Dua ; Harapan.

87 13 0
                                    

Pertemuan pertama yang terkesan, awal dari seorang Yang Jungwon terlalu bergantung pada Park Jay. Jay tidak masalah ia justru menyukainya, karena tiga tahun berlalu ia jadi merasa seperti memiliki adik. tak ada yang tak bisa di banggakan, Yang Jungwon adalah anak yang gampang belajar, ia bisa mendapatkan ranking teratas di sekolahnya, ia juga memiliki senyum yang manis dan menawan. semua teman-temannya merasa iri pada Jay karena memiliki adik seperi Yang Jungwon.

mereka hanya tidak tahu kalau Yang Jungwon dan Park Jay adalah anak yang diangkat. mereka masih sekolah dasar, tidak ada yang mengerti persoalan seperti itu. sampai sembilan tahun setelahnya keduanya duduk di bangku sekolah menengah akhir. Heeseung sudah menduduki bangku perkuliahan.

Mereka sudah lebih terbuka dan memiliki pemikiran yang lebih luas, akhirnya kebenaran tentang hubungan Jay dan Jungwon terbongkar. mereka bukan adik kakak kandung, melainkan kasarnya mereka di pungut.

dan saat itu pula Jungwon mengerti ucapan sang kakak saat pertama kali mereka bertemu, tentang dirinya yang sama sepertinya.

ya, Park Jay juga di buang. lebih parahnya, ia di buang saat masih bayi di tempat pembuangan akhir. hanya berselimut kain tipis dan badan mungil yang masih merah. ayah bunda Lee yang tidak tega melihat keadaan Jay yang terlantar seperti itu akhirnya membawa pulang Jay dan mengadopsinya, untungnya orangtua kandung Jay meninggalkan catatan tentang tanggal lahir dan nama asli si anak.

dengan kerendahan hati mereka, mereka tidak mengubah nama asli sebab tidak ingin benar-benar membuat Jay melupakan keluarga aslinya. hanya ingin membuat Jay tahu kalau dirinya memiliki keluarga asli diluar sana, yang mungkin saja sedang mencarinya. begitu juga dengan Jungwon.

namun keputusan itu justru membuat Jungwon di rundung.

mereka tidak pernah tahu kalau Jungwon yang selalu mengikuti Jay kemana saja itu adalah adik tirinya, yang mereka tahu hanya Jay yang adik tirinya Heeseung. Jungwon akhirnya di rundung dengan alasan terlalu centil pada Jay.

kelakuan siapa lagi kalau bukan fans-fans nya seorang Park Jay yang terkenal berkarisma? seorang Park Jay yang selalu menjadi perwakilan lomba sains, dan seorang Park Jay yang tidak pernah terbuka soal keluarganya.

mereka salah mengartikan keterdiaman seorang Park Jay terhadap keluarganya dan menganggap Jungwon terlalu ingin tahu apapun tentang Jay, padahal diberi tahu ataupun tidak pun Jungwon sudah tahu. dan entah darimana pula statement seorang Yang Jungwon ingin tahu apapun tentang Park Jay, hanya kabar burung yang datang dari mulut ke mulut tanpa tahu kebenarannya.

"sudah ku katakan kan! jauhi dia!!"

kepalanya sudah yang pening kembali di benturkan pada dinding disampingnya, satu lawan lima? yang benar saja. Jungwon bukan orang yang kuat ia hanya seorang pemuda lemah yang selalu mengandalkan seorang Park Jay.

"dia siapa yang kau maksud?" tanya Jungwon setelah mengumpulkan kekuatan untuk kembali berdiri, menatap tepat pada mata sang gadis yang membawa antek-anteknya.

Padahal mereka sudah kelas dua belas, sudah tinggal menunggu tanggal lulus. masih saja mencari gara-gara dengan adik kelas. 

"jangan pura-pura bodoh, aku yakin kau tau siapa dia. atau kau memang bodoh? ah benar, kau memang bodoh. makanya kak Jay selalu menghindar dan jijik pada mu, anak buangan."

Jungwon tahu ia memang dibuang, Jungwon paham ia tidak diinginkan di keluarganya. ia juga sudah sering mendengar kalimat seperti itu. namun bukan itu yang membuatnya mendadak diam seribu bahasa, melainkan kata-kata bahwa Jay selalu menghindarinya dan jijik padanya. Jungwon tak bisa membantah pernyataan yang satu itu. memang pada kenyataannya Jay sudah menjaga jarak padanya sejak pertama ia masuk ke sekolah yang sama dengan yang lebih tua. padahal dulu saat Jay tahu ia akan satu sekolah dasar dan menengah pertama dengan Jay pemuda itu terlihat seperti manusia paling bahagia. namun satu tahun lalu saat ia tahu Jungwon akan satu sekolah lagi dengannya pemuda itu mendadak diam dan mendingin padanya.

"oh, sudah sadar sekarang kau hanya parasit baginya?" ucapan sarkas itu menggema karena keheningan yang sempat tercipta. Jungwon kembali sadar kepermukaan lantas menatap marah gadis dihadapannya. ia memberanikan diri untuk melangkah dengan tatapan penuh amarah.

"memangnya kau tau apa tentang kak Jay? berbicara seperti kau adalah orang yang paling mengenalnya. jangan bercanda, kau bahkan tidak tahu apapun tentang kak Jay.." ucapan Jungwon ternyata menyulut emosi lawan bicaranya, empat orang dibelakang si gadis sudah ancang-ancang ingin membenturkan kembali kepala Jungwon jika saja gadis itu tidak melihat ada Jay dibelakang Jungwon sedang berjalan dengan keempat temannya. lantas saja ide licik muncul, ia menyuruh teman-temannya untuk berdiam dan dia yang mengambil alih peran.

Diambilnya tangan Jungwon dan digerakan pada pipinya, seakan Jungwon menampar gadis tersebut dengan kasar. tangan Jungwon memerah panas sebab gadis tersebut tidak main-main ia benar-benar membuat Jungwon seolah-olah menamparnya.

"Jungwon.. a-akukan udah bilang aku minta maaf.." ucapnya sembari memegang pipinya yang benar-benar terasa panas, walau tidak sesakit kepala dan telapak tangan Jungwon.

"t-tapi--"

"YANG JUNGWON!" bentakan itu terdengar menggelegar, keadaan sekolah yang sudah sepi sebab sudah nyaris malam menambah kesan dingin. Jungwon dengan mata membulat sempurna menoleh, mendapati Jay dan keempat temannya yang ia tahu bernama Jake, Sunghoon, dan Minhee berjalan kearah mereka. Jungwon kira ia akan dibela, Jungwon kira Jay mengkhawatirkannya, Jungwon kira Jay akan percaya pada dirinya. tetapi pada kenyataannya..

'bruk!'

tubuh Jungwon jatuh begitu saja diatas bebatuan, tangannya yang semula sudah panas kini harus merasakan perih karena lecet. apa itu barusan? Jay mendorongnya? dan lebih memilih untuk menolong gadis yang sudah merundungnya?

"GUE KIRA LO GAK SEJAHAT INI BUAT NAMPAR ORANG LAIN JUNGWON!" bentakan Jay lagi-lagi terdengar menggelegar, Jungwon yang sudah kepalang tidak mengerti keadaan hanya bisa menunduk. yang ada diotaknya saat ini hanya Jay yang dihadapannya bukan Jay yang ia kenal.

"Seoyun lo gapapa?" pertanyaan yang seharusnya diberikan untuk Jungwon justru terlontar pada gadis dihadapannya. gadis itu menggeleng, ia tiba-tiba terisak seakan benar-benar mencari perhatian seorang Park Jay.

"a-aku gapapa.. tadi aku cuma mau minta maaf sama Jungwon karna udah ngebasahin bajunya, tapi kayanya Jungwon gamau maafin aku.."

"iya, iya gapapa.. luka lo diobatin dulu ya.. Jungwon, gue gak pernah tau lo bisa sekekanakan ini..." ucap Jay sarkas, tanpa tahu kalau sebenarnya disini ia dijebak. Seoyun memandang penuh kemenangan di sela-sela aktingnya dalam pelukan Jay sebelum mereka beranjak pergi ke UKS.

Jungwon hanya diam bibirnya kelu, ia tidak tahu apa yang terjadi semua terasa begitu cepat. namun satu yang ia tangkap, ia sedang dijebak.

saat Jungwon rasa ia sudah sendiri disana, ia menangis karena semua terasa menyesakkan. dilihatnya tangan yang sudah penuh dengan luka, diabaikannya pening yang mendera. sebab rasa sakit pada hatinya jauh lebih mendominasi. ia tidak pernah tahu bahwa Jay akan berkata seperti itu, ia tidak pernah menyangka bahwa seseorang yang selalu membanggakan dirinya akan memandangnya penuh amarah seperti tadi. Jungwon kira satu-satunya yang mengerti dirinya adalah Park Jay, satu-satunya orang yang akan percaya pada dirinya adalah Park Jay. tapi ternyata perkiraan Jungwon salah. meleset terlalu jauh hingga menimbulkan luka yang amat dalam.

Jujur, Jungwon tidak mengapa jika Jay menjaga jarak dan tidak perduli padanya lagi. tapi tidak dengan ucapan sarkas yang jelas-jelas menghakiminya itu. Jungwon tidak salah, ia bahkan tidak tahu sejak kapan bajunya ikut basah, semua benar-benar sudah di rencanakan.

Jungwon membiarkan dirinya menangis dibawah pohon rindang belakang sekolah, meraung memegang dadanya yang terasa sangat sesak. ia ingin pulang.

hingga Jungwon merasakan seseorang memberikannya jaket dan uluran tangan dengan permen strawberry dihadapannya, Jungwon pikir itu Jay. bodoh memang masih mengharapkan kehadiran seseorang yang jelas-jelas sudah membalikan bahu dan tak lagi perduli.

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang