Sembilan ; Menuju Akhir.

61 7 0
                                    

Sekarang sudah saatnya Jungwon pergi, ia sudah bersiap dengan dua koper besar berisi perlengkapannya. Kamarnya sudah rapih selimut sudah ia lipat dan semua barang tertata rapih pada tempatnya, kemarin setelah berbincang-bincang dengan Seoyun Jungwon menghabiskan harinya dengan bebersih kamar.

Mungkin terdengar egois karena tidak mau menemui Jay, tapi bertemu dengan kakak tirinya sehari sebelum ia pergi bisa-bisa ia berubah pikiran.

Penerbangan masih enam jam lagi, sekarang masih jam dua belas siang sedangkan penerbangan masih jam enam sore. Jungwon memutuskan untuk menghabiskan waktu nya dengan berjalan-jalan sebentar dengan Sunoo, sebenarnya pemuda manis itu yang memaksa Jungwon untuk bertemu sebelum pergi.

"Jungwoooonnnn!!!" pekikan Sunoo terdengar nyaring, Jungwon bahkan butuh menutup telinga nya dengan kedua tangan karena benar-benar nyaring.

"ssttt jangan teriak-teriak gitu ih kak, diliatin tuh," Jungwon melirik sekitar yang sedang memperhatikan mereka, Sunoo terkekeh ia menggenggam tangan Jungwon sembari menariknya untuk jalan mengikuti langkahnya.

"iya tau, sengaja, hehehehe," senyum Sunoo itu seperti mantra, mau sekesal apapun Jungwon ia tidak bisa marah sebab tersihir mantra berupa senyuman kakak kelasnya.

"yaudah deh terserah kakak, sekarang mau kemana?"

"euummm, makan dulu aja yuk!" Sunoo dengan riang membawa Jungwon menuju restoran yang tidak jauh dari sana.

Pesanan sudah Sunoo pesankan, Jungwon tidak mau repot dengan memilih ia meminta Sunoo memilihkan makanan untuknya. Sunoo tidak menolak, ia dengan senang hati memesankan menu makan siang untuk Jungwon.

"tumben kak, mau ngajak Jungwon jalan berdua.." ucap Jungwon karena memanh Sunoo tidak biasa mengajak ia jalan hanya berdua.

"emang gak boleh?"

"nggak gitu... boleh boleh aja, tapi.. tumben aja gitu... biasanya sama kak Sunghoon..."

Sunoo mengangguk paham, "ya pengen aja berdua sama kamu, kan jarang.. gak pernah malah kan? Hahaha, padahal kita udah saling kenal dari kamu kelas tujuh"

Jungwon menyunggingkan senyum manisnya, memang mereka sudah kenal sedari kelas tujuh dan sudah nyaris empat tahun berteman. Tapi jalan Bersama saja mereka tidak pernah, ya mau gimana lagi hubungan pertemanan mereka hanya sebatas kakak adik kelas tidak lebih sebelum insiden satu bulan dua minggu yang lalu terjadi.

"Jungwon... yakin gak mau ketemu Jay dulu?"

Jungwon terdiam mendengar pertanyaan Sunoo, sejujurnya ia ingin. Sangat ingin untuk sekedar melihat wajah kakak tirinya mungkin untuk yang terakhir kali, sebelum ia pergi ke Amsterdam dan tidak kembali dalam kurun waktu yang tidak ia ketahui.

Melihat keterdiaman Jungwnon membuat Sunoo menghela napas pelan dan melanjutkan kalimatnya, "Jay kemaren udah membaik.. keadaannya udah jauh lebih stabil ketimbang terakhir kamu lihat dia dua hari lalu... gak mau mengucap salam perpisahan? Jay bakal dengar ucapan mu nanti... hitung-hitung agar Jay tahu kamu pergi kemana dan selama apa.."

Hening cukup lama, Jungwon menimbang-nimbang apakah harus mengunjungi Jay terlebih dahulu sebelum ia pergi ke bandara nanti atau tidak.

Dan pilihannya jatuh pada anggukan, ia memilih untuk mengunjungi Jay sehabis ini.

"iya kak, aku bakal jenguk kak Jay sebelum ke bandara.."

.
.

"Kak Jay.. Jungwon dateng..."

Tatapan Jungwon tidak berpindah, terus menatap sosok yang sedang terbaring lemah dengan berbagai selang penunjang kehidupan menempel pada tubuhnya. Walau Jungwon akui memang keadaannya jauh lebih membaik sejak dua hari yang lalu.

Di ruangan ini hanya ada ia seorang, sedangkan di luar ada Seoyun, Minhee, Jake, Sunghoon, Heeseung, dan kedua orang tua angkatnya. Seoyun menepati ucapannya, ia mendatangi Jay kemarin dan menceritakan semua yang ia lakukan pada Heeseung, termasuk perasaannya terhadap pemuda bermarga Park tersebut. Awalnya Heeseung tidak mengizinkan ia untuk menjaga Jay, namun mendengar Jungwon-lah yang meminta Seoyun untuk terus ada di sisi Jay membuat Heeseung akhirnya melunak dan memperbolehkan gadis itu ada diantara mereka sekarang.

"tapi Jungwon gak akan lama... Jungwon akan pergi sebentar lagi, kak.. kaya yang udah kakak dengar beberapa hari belakangan, aku bakal ke Amsterdam habis ini.. kak Jungwon pamit ya? Jungwon gak tau apa bakal balik lagi atau nggak, jadi Jungwon titip ayah bunda dan bang Heeseung sama kak Jay ya? Maafin Jungwon karna udah bentak kakak saat itu.. maafin Jungwon karna gak bisa kontrol emosi... maafin Jungwon ya kak... Jungwon sayang kakak, selalu.. jadi tolong bahagia ya nanti ketika kakak siuman... maaf sekali lagi karna Jungwon ngga akan ada saat kakak membuka mata nantinya... Jungwon pergi ya kak, sampai jumpa.."

Tak sadar Jungwon menitikkan air mata, ia menggenggam tangan Jay untuk yang terakhir kali sebelum melepaskannya dan berpaling. Ia mulai berjalan menjauh selaras dengan bunyi yang keluar dari monitor jantung Jay berdenging, menandakan ada kesalahan yang terjadi.

Sepertinya Jay menentang Jungwon untuk pergi, tapi Jungwon tidak berbalik ia terus melangkah bahkan sampai beberapa perawat dan dokter masuk untuk memeriksa keadaan Jay. Jungwon menangis tersedu ketika ia keluar dari ruangan, melihat Jungwon menangis Heeseung lantas berdiri dan memeluknya.

"k-kak Jay.." lirihnya dalam pelukan Heeseung, seakan mengadu pada yang lebih tua bahwa kakak nya sedang kesakitan.

"sstt... udah gapapa, Jay bakal baik-baik aja... percaya sama abang kan?" Jungwon mengangguk, ia mencoba untuk menghentikan tangisannya walau yang terjadi ia justru semakin terisak.

"nangisin dulu aja gapapa... tenangin dulu diri kamu sebelum pergi," Heeseung menepuk belakang leher Jungwon bermaksud menenangkan adik bungsunya.

"s-semua karna Jungwon... ka-kalo aja Jungwon g-gak kabur waktu itu hiks.. k-kak Jay gak akan b-begini.... Hiks.."

"udah Jungwon, gue udah bilang berkali-kali... ini bukan salah lo, dan gak ada yang harus kita maafin.. toh Jay juga pasti gak dendam sama lo... jadi udah, jangan terlalu lo pikirin, sekarang pikirin aja sekolah lo, Jay kita yang urus. Jangan gini, gue gak sanggup liat lo kaya gini Jungwon... nanti gue ikutan nangis nih," Minhee ikut menimbrung sebab tidak tega melihat adik kesayangannya terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.

Jungwon mengangguk sedikit terhibur dengan ucapan terakhir Minhee, ia melonggarkan pelukan sembari menghapus air mata. Memaksan seutas senyum untuk hadir.

"udah jam segini, Jungwon harus pergi... bang Hee anterin Jungwon kan?"

Heeseung mengangguk ia mengambil tas milik Jungwon yang sedari tadi ditaruh di samping bangku.

Jungwon beralih pada orang-orang disana, memeluk mereka satu persatu dan menyampaikan kalimat perpisahan. Berat tapi kalau tidak begini Jungwon tidak akan bisa melangkah lebih maju untuk menuju masa depannya.

Jungwon masih ingat bagaimana Jay memberitahunya untuk tetap berjalan maju dan memprioritaskan masa depannya, jadi untuk saat ini Jungwon akan mendengarkan perkataan Jay saat itu.

Ya mau gimana lagi, apapun yang berhubungan dengan Jungwon memang selalu Jay.

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang