Sebelas ; Pada akhirnya.

77 8 0
                                    

Hari sudah berganti, Heeseung dan kedua orangtuanya sedang dalam perjalanan untuk mengurus perpindahaan jenazah Jungwon bersamaan dengan saudara korban tewas lainnya yang berkewarganegaraan Korea Selatan.

Mereka memutuskan untuk tetap mengkremasikan jenazah adik bungsu mereka di negara kelahirannya, selain agar gampang untuk di kunjungi juga agar tidak menjauhkan Jungwon dari ibu nya.

Minhee dan Seoyun masih di rumah sakit sedangkan Jake sedang pulang untuk mengambil beberapa keperluan.

"lo gak pulang? Anak gadis dua hari gak nampakin diri di rumah, emang gak di cari?" pertanyaan dari Minhee membuat Seoyun yang sedang menatap orang berlalu-lalang di hadapan mereka menoleh, tersenyum miris sembari mengecek ponselnya. Kosong, tidak ada notifikasi sama sekali.

"emang gak ada yang bakal nyari," jawab Seoyun dengan entengnya, membuat Minhee mengernyit lantas mengangguk paham.

"sepi ya?" tanya Minhee tiba-tiba, membuat Seoyun menghela napas pelan dan menggeleng.

"udah biasa, udahlah.. biarin aja, kan bagus lo jadi ada temen, gak sendirian banget disini nungguin Jake balik."

Minhee mengangguk paham, ini masalah Seoyun ia tidak berhak untuk bertanya walau sebenarnya ia penasaran. Hening kembali datang, tidak ada yang berniat memecahkannya sekalipun Minhee yang terkenal tidak suka kesunyian.

"Seoyun.. gimana caranya ngejelasin ini ke Jay? Kalo dia bangun nanti, apa yang harus gue katakan ke dia? Jay, adek lo udah gak ada.. gitu? Atau Jungwon udah ketemu ibu kandungnya.. gitu? Terus nanti respon dia bakal gimana? Gue takut dia tambah parah... gue takut dia marah, gue takut dia berubah... gue harus apa Seoyun?" Minhee menunduk, menangis pun sudah tak lagi bisa ia lakukan. Air matanya sudah kering sejak subuh tadi ia pakai untuk menangisi kepergian adik tersayangnya.

"itu urusan nanti ya... kalau Jungwon sudah di sini, atau kalau Jungwon sudah di kremasikan kita baru bilang ke Jay.. gak perlu terburu-buru, Jay juga perlu bangun dulu buat tahu keadaan adik nya.. ya?" Seoyun menggengam tangan Minhee memberikan kekuatan pada teman barunya.

Diam-diam ia tersenyum, akhirnya ia memiliki teman. Teman yang tak perlu ia berikan sesuatu untuk ada di sisinya, teman yang akhirnya Seoyun merasa nyaman dan aman berada di dekat nya.

"sekarang lo tidur dulu aja... bang Heeseung bakal sampe besok, Jake juga tadi kan bilang bakal lama karna ke rumah lo dulu ambil baju.. udah tidur dulu sini..." Seoyun membawa tubuh Minhee untuk berbaring meletakan kepalanya diatas pangkuan si gadis, Seoyun tahu kok Minhee sudah memiliki pacar dan ia bukan straight jadi tidak mungkin ia menyukai Minhee. Ia hanya merasa nyaman berada di dekat Minhee.

Rumah sakit ini menyiapkan tempat untuk penunggu pasien dalam ruangan ICU di luar ruangannya langsung, karena akan berbahaya jika menunggu langsung di dalam ruangan. Jadi sebenarnya sedari malam mereka duduk ngemper di ruangan khusus para penunggu pasien dalam ruangan ICU.

Karena tempat yang mereka dapatkan cukup luas, Minhee bisa merebahkan badannya dan menjadikan paha Seoyun sebagai bantalan ia beristirahat.

.
.

Hari silih berganti, ini terhitung sudah satu minggu kepergian Jungwon. Keadaan perlahan membaik walau kondisi Jay tak kunjung menunjukan tanda-tanda akan membaik, sebaliknya perlahan yang terjadi justru memburuk.

Heeseung dan kedua orang tuanya pun sudah mulai bisa merelakan jika memang Jay tidak bisa selamat, begitu juga dengan Minhee yang diam-diam mulai mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja jika Jay benar-benar memilih untuk mengikuti Jungwon. Walau tak bisa ia pungkiri dalam hatinya masih terbesit harapan kecil, bahwa Jay akan kembali pulih dan berdiri di sampingnya seperti sedia kala.

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang