. Bisa sial nanti!"

Fiony dan Olla yang duduk di depan Eli langsung menegurnya. "Kau keterlaluan, Eli," kata Fiony.

Eli mencibir. Si nomor 27 berpindah lagi ke kursi sebelah kiri.

Giliran Indah yang merepet, "Aaa ... Indah gak suka dia duduk di situ. Sejalur dengannya membuat asma Indah kambuh. Mana lupa bawa obatnya lagi."

"Ah, I-Indah punya pe-penyakit asma, ya? A-aku juga. Aku ba-bawa obat-nya," celetuk Eve menawarkan.

"Sejak kapan lo punya penyakit asma?" bisik Aldo pada Indah.

J DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang