Delapan

386 117 31
                                    

Happy Reading

Yupi kecil🙈

Disinilah kedua insan itu. Terbaring di ruang khusus milik Kibo. Sekarang sudah pukul tiga pagi. Lili meringkuk dibalik selimut tebalnya. Gadis itu merasa terganggu dengan suara lirihan seseorang.

Enghhh engghh ssstttt!

Lili mengerjapkan matanya pelan. Pening di kepalanya bukan main rasanya “seberapa bayak sih gue minun semalam? Perasaan cuma 3 botol kok gini banget anjirr

Beban diperut ratanya membuat dia melihat kearah tangan yang melingkar di atas perutnya. Gadis itu menoleh kearah Vino yang meringis didalam tidurnya.

Lili tau penyebabnya apa. Tapi gadis itu hanya diam. Dia berusaha menetralisir jantungnya dan dengan lembut membangunkan Vino.

“Ki-kio.. Heyy bangun!” Vino malah semakin mengerat pelukan diatas perutnya. Lili sampai sesak rasanya.

“Woyy bangun elah Ki. Perut gue sesak ni” Lili berusaha menggeser tangan berurat itu.

“Ja-jangan. Gue salah, gu-gue minta maaf. Tapi jan-janji ngga bakal tinggalin gue ya”

Deg!

Lili menatap wajah Vino yang sudah mengalir air matanya di sela-sela matanya yang terpejam.

“Jangan sekarang ki. Gue ngga mau denger!

“Gue mo-mohon. Please jangan tinggalin gue ya Rin!”

Bahkan dalam tidur pun masih ada dia Vin. Bukan cuma hati lo. Alam bawah sadar lo pun milik dia. Liat gue Vin, kapan posisi gue bisa kayak dia Vin? Kapan”

⭐⭐⭐

Sekarang mereka tengah duduk diruang keluarga rumah Varel.
Lili banyak diam semenjak pulang tadi. Dia kini sudah duduk memangku Iam yang begitu manja dengannya. Mungkin dia ingin memiliki kakak perempuan. Maybe?

“Kapan tanggal nya pi?” Vino menyeletuk membuat Varel bingung.

“Tanggal apa son? Tanggal lahir kamu? Masih lama, masih 3 bulan lagi” Varel berucap sambil memasukan tangannya kedalam baju daster milik Anggun yang duduk dihadapannya.

“Pi tangannya! Ada anak-anak” Anggun menepuk pelan tangan suaminya. Varel memang tidak melihat situasi.

“Tanggal nikahnya kapan pi?” Ucap Vino lagi

“Nikah siapa? Bulan ini papi sengaja ngga nerima undangan,” Balas Varel

“Nikah Vino lah pi” Ujar Vino membuat yang ada disana menoleh serentak kearahnya

“Kamu mau nikah? Sama siapa? Kok ngga ngenalin calonnya ke papi mami. Durhaka memang!” Varel menatap serius putra sulungnya. Lili sudah diam, tidak ingin berharap terlalu lebih lagi rasanya.

“Papi gimana sih? Kemarin bilang mau nikahin Vino sama Lili. Kenapa jadi malah bilang Vino anak durhaka?” Vino kesal sendiri melihat Ayahnya ini. Varel memang sedikit tidak memakai otak pintarnya kalau lagi dirumah. Otak jenius nya hanya digunakan saat bertempur dengan perkerjaannya. Dirumah varel selalu memakai otak ranjangnya, Alias OMES!

Vino beranjak dari duduknya, meninggalkan orang-orang yang malah bengong kayak congek disana.

“Lah? Ini beneran Son? Beneran mau nikahnya? Yaudah, LUSA KALIAN NIKAH OKE! ”  Varel berteriak agar putranya mendengar ucapannya.

Pipi Lili sudah memerah bak tomat busuk. Gadis itu tersenyum mesem-mesem saat mendengar 2 hari lagi akan jadi istrinya Vino. “Eh tapi apa ngga kecepatan? Lah kan belum ada persiapan?”

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang