Dua Belas ; Ujung Cerita.

107 8 1
                                    

Bonus Chapter!


Minhee menatap dua guci berisi abu milik sahabatnya dengan tatapan tak terbaca, sudah setahun dan sudah terlewat banyak hal selama satu tahun ini. ia merindukan mereka, tidak bohong memang siapa yang tidak merindukan sahabat sedari kecil jika harus berpisah beda alam seperti ini?

Yang jelas dia bukan Kang Minhee.

"Jungwon, Jay.. apa kabar? baik kan? hehe, semoga baik-baik aja di sana ya... gue di sini baik kok.. baik, soalnya ada Seoyun disamping gue.. dia gak seburuk yang gue pikirkan di awal, justru kayak nya kalo dia gak ada gue udah nyusul kalian sih, hahaha..." Minhee tak lagi menangis, ia sudah bisa merelakan mereka untuk bahagia bersama disana. walau memang sesak masih selalu menghampiri.

"dulu gue bertanya-tanya, kenapa kalian jahat banget ninggalin gue di dunia sendirian.. sekarang gue tau jawabannya, karena emang masih ada yang harus gue bahagiakan, masih ada yang harus gue jaga, masih ada yang harus gue peluk dan genggam disini... jadi Jungwon, Jay... sekarang gue udah bisa bilang bahwa gue akan bahagia, sekarang gue akan janji bahwa gue bakal bahagia di sini... ada seseorang yang harus gue bahagiakan, ada seseorang yang menjadikan gue alasannya bahagia, dan dia juga yang menjadi alasan gue bahagia.." Minhee tersenyum teduh, senyuman yang sudah lama tak hadir di wajah rupawannya.

"Jadi Jungwon, Jay.. jangan khawatirin gue lagi ya? abis setiap kalian dateng ke mimpi gue selalu natep gue bersalah terus... udah gausah dateng ke mimpi gue lagi kalo masih natep gue pake tatapan kaya gitu deh, eh jangan deng... jangan berhenti dateng ke mimpi gue, tapi berhenti natap gue dengan perasaan bersalah... ya?" kali ini Minhee mengusap foto kedua sahabatnya.

"gue kangen kalian, kangen main bareng lagi... rasanya sepi gak ada kalian, tapi ya mau gimana lagi? jalan takdir sudah seperti ini, gue gak punya kuasa untuk mengubah... tapi setidaknya, gue punya kesempatan untuk menjalankan hari lebih baik dari yang kemarin kan?"

"Jungwon... izinin gue untuk melanjutkan mimpi lo ya? beasiswa Amsterdam. Jay... izinin gue juga buat merealisasikan impian lo ya? membangun rumah panti untuk anak-anak terlantar. harapan kalian untuk dua hal itu sangat besar, sayang sekali kalau nggak ada yang meneruskan.. jadi izinin gue ya? bantu gue juga... agar bisa mewujudkan dua hal itu nantinya.." Minhee tersenyum lebih lebar, tak ada kata-kata yang terucap lagi dari belah bibirnya. ia sibuk mengamati dua foto sang sahabat, senyum mereka yang begitu lebar mampu membuat hatinya menghangat.

"udah itu aja untuk hari ini, lain kali gue bawa yang lain ke sini... sekarang, gue pamit pulang ya.. sampai jumpa..."

Minhee berjalan mundur beberapa langkah sebelum membalikkan bahu dengan perasaan yang perlahan melega, semua bebannya seakan terangkat.

Satu tahun bukan waktu yang singkat, sudah banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun ini. banyak kejadian yang membuat Minhee jadi menyadari bahwa kehadirannya ini berharga, banyak hal yang seakan membuktikan bahwa ia pantas bahagia setelah ditinggal kedua sahabatnya.

Kini yang harus Minhee lakukan adalah bahagia. seperti apa yang Jungwon dan Jay inginkan untuknya.

--THE REAL END--

Haaii, makasih banyak untuk yang udah baca sampai chapter terakhir ini... aku berterimakasih banget buat kalian yang udah ngeluangin waktu buat baca cerita ini, apalagi buat yang sudah menyempatkan diri untuk mengapresiasi karya ini dengan Vote dan Comment. BIG LOOOVVEEE BUAT KALIIIAAANNNN AAAAAAA!!! 🧡💚💙🤍❤💜🤎💕💗💖💘💝!!!

Sampai jumpa lagi di work selanjutnyaa ^^

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang