Enam ; Hancur.

64 12 0
                                    

Satu minggu itu berakhir tanpa adanya interaksi antara Jay dan Jungwon, kesalahpahaman diantara mereka belum usai. Jungwon memilih untuk menyiapkan hati terlebih dahulu sebelum memberitahu kejadian yang sebenarnya pada Jay. ia masih harus membiasakan diri dengan tatapan dingin menusuk yang terasa asing dari orang yang paling ia sayangi.

hingga sampailah pada hari itu, hari dimana Jungwon menekatkan dirinya untuk mengajak Jay berbicara. ini sudah satu minggu dan mereka tidak ada bertukar sapa sama sekali, jauh dalam lubuk hatinya Jungwon merindukan segala hal tentang Jay. mengenyampingkan apa yang pernah pemuda itu lakukan padanya. Persetan ia benar-benar rindu.

"kak Jay.." panggilnya saat melihat Jay baru saja keluar dari ruang guru, sehabis mengurus ijazahnya. sehabis ini seharusnya Jay sudah tidak ada acara, jadi Jungwon bisa mengajaknya berbicara sebelum pulang ke rumah. karena di rumah kedua orang tua nya dan Heeseung sudah pulang, dan Jungwon tidak ingin percakapannya nanti di dengar Heeseung atau orang tua nya.

Jay hanya menatap tanya pada Jungwon yang mencegatnya, Sunghoon dan Jake yang juga ikut mengurus ijazah dengan Jay hanya menepuk pundak Jay memberikan ruang bagi kedua anak adam itu untuk meluruskan kembali benang kusut diantara mereka.

"maaf ganggu, Jungwon mau ngomong.."

dan disini mereka sekarang, tempat yang menjadi awal kesalahpahaman terjadi. taman belakang sekolah. tempat yang tepat untuk dijadikan perundungan, selain tidak ada cctv disini juga jarang ada yang berlalu lalang. rumornya pernah ada yang bunuh diri disana membuat para murid dan guru enggan melewati jalan ini jika bukan karena desakan.

"kenapa?"

pertanyaan yang lebih menuju pada desakan. Jungwon tersenyum, satu minggu mengumpulkan keberanian setidaknya membuahkan hasil.

"sebelumnya, tolong jangan dipotong.. Jungwon cuma mau ngelurusin kesalahpahaman.. kak, semua itu cuma salah paham. aku gak nampar Seoyun, tapi dia yang--"

"lo masih mau ngelak? jelas-jelas gue liat sendiri lo nampar dia Yang Jungwon!"

Jungwon tersentak, sama sekali tidak menyangka Jay akan membentaknya seawal ini. ia kira Jay akan mengikuti ucapannya untuk membiarkan ia menjelaskan apa yang terjadi. matanya bergetar tapi selaras dengan itu alih-alih takut dan ingin menangis, emosi Jungwon justru membuncah. semua rasa lelahnya dengan keadaan yang semakin tidak terkendali membuatnya hilang kendali, ia lelah menangis, ia lelah menjadi lemah, ia lelah berlindung dibalik punggung Jay, ia lelah. dan semua perasaan lelahnya membuatnya marah. Jungwon balik menatap marah pada Jay.

"KAK!" sentaknya dengan napas naik turun, semua perilaku Jay akhir-akhir ini yang menimbulkan tanda tanya kembali terputar dalam ingatan. menambah api yang awalnya sudah membara tambah memanas.

"AKU UDAH BILANG DENGERIN AKU DULU!! aku gak nampar dia! dia yang tiba-tiba aja narik tangan aku dan bikin aku seolah-olah nampar dia!" hening sejenak, Jungwon menarik sergamnya menampilkan luka pada bahu dan kening yang selama ini ia sembunyikan.

"kakak tau ini ulah siapa?! ini ulah fans kakak! awalnya aku diam karna gamau nyari masalah, dan semua semakin runyam karna aku diam. mereka gak tau kalo kita kakak adik tiri, dan itu memperkeruh keadaan! mereka bilang aku murahan! mereka bilang aku kecentilan! dan semua hal yang aku perbuat terlihat salah dimata mereka! aku udah berusaha untuk berbaik hati sama mereka, aku gak ngasih tau siapapun karna gamau semua makin runyam. TAPI APA!?! mereka makin menjadi dan yang terparah adalah satu minggu yang lalu.." napas Jungwon naik turun, ia menatap tepat pada manik mata Jay. sudah tidak ada harapan apapun lagi dari tatapan dingin yang kini balik menatapnya marah. padahal Jungwon kira awalnya Jay akan membelanya, menanyakan apakah ia baik-baik saja atau paling tidak kata maaf karena lebih memilih gadis yang merisaknya.

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang