Sudah satu minggu Daichi berada di penitipan anak ini dan semenjak itulah dia menjadi dekat dengan Sarada. Berkat kedekatan tersebut yang membuat Sarada menjadi lebih mudah bergaul dengan anak-anak yang lain. Mereka akan selalu bersama, berlari kesana-kemari, bermain petak umpet dan kereta api.
Saat ini Daichi tengah mengajarkan Sarada untuk menggambar rumah dengan membuat sketsa yang jelas, bocah tampan itu dengan gemas memberikan arahan pada sang gadis kecil.
Hingga tak terasa gambar yang dibuat sudah selesai, Sarada bertepuk tangan dengan riang, begitu pun dengan Daichi, bocah tampan itu melakukan hal yang sama untuk menghargai usaha yang dilakukan oleh Sarada.
"Telima kacih kak Daichi, sebental Calad akan ambil kue untuk kakak." Sarada berujar kemudian berlari menuju tas berisi bekal yang disediakan oleh sang Mama.
Mengeluarkan kota berisi kue buatan Sakura kemudian berlari ke arah Daichi, pipi tembem nya tampak bergerak saat dia berlari tadi. Sarada kembali duduk dan memberikan kotak tadi dengan rasa antusias.
"Terima kasih Salad, kau tahu? Kue buatan Ibumu sangat enak, aku menyukainya. Bahkan kemarin aku sempat berbagi dengan Papa dan dia bilang dia juga menyukainya."
"Benalkah? Nanti akan Calad bilang ke Mama kalau kak Daichi cuka."
"Lain kali bawakan lebih banyak ya, aku ingin membaginya dengan Papa."
"Oke kak."
Daichi sibuk memakan kuenya, dia kembali memperhatikan gambar Sarada tadi. Menelan kue di dalam mulut dengan perlahan kemudian kembali bicara, "Salad kau harus tahu kalau Papaku sangat hebat menggambar. Aku belajar banyak darinya, bagaimana dengan Papamu?"
"Papa?"
"Iya Papa. Bagaimana dengan Papamu, apa dia juga suka menggambar seperti mu Salad?"
Yang ditanya hanya diam dengan memiringkan kepala, Sarada tampak berpikir sejenak, "Papa itu apa kak?"
"Eh? Kau tidak tahu? Setahu ku Papa itu sebutan untuk laki-laki yang menikahi, mencintai dan menemani Mamamu."
"Calad tidak tahu kalna Mama belum menikah dan cuma Calad yang menemani Mama."
Keduanya terdiam. Daichi yang mematung mendengar ucapan Sarada dan gadis kecil itu yang menatap Daichi dengan penuh tanya.
"Lupakan. Err ... Bagaimana kalau kita belajar dengan Papaku saja? Kau mau tidak?"
"Apa boleh? Calad mau kak!"
Daichi mengangguk dan mengangkat tangannya untuk meninju udara, "Tentu. Aku akan mengatakannya pada Papa nanti."
"Baik."
Setelah perbincangan itu mereka berdua kembali bermain, meletakkan buku gambar ke dalam rak dan bergabung bersama anak-anak lainnya.
*****
Mereka baru saja menyelesaikan makan malam seperti biasanya, Sakura mencuci piring sedangkan Sarada tengah asyik bernyanyi dan mencoret-coret sesuatu di kertas. Gadis itu menoleh saat melihat sang Mama yang duduk di dekatnya dengan keranjang pakaian di depannya.
"Mama mau lipat baju?"
"Iya sayang, Salad lanjut saja menggambarnya."
Gadis kecil itu menggelengkan kepala dan beringsut untuk mendekati, "Calad mau bantu Mama."
Sakura tersenyum mendengar ucapan Sarada, dia mengelus rambut raven itu kemudian mengangguk. Membiarkan Sarada membantunya melipat pakaian, walau tak rapi setidaknya gadis kecilnya itu sudah mau membantu dan berusaha.
"Bagaimana hari ini? Salad bermain dengan teman-teman?" tanya Sakura. Dia bahagia saat mendapat kabar dari Tenten kalau Sarada sudah bisa berbaur dengan baik, bahkan mereka semua tampak akur satu sama lain sekarang.
"Iya Mama, Calad main cama teman-teman. Lalu menggambal belcama kak Daichi, tadi kak daichi mengatakan kalau dia cuka dengan kue Mama. Bahkan dia bagi dengan Papanya."
"Baguslah kalau Daichi suka."
"Hum." Sarada mengangguk mengiyakan. Tangan mungilnya kembali bergerak untuk melipat baju, sesekali dia akan bertanya kenapa baju bisa dibuat, atau kenapa baju miliknya kecil sedangkan baju Sakura besar.
Rasa ingin tahu itulah yang membuat Sakura gemas dengan Sarada. Semakin sang anak bertanya maka Sakura semakin senang untuk menjawab nya. Hingga akhirnya pekerjaan itu selesai, Sakura membawa semua pakaian yang sudah rapi menuju kamar.
Menyusunnya dengan rapi di dalam lemari kecil mereka. Setelahnya Sakura menyuruh Sarada untuk segera menggosok gigi, mencuci tangan dan kaki kemudian bersiap-siap untuk tidur.
Sakura mengambil posisi untuk berbaring menyamping, dia membiarkan Sarada memeluknya kemudian menepuk pantat kecil itu dengan pelan, dia mulai bersenandung agar Sarada bisa tertidur.
Suasana menjadi hening, sampai tiba-tiba Sarada mengeluarkan suaranya. "Mama," panggil anak itu.
"Hm? Ada apa Sayang?"
Sarada cukup lama terdiam, dia membuka matanya yang terpejam kemudian menatap Sakura. "Apa Mama pandai menggambal?"
"Mama tidak terlalu pandai, tapi Mama bisa sedikit. Kenapa?"
"Kak Daichi mengatakan kalau Papanya pandai menggambal. Lalu kak Daichi beltanya tentang Papa Calad, apakah Papa Calad pandai menggambal juga atau tidak." Sarada merapatkan tubuhnya pada Sakura.
Mendengar kalimat itu membuat Sakura tersentak. Jantungnya berdebar lebih cepat bahkan Sakura juga menghentikan pergerakan tangannya untuk menepuk pantat Sarada. Bibirnya kelu serta pendengaran nya mulai berdengung. Takut sesuatu yang tidak dia inginkan terdengar setelahnya.
"Di mana Papa, Ma? Kenapa Papa tidak menemani dan menikahi Mama cepelti yang kak Daichi katakan?"
Dan benar, kalimat yang terucap setelahnya membuat Sakura benar-benar terdiam. Memang benar kalau selama ini anak gadisnya itu tak pernah bertanya apapun tentang sosok ayahnya. Tapi, Sakura tidak pernah mengira ini akan datang secepat itu, lantas bagaimana dirinya harus menjawab pertanyaan Sarada?
*****
bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Again
Historia CortaLagi-lagi, hanya dia yang bisa membuat Sakura jatuh cinta. Disclaimer © Masashi Kishimoto Story by © bublevanilla