Part 13

1.5K 169 25
                                        

Sejak hari itu Sasuke benar-benar menepati ucapannya, dia mendatangi kediaman Sakura setiap pagi, terkadang membawakan sarapan serta bahan makanan. Tak jarang pula Sasuke menawarinya untuk berangkat dan pulang bersama, namun Sakura tak mau menerima tawaran itu, dia hanya takut semua perhatian dan kebaikan tersebut hanya atas rasa kasihan saja.

Mengingat Sasuke yang mengetahui bagaimana kehidupan Sakura sebelumnya, ditambah sekarang ia harus menghidupi anaknya seorang diri, pasti Sasuke merasa kasihan dengan hidupnya yang begitu menyedihkan. Dan Sakura tidak mau dikasihani.

Sakura menghela napas panjang saat melihat sosok Sasuke yang kembali datang hari ini, dia duduk di tempat biasa dan mulai memesan makanan yang biasa pula. Sakura mencatat pesanan tersebut kemudian membawanya menuju dapur, setelahnya wanita itu masuk ke dalam ruang istirahat milik karyawan.

Dia menemui sosok Sarada yang sudah selesai dengan makanannya, gadis kecil itu tersenyum lebar.

"Calad menghabickan sayul, apa cekalang boleh mam eklim?"

"Benarkah? Salad tidak membuangnya kan?"

"Tidak mama."

Sakura tersenyum dan menganggukkan kepala, dia mengemas tempat bekal tadi kemudian memasukkan kembali ke dalam tas. Wanita berambut merah muda tersebut mengambil beberapa uang di dalam dompet nya kemudian menatap sang anak.

"Salad yakin bisa pergi sendiri?"

"Yakin mama!"

Sakura memandang dengan cemas, ragu hati untuk melepas Sarada pergi membeli es krim sendirian. Walaupun tempatnya tidak jauh dari restoran, hanya beberapa toko yang memisahkan akan tetapi rasa khawatir itu masih tetap ada.

"Mama temani saja ya?"

"Tidak ucah mama, Calad akan pelgi cendili."

Menghela napas kemudian mengangguk, Sakura mengiring sang anak keluar kemudian berhenti tepat di dekat pintu masuk restoran. Dia berjongkok dan mengelus rambut raven itu lembut, "Berjanji pada mama untuk berhati-hati, jangan menghilangkan uangnya, jangan berbicara dengan orang asing dan jangan berlari ke jalan raya, Salad mengerti?"

"Mengelti!"

"Baiklah, kalau begitu mama akan meletakkan uang ini ke dalam tas tomat Salad."

"Um, telima kacih Mama!"

"Sama-sama, berhati-hati, oke?"

"Oke!" Gadis kecil itu mengangguk dan memperbaiki letak tasnya, dia memeluk tubuh Sakura kemudian berlari menjauh sambil melambaikan tangan.

Kaki kecilnya melangkah dengan pelan, sesekali akan bersenandung dan merogoh uang di dalam tas, takut-takut uang tersebut akan hilang atau lari dari tempatnya. Sarada berlari-lari kecil matanya berbinar saat melihat beberapa orang yang keluar dari sana dengan es krim yang menggunung, dia jadi ingin membeli itu juga.

Dengan semangat ia mendorong pintu dan masuk ke dalam. Gadis kecil itu mendekati salah satu karyawan yang ada di sana.

"Halo adik kecil, mau membeli es krim?"

"Halo, Calad ingin beli, yang sepelti gunung itu!" ujarnya semangat seraya mengangkat tangan tinggi.

Karyawan tersebut terkekeh, dia mendekati Sarada dan berjongkok untuk menunjukkan beberapa gambar. Dengan cekatan Sarada menunjuk es krim yang ia mau, dia merogoh tas nya kemudian mengeluarkan uang yang sudah Sakura beri tadi pada sang karyawan.

"Uangnya tidak cukup untuk itu, tapi kakak akan memberikan sesuai jumlah uang yang adik punya saja, oke?"

"Oke!" Sarada tak terlalu paham, dia menganggukkan kepala dan duduk disalah satu kursi yang disediakan oleh karyawan tadi, mata bulatnya menatap es krim yang disiapkan dengan mata berbinar, mulutnya terbuka saking kagumnya.

Dia melompat turun dengan semangat saat karyawan tadi datang membawa es krim miliknya, Sarada mengucapkan terima kasih dan berlari keluar. Dia memakan es krim itu dengan senang hati, membuat ia tidak memperhatikan jalan, berujung Sarada jatuh tersungkur dengan es krim yang berserakan di jalan.

Kakinya terasa perih, dia dengan cepat duduk dan menatap es krim yang jatuh itu dengan mata berkaca-kaca. Sarada baru memakannya sedikit dan sekarang es krim itu sudah tak berbentuk, bibirnya bergetar, lambat laun ia mulai menangis, menangisi es krim dan rasa perih dilututnya.

Uangnya sudah habis dan Sarada tidak mungkin meminta uang pada Sakura lagi, dia menangis dengan keras, tak mempedulikan orang-orang yang bertanya dan menatapnya aneh. Beberapa gadis remaja mencoba untuk membujuk tapi Sarada malah menolak dan tetap menangis di tempat.

Hingga seorang lelaki bertubuh tinggi datang menghampiri, dia membawa Sarada ke dalam gendongannya kemudian mengusap punggung kecil tersebut dengan sayang. Sarada tak mempedulikan, dia masih menangis dengan keras. Bahkan saat pria itu membawanya kembali ke toko es krim Sarada masih menangis dalam gendongannya.

Dan disinilah Sarada sekarang, duduk dengan kepala menunduk disebuah kursi yang berada di taman. Gadis kecil itu tak lagi menangis karena es krim yang jatuh tadi sudah digantikan dengan yang baru, bahkan lebih besar dari sebelumnya.

"Lukanya sudah diobati."

Suara berat itu membuat Sarada menoleh, dia terkejut saat melihat sosok lelaki yang memiliki rambut nan sama dengannya, menangis membuat dia tak sadar dengan kehadiran Sasuke, mulutnya bergumam kecil, "Pa-pa?"

"Iya sayang Papa di sini."

Gadis kecil itu mematung, dia menatap es krim yang ada dipangkuan kemudian menatap Sasuke lagi, bergantian, hingga matanya kembali berkaca-kaca.

"Jangan menangis lagi, Papa kan sudah membelikan es krim yang baru dan juga sudah mengobati kaki Salad."

Namun, kalimat itu malah semakin membuat Sarada terisak, Sasuke menjadi tidak tega, dia memeluk Sarada dan mengelus punggung itu lembut. Tangannya juga bergerak untuk menghapus air mata yang membasahi pipi tembem sang anak.

Pada awalnya Sasuke baru saja selesai menelpon saat melihat sosok Sarada yang berbincang dengan Sakura didekat pintu restoran, tak lama kemudian Sarada memeluk sang Ibu dan berpamitan, interaksi mereka tersebut jelas membuat Sasuke gemas.

Pria Uchiha itu juga penasaran kemana gadis kecilnya pergi. Jadi, saat Sakura sudah masuk ke dalam restoran, barulah kakinya yang panjang menyusul langkah Sarada. Dia memperhatikan dari jauh bagaimana gadis itu melompat-lompat kecil dan memasuki sebuah toko es krim. Dering telpon yang kembali berbunyi membuat Sasuke mengalihkan perhatian.

Tapi, siapa sangka saat dia sudah selesai menelpon. Sasuke malah melihat Sarada yang sudah terduduk, menangis sambil memandangi es krimnya yang sudah berserakan.

"Sudah jangan menangis lagi. Ayo makan es krimnya sebelum meleleh. Apa Salad mau papa suapi?" tanya Sasuke mengurai pelukan mereka, dia memilih untuk berjongkok tepat di depan sang anak yang duduk di kursi taman. Kembali menghapus jejak air mata yang membasahi pipi tembem Sarada.

Gadis kecil itu menggelengkan kepala, dia menunduk dan memakan es krimnya dengan pelan. Keduanya terdiam, tidak ada yang memulai pembicaraan, suasana berubah menjadi canggung.

"Apa Salad tidak suka dengan kehadiran Papa?"

Sarada menggeleng.

"Tidak suka dengan es krimnya?"

Sarada kembali menggelengkan kepala, hal tersebut jelas membuat Sasuke bertambah bingung. Hingga suara cicitan Sarada membuat lelaki itu mendongak.

"Telima kacih eklimnya, pa--man."

Dan satu kata terakhir tersebut membuat Sasuke benar-benar membisu. Paman?







*****

bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He's AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang