Tiga ; Putus Asa.

66 12 0
                                    

"kak Sunoo? kak Sunghoon?" lirihnya melihat dua orang dengan raut wajah berbeda sedang berdiri dihadapannya, ia mendongak lebih untuk melihat siapa yang memberikannya jaket. "kak Minhee..."

Sunoo dengan senyum manisnya menyodorkan kembali permen strawberry dalam genggamannya untuk Jungwon, Jungwon yang tidak enak langsung saja mengambil permen tersebut tidak lupa ucapan terimakasih ia lirihkan.

"ayo bangun, luka lo juga perlu diobatin," Minhee merangkulnya dari belakang, membantunya untuk berdiri.

"m-makasih.." ucapnya saat sudah berdiri, Sunoo memeluk tubuhnya mengusap punggung yang menyimpan begitu banyak luka dengan pelan.

"aku tadi liat dari kelas, kamu gak salah... harusnya tadi aku lari lebih cepet biar bisa bales cewek uler itu.." ucap Sunoo

Jungwon ingin tersenyum tapi bibirnya seakan tak bisa bergerak untuk membentuk sebuah kurva, pelukan hangat lagi-lagi ia rasakan dari arah belakang. Minhee ikut memeluknya. "lagipula cuma orang bodoh yang percaya sama akting murahan kaya tadi."

Sunoo terkekeh begitu juga dengan Sunghoon, tapi tidak dengan Jungwon. hatinya sudah kepalang sakit hingga tidak mampu lagi berpura-pura.

"untung tadi Sunoo keburu nelfon gue, jadi gue gak perlu percaya sama akting kaya tadi," ucap Sunghoon mengundang delikan dari Minhee.

"berarti lo bodoh, sempet percaya sama cewek uler itu," balas Minhee sarkas.

"heh, gue gak bilang gue percaya ya!"

"secara gak langsung mr. park.."

Park Sunghoon dan Kang Minhee, benar-benar tidak bisa diam ternyata. dimana dan kapan saja mereka pasti akan beradu argumen. lucu sekali melihat keduanya beradu argument dengan raut wajah saling meledek satu sama lain, mereka bahkan diberi julukan Tom&Jerry saking seringnya berkelahi.

"sstt, ini ada pasieenn.. kok malah tengkar??" Sunoo menengahi, ya gimana ya posisi mereka bahkan masih berpelukan terkecuali Sunghoon.

"eum.. Jungwon, pulang bareng gue aja yuk? gue lagi bawa mobil.. kita obatin luka lo di mobil gue ya.."

Jungwon ingin menolak karena tidak enak, tapi Minhee lebih dulu menggenggam tangannya dan membawanya pergi menuju parkiran mobil sesaat setelah Minhee pamit pada Sunoo. lagi dan lagi Jungwon kurang cepat.

atmosfir mobil terasa sangat dingin karena tidak ada yang memulai percakapan. Kang Minhee ini teman Jay sedari kecil, ia bahkan sudah tahu kalau Jungwon adalah adik tirinya. karena memang mereka sudah sedekat itu sampai Jungwon kadang juga merasa bahwa Minhee adalah kakaknya.

"lain kali harusnya lo nampar dia lebih kenceng," ucap Minhee membuat lamunan Jungwon buyar.

"tapi Jungwon nggak nampar dia kak.." bela Jungwon karena merasa Minhee juga menganggap dirinya menampar Seoyun.

"bukan itu maksud gue, iya gue percaya lo gak nampar dia. keliatan banget malah itu tadi cuma akting, emang Jay aja bego banget segala kemakan akting bulus cewek uler kaya Seoyun. segala bilang lo yang kekanakan, heh anjing banget tuh orang dia yang kekanakan malah bilang lo yang kekanakan. belom aja dia gue giles jadi sambel cacah!" omel Minhee dengan fokus yang tidak lepas dari luka di kepala Jungwon.

Jungwon sesekali meringis karena perih mendera peningnya yang sedang dikompres. Minhee ikut-ikutan mengernyit, ia tidak tahu kalau luka pada kening Jungwon akan separah ini. "apa kasih tau ayah sama bunda aja?" tanyanya dengan tatapan yang berubah menjadi khawatir.

Jungwon sontak menggeleng ribut, sudah cukup ia merepotkan kedua orang tua angkatnya itu. ia tidak mau lagi membuat mereka yang sudah berbaik hati mengurus dirinya sejak kecil itu khawatir akan kondisinya.

"gak perlu kak.. gapapa, Jungwon gapapa.. toh ini udah kelas terakhir Jungwon sekolah disini..."

"maksud lo?" Minhee menatap Jungwon penuh tanda tanya, memaksa yang lebih muda untuk menjelaskan lebih detail.

"beasiswa... Jungwon diem-diem ngirim program beasiswa ke Amsterdam.. dan ternyata Jungwon diterima di salah satu sekolah ternama disana, tadinya Jungwon cuma iseng dan gak mau ngambil beasiswa itu karena kak Jay, tapi.. Jungwon rasa mereka benar kak, Jungwon menjijikan... kak Jay udah tau soal itu dan pasti karena itu kak Jay menjauh.. jadi daripada Jungwon disini cuma jadi parasit bagi kak Jay dan kak Heeseung, dan selalu ngerepotin ayah dan bunda.. Jungwon bakal nerima beasiswa itu dan pergi dari sini... Jungwon akan hidup sendiri seperti sebagaimana seharusnya.." jelas Jungwon panjang lebar.

Hanya pada Minhee, Jay, dan Heeseung Jungwon bisa terbuka sebenarnya. dan karena saat ini hanya ada Minhee jadi Jungwon bisa menceritakan semuanya. Minhee ingin mengelak tapi apa boleh buat, ia tidak bisa melihat adik tiri temannya yang sudah ia anggap adiknya juga ini selalu tersiksa jika tinggal disini.

"ayah bunda udah tau?"

Jungwon mengangguk, "udah kak.. tapi mereka belum tau kalo aku bakal nerima beasiswa itu dan lepas tanggung jawab dari mereka... bang Heeseung juga tau.. yang belum tau cuma kak Jay.." Jungwon menghela napasnya melihat Jay dengan motor matic nya keluar dari gerbang sekolah membonceng gadis yang tadi membullynya.

"kak Jay berubah sejak aku masuk SMA.. awalnya ku pikir mungkin karna kak Jay butuh sendiri jadi aku juga buat jarak selama beberapa bulan ini.. tapi ternyata karna emang aku semenyedihkan itu untuk diakui.." Jungwon mulai menunduk napasnya kembali tercekat, dilihatnya permen strawberry pemberian Sunoo yang belum ia makan dalam genggamannya. memori sembilan tahun lalu saat Jay kecil yang dengan polosnya mengajak ia berbicara dan menenangkannya karena ia dibuang di tengah hiruk pikuknya perkotaan tengah malam kembali terputar.

ia bahkan tidak sadar kalau dirinya sudah menangis tersedu-sedu. tidak bisa Jungwon pungkiri bahwa ia merindukan sosok hangat kakak tiri yang selalu ia banggakan dan selalu ia jadikan role model. kejadian hari ini benar-benar menampar Jungwon, semesta sepertinya memang tidak suka dengan kebahagiaan yang Jungwon dapatkan. dahulu ia bahagia memiliki seorang ibu yang hebat, namun semesta memisahkan mereka. sekarang Jungwon bahagia memiliki Jay sebagai kakak tiri sekaligus pionir kehidupannya, tapi lagi dan lagi semesta membuat mereka harus berpisah.

Minhee memeluk tubuh Jungwon yang sudah menunduk dalam, amat tidak rela melihat adiknya menangis dengan suara terhimpit seakan benar-benar putus asa.

Hanya Sebuah Kisah Klasik < Jaywon + Minhee >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang