Disinilah mereka sekarang, duduk berhadapan di dalam flat kecil milik Sakura. Lelaki Uchiha itu memperhatikan sosok Sarada yang memeluk tubuh Ibunya dengan erat, dia masih terisak akan tetapi sesekali ia akan tetap mengintip untuk melihat ke arah Sasuke.
Tadinya, gadis kecil tersebut menangis saat Sasuke menarik paksa dirinya ke dalam gendongan, dia bahkan memukul dan menggigit bahu Sasuke tanpa rasa kasihan, dia meronta dan memekik dengan memanggil 'Mama' berulang kali.
Tak hanya Sarada, Ibu dari gadis kecil itu juga menangis saat anaknya digendong oleh Sasuke. Melihat hal tersebut membuat lelaki itu merasa bersalah, mau tak mau, Sasuke melepaskan gendongan nya dan Sarada langsung berlari menuju sosok Sakura.
Begitulah cerita sebelum mereka memilih untuk masuk ke dalam, berbicara dengan kepala yang lebih dingin.
"Kalian sudah lama tinggal di sini?"
"Hm."
Sasuke mengangguk, dia mengulurkan tangan untuk mengusap rambut milik Sarada yang senada dengan miliknya, "Sayang, maafkan Papa."
"...."
"Papa minta maaf karena sudah membuatmu terkejut dan menangis, Papa juga ingin meminta maaf atas perlakuan dan perkataan yang membuat hatimu sedih saat di tempat penitipan hari itu." Sasuke berucap dengan begitu lembut.
Sarada menggelengkan kepalanya untuk menghindari tangan Sasuke di kepalanya, dia memeluk sang Mama lebih erat. Penolakan tersebut membuat lelaki Uchiha itu sedih, dia menarik tangannya kembali.
Dia menatap Sakura dengan sendu, "Maaf karena sudah membuat Sarada ketakutan, Sakura."
"...."
"Sakura, aku mengatakan yang sebenarnya bahwa selama ini aku mencari mu, dan seperti ucapanku tadi kalau aku ingin menjemput mu dan Sarada."
"Lupakanlah Sasuke. Kau bisa mengabaikan dan melupakan ini semua, anggap saja kita tidak pernah bertemu dan kau bisa melanjutkan hidupmu kembali."
"Bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu, dan kenapa juga kau mendorong ku untuk pergi? Bukankah kau mencintaiku?"
"Tidak."
"Kau berbohong, jelas kau menuliskan itu di buku harian mu."
Sakura membelalakkan mata, seketika dia ingat kalau dirinya tak menemukan catatan itu dimana-mana ternyata ditemukan dan disimpan oleh Sasuke. Mencoba untuk terlihat tenang, lantas mengusap punggung Sarada dan menatap sosok Sasuke dalam, memperhatikan mata onxy itu yang masih sama, menawan dan memikat seperti di masa lalu.
"Sekali lagi aku bertanya, jelaskan padaku, kenapa kau kabur?" Sasuke mulai menuntut.
"Dulunya aku memang mencintai mu, aku kabur karena aku tidak ingin ada kebencian diantara kita. Terlebih yang aku takutkan adalah saat kau tahu aku hamil anakmu, kau pasti akan menyuruhku untuk berada di sampingmu. Kau bukanlah lelaki brengsek yang tidak bertanggung jawab, tapi jika dalam kondisi di masa lalu, dimana kau masih mencintai orang lain, sudah pasti kau akan membenciku dan hanya bertanggung jawab atas nama anak saja. Setelah melahirkan, kau pasti akan meninggalkan ku atau membawa anakku pergi."
"Kau berpikir seperti itu?" tanya Sasuke.
Sakura menganggukkan kepala, lagipula ada satu alasan lagi yang membuat dia pergi yakni perasaan cintanya pada Sasuke yang tak pernah terbalaskan. Andai mereka tetap bersatu, apa gunanya bersama tanpa ada cinta di dalamnya? Semua akan terdengar sia-sia bukan? Jadi, daripada terpuruk dalam kehancuran dan cinta yang ia punya akan lebih baik Sakura pergi saja.
"Bukan berarti aku akan mengambil paksa Sarada dari mu Sakura."
"Sudahlah Sasuke. Aku mohon lupakan dan jalani hidupmu seperti biasa, bukankah kau sudah punya keluarga? Kau sudah memiliki seorang anak laki-laki, bukan?"
"Anak laki-laki?" Sasuke tampak bertanya, "Dan kau juga berpikir aku seperti itu?"
Sakura menganggukkan kepala, dia berhenti mengusap punggung Sarada dan tangannya berpindah untuk mengusap rambut sang anak.
"Kau menciptakan lelucon yang sangat hebat. Tidakkah kau berpikir, bagaimana mungkin aku bisa memiliki anak yang lebih tua dari Sarada? Tidakkah itu mengganjal pikiranmu?"
"A-apa?" tanya Sakura gugup.
Sasuke tersenyum, "Tidak ada keluarga ataupun anak, aku terlalu sibuk mencari keberadaan mu. Dan karena mu pula aku terlihat seperti seorang duda. Satu lagi, kau boleh mendorong ku pergi, dan kabur sejauh mungkin dariku. Tapi, perlu kau ingat sejauh apapun kau berlari maka aku akan tetap mengejar dan menemukan mu."
"S-sasuke ...."
"Maaf untuk keterlambatan ku Sakura, maaf karena tidak mengetahui semuanya lebih cepat. Tentang cinta yang kau punya, dan perlu kau ketahui tanpa ada dirimu aku merasa sangat hampa."
Wanita berambut merah muda itu membulatkan mata, dia mengalihkan pandangannya ke wajah Sarada yang sudah terlelap, menangis membuat gadis kecilnya kelelahan.
"Kau hanya kehilangan sahabat mu, tempat untuk berbicara."
"Apa kau tidak mengerti? Apa kau tidak bisa menyimpulkannya sendiri? Atau perlu aku perjelas kalau dirimu sangat penting di hidupku, dan seharusnya aku juga sadar kalau aku mencintaimu."
"Kau bohong."
"Tidak."
Sakura menggelengkan kepala, dan menarik napas dalam-dalam. "Jangan bercanda, Sasuke."
Lelaki Uchiha itu menggelengkan kepala, dia mendekat, mengikis jarak antara dirinya dan Sakura. Perlahan tangan besar nan hangat miliknya mengetuk kening wanita berambut merah muda itu dengan lembut, "Aku tidak pernah bercanda. Ingat itu."
Terdiam, tak tahu berbuat apa. Sakura hanya mampu menatap sosok Sasuke yang menampakkan wajah serius. Namun, tidak lama kemudian laki-laki itu tersenyum dan mengusap kepala Sarada, dia juga menyisipkan kecupan lembut di sana.
"Rambutnya harum, kau merawatnya dengan baik, Sakura. Terima kasih."
Wanita merah muda itu mengalihkan pandangannya. Senyuman tak henti dibibir Sasuke, dia mengusap kepala Sakura, "Baiklah, selamat malam, sampai jumpa. Aku akan datang lagi besok."
Setelah mengatakan itu, lantas Sasuke berdiri dan berjalan keluar dari flat kecil milik Sakura. Meninggalkan wanita merah muda itu yang terdiam, tidak tahu harus apa, karena pikirannya yang mendadak kosong.
*****
bersambung.
aku berusaha buat tetap lanjutin ini, karna komentar kalian buat aku semangat, kalau ga suka keluar aja ya, jangan ninggalin komentar buruk, terima kasih (◕દ◕)
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Again
Short StoryLagi-lagi, hanya dia yang bisa membuat Sakura jatuh cinta. Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla