Sasuke menatap ponselnya dengan serius, membaca setiap kalimat dengan teliti kemudian tersenyum. Tidak salah lagi, semuanya sesuai dugaan. Laki-laki tampan itu menyimpan ponselnya di atas meja, menyandarkan tubuh di sofa dan menutup mata untuk mengulang kembali semua pertemuan dalam kepalanya.
Bermula dari pertemuan nya dengan seorang gadis kecil yang secara fisik mirip dengannya, bahkan gadis itu juga memanggilnya dengan sebutan Papa. Sasuke kembali tersenyum, dia kembali membayangkan pertemuannya dengan sosok Sakura yang tampak begitu terkejut dengan kehadirannya dan kabur begitu saja.
Semuanya tampak jelas sekarang, Sasuke membuka mata dan berdiri dari duduknya, dia mengambil kunci mobil dan keluar untuk menjemput Daichi sekaligus melihat Sarada. Sesampainya di sana dia bisa melihat sosok Sarada yang mengintip dari balik pintu.
Rasanya tak tega, Sasuke merasa jadi orang paling jahat di dunia. Lekas ia berbalik dan pergi dari sana. Berniat untuk mengantar Daichi pulang dengan selamat, setelahnya dia akan kembali untuk menjemput Sarada dan membawanya ke tempat Sakura bekerja.
"Aku akan datang."
Namun, saat Sasuke sudah kembali mengantar Daichi, dia tidak bertemu lagi dengan Sarada.
*****
Satu minggu terlewati, Sakura tidak lagi menitipkan Sarada di tempat penitipan anak. Dia memohon izin pada pemilik restoran agar memperbolehkan dirinya untuk membawa Sarada saat bekerja. Sakura tak ingin lagi sang anak menangis karena kehadiran Sasuke yang menjemput Daichi, dia tidak ingin melihat kesedihan apapun lagi di wajah cantik Sarada.
Rasanya sangat menyesakkan, selama ini dia sudah berusaha sekuat mungkin agar bisa membuat Sarada tersenyum dan bahagia. Tapi, karena kedatangan Sasuke bisa membuat gadis kecilnya bersusah hati, bukan main.
Sesekali, usai bekerja Sakura pasti membawa sang anak untuk membeli es krim, atau apapun yang diinginkan oleh Sarada. Seperti pada saat sekarang, dia tersenyum melihat gadis kecil itu yang asyik menjilati es krim. Sarada duduk di sebuah kursi dengan kaki pendek yang sibuk bergoyang, tampak begitu senang dan melupakan kesedihannya.
Rasa syukur Sakura panjatkan, tangan kurusnya bergerak untuk mengusap sisa es krim yang menempel di bibir Sarada kemudian tersenyum, "Enak sayang?"
"Hum. Mama tidak mau?"
Sakura menggelengkan kepala, dia menyelipkan rambut Sarada ke belakang telinga, "Makan saja. Mama sudah kenyang."
"Okey."
Usai makan es krim kini Ibu dan anak itu berjalan menuju kawasan bermain anak, sebuah tempat atau ruangan yang berisi mainan khusus anak-anak, baik itu ayunan, jungkat-jungkit, kolam bola, dan lain sebagainya. Sarada berlari mendekati perosotan, dia dengan semangat memanggil Sakura agar melihatnya.
Gadis kecil itu tampak tertawa lebar, dia bermain dengan semangat. Mencoba semua jenis permainan yang ada, Sarada mengajak sang Mama untuk mandi bola. Gadis kecil itu merebahkan tubuh di sana, sedang Sakura hanya duduk memperhatikan.
"Salad senang?"
"Cangat. Telima kacih Mama!" pekiknya girang seraya tersenyum manis.
Sakura mengangguk dan mencubit pipi tembem itu gemas, setelahnya dia membawa Sarada untuk pergi. Hari sudah gelap saat mereka keluar dari tempat tersebut, Sakura mengajak Sarada untuk makan malam diluar kemudian barulah mereka pulang.
Dengan Sakura yang menggendong tubuh kecil Sarada di punggungnya, mereka menyusuri jalanan menuju flat sambil bernyanyi bersama. Sesekali mereka akan bercanda dan berdebat mengenai lirik yang dinyanyikan. Hingga tak terasa mereka sudah sampai di kediaman.
Sakura membiarkan sang anak berlari menaiki tangga menuju flat mereka, sosok kecil itu bahkan sudah hilang dibelokkan. Namun, tidak lama kemudian Sarada kembali berlari ke arahnya, gadis kecil itu tampak takut.
"Kenapa sayang?" tanya Sakura saat Sarada memilih untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. Perempuan berambut merah muda itu berjongkok dan menatap wajah anaknya. "Kenapa Salad tampak begitu takut, sayang?"
"...."
Sakura tersenyum dan mengelus rambut raven itu lembut, dia membawa tubuh Sarada dalam gendongan. Mereka kembali berjalan, "Kenapa tidak mau memberitahu Mama."
"Papa ...," lirih Sarada dengan suara kecil tapi masih bisa di dengar oleh indera pendengaran Sakura.
"Maksudnya?"
"Papa!" Sarada memiringkan badan menunjuk ke depan, "Itu."
Lantas Sakura menatap ke depan dan berhenti melangkah, benar. Di depan pintu flat mereka terlihat seorang laki-laki yang tengah bersandar, bahkan tatapan mereka saling terkunci satu sama lain.
Suasana menjadi hening, Sakura mendekap tubuh sang anak lebih erat, bahkan terkesan menyembunyikan kepala Sarada di perpotongan lehernya.
"Kau? A-apa yang kau lakukan di sini?"
"Menunggu kalian pulang."
"A-apa?"
"Selama satu minggu ini aku mencari kalian, bahkan aku mendatangi tempat penitipan Sarada dan dia tidak ada di sana. Jadi, yang ingin aku lakukan sekarang adalah menjemput mu dan anak kita." Sosok itu menjawab dengan santai, bahkan dia melangkahkan kaki untuk mendekat dan hal tersebut membuat Sakura melangkah mundur.
"Jangan mendekat. Apa maksudmu dengan anak kita? Siapa yang kau panggil anak?"
"Sarada, dia anak kita."
"Bukan! Apa yang kau katakan Sasuke!" elak Sakura.
Sosok yang berjalan mendekat itu, tak lain adalah Sasuke. Pria berambut raven tersebut menghentikan langkahnya, dia menatap sosok Sakura dengan datar. "Kau berbohong. Jelas sekali dia anakku, bahkan secara fisik kami terlihat sama, kebenaran mana lagi yang ingin kau tutupi, Sakura?"
Sakura terdiam, dia semakin mendekap tubuh Sarada.
"Kau membawanya kabur tanpa memberitahu apapun padaku. Aku memang brengsek karena sudah meniduri mu, tapi aku bukan sosok yang tidak bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan."
"Pergilah, jangan mengatakan omong kosong."
"Bagaimana mungkin kau mengusir ku."
Sakura melihat sekitaran, takut-takut ada orang lain yang menyimak pembicaraan mereka. Wanita itu mencoba untuk bersikap abai dan berjalan menuju pintu flat mereka. Membuka benda kayu tersebut dan tidak berniat untuk menjawab ucapan Sasuke lagi.
Namun, dengan cepat laki-laki Uchiha tersebut menahan pergerakan nya.
"Aku mohon, katakan yang sebenarnya!"
Sakura menepis tangan Sasuke dan menatap pria itu, "Iya, dia anakmu. Puas? Kau tidak perlu melakukan ini. Apalagi menjemput kami, bukankah kau punya kehidupan yang lebih penting? Kau sudah punya Hinata? Atau mungkin kau sudah memiliki orang lain dan keluarga. Jadi, jangan hiraukan kami. Aku tidak akan mengganggu kehidupan mu. Pergilah!"
"Benarkah? Tapi, kau benar-benar menggangguku."
"Aku tidak melakukan apapun."
"Kau kabur Sakura. Setelah malam itu kau pergi begitu saja, kau pikir itu tidak menggangu ku? Kau berpikir aku orang yang tidak bertanggung jawab, itu menyakiti harga diriku."
Sakura menghela napas panjang, dia mengelus punggung Sarada yang tampak bergetar akibat teriakan mereka.
"Aku bilang pergi."
"Tidak."
Wanita itu mendorong pintu kediamannya dan masuk ke dalam, tapi siapa sangka jika Sasuke malah membalik tubuh Sakura dan menarik paksa sosok Sarada yang ada didalam dekapan wanita itu.
"Kalau begitu aku akan membawa anakku."
*****
bersambung.
aku gatau cerita ini masih nyambung atau engga, atau bisa aja aku unpublish lagi.ada yang nungguin?

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Again
CerpenLagi-lagi, hanya dia yang bisa membuat Sakura jatuh cinta. Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla