Empat ; Keputusan.

59 12 0
                                    

Hari itu akhirnya Jungwon tidak pulang ke rumah karena tidak mau memperlihatkan keadaan kacau sehabis menangis, jadi ia meminta izin untuk menginap dirumah Minhee sebagai gantinya. beruntung kedua orang tua angkatnya tidak pernah ragu dengan Kang Minhee jadi gampang untuk meminta izin. malam itu pula Jungwon menguatkan hatinya untuk mengonfirmasi program beasiswa yang ia daftarkan dua bulan lalu.

keesokannya Jungwon pulang diantar Minhee sampai depan gerbang, pemuda manis itu ada jadwal kencan dengan pacarnya jadi tidak bisa mampir. Jungwon agak ragu untuk masuk karena tidak melihat ada mobil orang tuanya dan hanya ada motor milik Jay, Heeseung hari ini ada kelas Jungwon hafal jadwal kakak tiri pertamanya itu.

Jungwon mengambil napas dalam sebelum masuk kedalam rumah, menguatkan hati jika yang diterimanya adalah caci maki. walau jauh dalam lubuk hati Jungwon mengharap sebuah pelukan hangat dan usapan serta ucapan bahwa semua akan baik-baik saja dari seseorang yang kini benar-benar sedang memakinya.

"jadi, abis nampar orang karna masalah kecil, lo gak mau ngakuin kesalahan lo dan pergi gitu aja?" nada dingin dan tidak bersahabat menyapa gendang telinga Jungwon. walau sudah menyiapkan mental, tetap saja hatinya terasa teriris.

"m-maksud kakak?"

"kekanakan, gitu aja lo gak paham? lo udah nampar orang gak bersalah, dan semalem lo pergi gitu aja ngindarin masalah?" Jay menatap tepat pada maniknya tatapan dingin yang sangat asing. demi apapun sekalipun selama enam bulan ini Jay berperilaku berbeda ia tidak pernah mendapatkan tatapan seperti ini.

"aku gak nampar dia kak--" Jungwon mencoba membela dirinya, namun Jay lebih dulu menyela.

"gausah ngebantah! emang sedari awal harusnya gue gak pernah nolongin lo!"

ucapan terakhir sebelum Jay pergi meninggalkan dirinya dengan beribu rasa sesak yang kembali hadir. setidak pantas itukah Jungwon merasakan bahagia?

setelah apa yang sudah mereka lalui selama sembilan tahun ini, setelah semua hal baik yang sudah mereka jalani selama ini. mengapa harus akhir seperti ini yang lagi-lagi Jungwon rasakan? jika seperti ini jalan ceritanya, bagaimana caranya Jungwon untuk percaya pada manusia lagi?

satu-satunya manusia yang memegang tahta tertinggi dari rasa percayanya pada sesama manusia kini menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping.

Jujur sekali, Jungwon sama sekali tidak mengerti dengan Jay. mengapa semua terasa sangat tiba-tiba, dari mulai ia yang berubah menjadi cuek sampai ia yang tak lagi mempercayainya. kalau memang Jay tidak lagi sayang pada dirinya, atau memang menyesal sudah menolongnya mengapa ia harus bersikap baik diawal? seakan memberikan harapan pada Jungwon bahwa dunia tidak jahat. jika memang Jay baru merasakan penyesalan itu, mengapa tak memberikannya alasan?

setidaknya agar Jungwon tahu apa yang harus ia lakukan. bukannya terus-terusan menghakimi dirinya seperti ini, dan membuat Jungwon jadi tersesat.

Jungwon sudah lelah. benar-benar lelah sampai rasanya ia hanya ingin kabur, pergi yang jauh dan tidak lagi pulang atau bahkan menampakkan dirinya dihadapan Jay, Heeseung, maupun kedua orangtua angkat yang sangat ia sayangi.

Rasa sesak yang sudah benar-benar menyiksa akhirnya membulatkan tekad Jungwon untuk menerima beasiswa di Amsterdam.

malamnya saat Heeseung dan kedua orangtua angkatnya sudah pulang Jungwon langsung mengajak mereka untuk berbicara, tentang dirinya yang akan menerima beasiswa dan rencana masadepannya nanti. awalnya mereka membantah, tidak ingin Jungwon pergi jauh dan memutus pertanggungjawabannya. tapi pada akhirnya ayah Lee memberikan izin dengan satu syarat, "silahkan ambil beasiswa itu, tapi tidak dengan melepas tanggungjawab kami sebagai keluarga mu Jungwon.. kalau kamu tidak mau, ayah tidak akan izinkan. sudah itu sudah titik tidak ada bantahan lagi."

Jungwon agak kecewa, tapi penjelasan bunda membuatnya juga jadi tidak enak menolak syarat yang diberikan ayah Lee. "Jungwon.. kami menyayangimu apa adanya, kami mengangkatmu menjadi anak kami itu tanpa alasan... kami menyayangimu karena kamu adalah kamu, bunda senang sekali awalnya akhirnya bunda punya anak manis yang bisa bunda dandani secantik mungkin... karena Jay dan Heeseung selalu menolak didandani dan hanya kamu yang diam anteng... bunda jatuh cinta saat melihat kamu untuk pertama kalinya Jungwon... jadi jangan sekali-kali meminta kami untuk lepas tanggungjawab sebagai orangtua kamu... kami tidak menuntut balas, hanya ingin melihat kalian bahagia dan sukses dengan jalan masing-masing..."

"iya Jungwon.. kami itu keluarga, akan selalu menjadi rumah dan tempat berpulang, jadi janji sama abang kamu bakal pulang, ya?"

Jungwon berat sebenarnya, takut untuk pulang dan mendapati Jay justru menanyakan mengapa ia pulang. tapi mungkin ia bisa menjadikan bang Heeseung dan kedua orangtua angkatnya untuk menjadi alasan ia kembali.

Jadi dengan senyum merekah dan perasaan senang Jungwon mengangguk sembari memeluk tiga orang kesayangannya.

ya, mengenyampingkan Jay yang tidak lagi perduli. setidaknya Jungwon masih punya mereka yang bisa ia jadikan tempatnya kembali. rumah yang sebenarnya. dan seharusnya memang sedari awal Jungwon tidak terlalu berharap pada sosok yang menolongnya sembilan tahun silam.

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang