Part 3

1.5K 214 13
                                    

Sarada memandang kebisingan yang dibuat oleh beberapa anak seusianya, mereka tampak berlari kesana-kemari memperebutkan mainan yang hampir rusak karena tarikan tangan mereka. Gadis kecil itu memilih untuk menghindari konflik dan duduk di sudut ruangan, mengambil boneka kuda kesukaannya dan buku gambar kemudian mulai membuat sesuatu di sana.

Suasana bising itu terjadi cukup lama hingga tempat penitipan anak yang tadinya ramai kini mendadak jadi hening, saat pintu ruangan terbuka. Sosok Tenten berdiri dengan senyum hangatnya, dibelakang tubuh gadis cantik itu terdapat seorang anak laki-laki berwajah tampan yang menatap sekitaran.

Si gadis berdarah China tersebut berjalan masuk sambil menggandeng tangan anak lelaki tadi, dia bertepuk tangan untuk mengambil alih perhatian semua anak yang ada. "Anak-anak semuanya, Bibi punya berita bagus."

"Apa Bibi?" tanya seorang bocah perempuan berambut hijau.

"Kalian semua kedatangan teman baru. Nah, ayo perkenalkan dirimu jagoan, agar teman-teman yang lain bisa bermain dan berinteraksi denganmu."

Anak laki-laki berwajah tampan itu bergerak maju, dia menatap satu persatu orang-orang yang ada di sana. "Namaku Uchiha Daichi, kalian semua bisa memanggilku Daichi, salam kenal."

"Salam kenal Daichi!" jawab anak-anak dengan serentak, setelah perkenalan singkat itu, mereka kembali bermain seperti tadi.

Beberapa anak laki-laki mengajak Daichi untuk bermain bola dan ada juga anak perempuan yang memberikan permen nya pada Daichi. Bocah tampan itu tampak disukai oleh banyak orang karena dia yang bisa berinteraksi dengan baik.

Disaat semua anak bermain dengan Daichi, maka Sarada tetap berada di tempatnya. Dia malah asyik mewarnai bukit yang baru saja ia gambar, hingga pergerakannya terhenti saat merasakan seseorang menatapnya.

Sarada celingak-celinguk, dan tatapannya bertemu dengan manik hitam Daichi. Mereka saling pandang kemudian bocah tampan tersebut tersenyum dan berjalan untuk mendekati Sarada.

"Kau tidak ingin berkenalan denganku? Aku tampan dan disukai banyak orang," ujarnya narsis.

Sarada hanya diam, sedikit bingung dengan sikap Daichi yang sok dekat. Melihat respon Sarada membuat bocah berusia 5 tahun itu menggerutu, dia menarik tangan mungil Sarada dan menggoyangkan perlahan.

"Aku Uchiha Daichi, umurku 5 tahun. Kau siapa dan berapa umurmu?"

Gadis kecil itu menatap Daichi sejenak, dia memandang tangannya yang dipegang oleh Daichi kemudian menariknya, "Tidak copan kalna pegang tangan Calad. Aku Haluno Calada, 3 tahun."

"Calad? Salad? Siapa?"

"Calad."

Daichi tertawa mendengar ucapan cadel sang gadis, dia bahkan memegangi perutnya dan menunjuk-nunjuk Sarada. "Kau tidak bisa mengucapkan huruf S dengan benar."

Mendengar ucapan Daichi sontak membuat Sarada memberengut kesal, dia menarik buku gambarnya dan berlalu pergi dari sana. Meninggalkan sosok Daichi yang masih tertawa, Sarada berjalan sambil menghentakkan kaki.

Melihat Sarada yang merajuk membuat Daichi menghentikan tawanya, dia bergegas menyusul Sarada dan mendekatinya. Berkali-kali bocah itu membujuk Sarada agar mau berbicara dengannya lagi, entah kenapa tapi Daichi sangat ingin berteman dengan gadis cadel itu.

Saat makan siang pun Sarada masih tetap tidak mau berbicara dengan Daichi. Hingga akhirnya Daichi membiarkan Sarada sendiri, bocah tampan itu mengabaikan anak-anak lainnya yang mengajak untuk bermain. Meminta maaf dari Sarada lebih penting baginya sekarang.

Dia mulai berpikir dan sebuah ide terlintas di otaknya, Daichi meminjam pensil dan meminta sehelai kertas warni berwarna pink pada Tenten. Kemudian mulai menuliskan sesuatu di sana, dia juga menyelipkan permen yang diberikan oleh anak-anak tadi.

"Untukmu. Aku ingin minta maaf." Daichi mengulurkan permen berisi tulisan di atasnya.

"Untuk Calad?"

"Iya, sebagai permintaan maafku karena sudah mengejekmu. Aku tidak akan melakukan itu lagi, aku minta maaf Salad."

Gadis kecil itu menatap Daichi kemudian tersenyum, dia mengambil permen tersebut dan mulai memakannya. "Telima kacih. Tapi, Calad belum bica baca, jadi calad tidak tahu kak Daichi tulic apa."

"Tidak masalah. Karena kita sudah berbaikan, apa ini pertanda kalau kita sudah menjadi teman?"

"Tentu."

Keduanya tersenyum dan mulai bermain bersama, dimulai dari menggambar, bermain perang-perangan dan berakhir Sarada yang menangis karena kembali diisengi oleh Daichi.

*****

Seperti biasanya saat hari akan gelap maka Sakura sudah berada di tempat penitipan anak, wanita berambut merah muda itu tersenyum saat melihat sosok Sarada yang sudah menunggu di depan pintu bersama dengan Tenten. Berjongkok saat gadis kecil tersebut berlari memeluk tubuhnya.

Kecupan pipi kembali diberikan, begitupun dengan Sakura yang membalas ciuman Sarada. Wanita itu membawa tubuhnya berdiri dengan Sarada di gendongan, mengucapkan terima kasih dan berpamitan untuk pulang pada Tenten.

"Bagaimana hari ini sayang? Apa semuanya terasa menyenangkan? Salad tidak nakal kan?"

Si gadis kecil menggelengkan kepala, dia meronta untuk turun dari gendongan Sakura. Kaki mungil tersebut mulai menapak dan mereka kembali berjalan sembari bergandengan tangan.

"Cenang. Tadi ada anak balu Mama, dia menyebalkan. Kak Daichi juga ejek Calad kalna Calad cadel. Tapi, kak Daichi minta maap dan kami bemain becama."

"Jadi, namanya Daichi. Apa tadi kalian bermain berdua saja?"

"Iya Mama. Kak Daichi hebat gambal, Calad jadi mau belajal. Boleh kan Ma?"

Sakura mengangguk, "Boleh, bersikaplah dengan baik, kalian berdua jangan sering bertengkar. Tidak baik seperti itu."

"Baik Mama."

Keduanya kembali berjalan menuju flat mereka, Sarada akan bernyanyi seperti biasanya. Hingga langkah gadis kecil itu terhenti, dia menatap sang Mama dan mencebik sedih, "Kaki Calad lelah Ma." Dia mengadu.

Sakura yang melihat hal itu lantas tertawa, dia mengelus rambut raven tersebut sebentar kemudian berjongkok di hadapan Sarada. "Naiklah, Mama akan menggendong mu."

"Bukankah Mama juga lelah abic kelja?"

"Tak apa, naiklah. Mama kuat untuk menggendong tubuh kecilmu."

"Huwa maap, lain kali Calad tidak akan melepotkan Mama." Gadis kecil itu merengek seraya menaiki punggung sang Mama, dia memeluk erat leher Sakura.

"Tidak merepotkan kok. Jangan khawatir sayang." Sakura sangat tahu tabiat Sarada yang tak ingin merepotkan orang lain, itulah kenapa dia lebih suka menghindari konflik dengan teman-teman seusianya dan memilih untuk menyendiri.

Alasan Sakura selalu menanyai hari Sarada adalah karena dia ingin mendengar apakah gadis kecilnya itu memiliki banyak teman dan berinteraksi dengan baik, tapi nyatanya Sarada tidak suka terlalu berbaur dengan yang lain, dan mendengar kalau tadi dia bermain dengan sosok bernama Daichi membuat Sakura lega.

Akhirnya Sarada mau berbaur dan tidak menyendiri lagi, dirinya sangat takut kalau gadis kesayangannya ini jadi kesepian seperti dirinya dulu.

"Mama, bicakah kapan-kapan Mama membuat kue?"

"Salad ingin kue?" tanya Sakura.

Gadis kecil itu merapatkan pegangannya pada leher Sakura kemudian sedikit memajukan kepala untuk melihat wajah cantik sang Mama, "Calad dan kak Daichi cudah beteman, Calad ingin membawa dan membelikannya kak Daichi kue enak buatan Mama."

"Begitu ya, baiklah. Mama akan buatkan untuk kalian nanti."

"Telima kacih, Mama."

"Sama-sama sayang."

Keduanya kembali melanjutkan langkah menuju rumah, sembari bernyanyi dan tertawa bersama. Rasa lelah yang Sakura dapat setelah bekerja seharian lenyap begitu saja, saat mendengar suara tawa Sarada. Sebuah momen kecil nan sederhana inilah yang membuat mereka bahagia.








*****

bersambung.

He's AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang