Lima belas

329 68 80
                                    

Happy Reading

Sudah Lima belas menit mereka lanjutkan perjalanan. Sekarang mereka tengah meringkuk di bawah pohon yang sangat rindang. Hujan benar-benar deras. Waktu sudah menunjukkan pukul Sepuluh malam. Dan rasanya mereka malah semakin jauh dari tempat tujuan mereka.

Disini pohon-pohon jauh lebih besar dan rindang daripada yang di tempat mereka mencari kepingan gambar tadi. Kibo sudah gelisah sejak mereka tidak menemukan dua patokan yang tersisa didalam peta. Kevin juga tidak jauh lebih gelisah. Tubuhnya sudah basah karena hanya menggunakan kaos panjang.

Hanya Lili yang masih tenang dirinya harus gesit mencari jalan keluar. Dia tidak mau bermalam disini. Yang ada dipikirannya saat ini hanya keluar dan berlari langsung kedalam dekapan suaminya. Hanya itu yang masih terpikir olehnya.

“Masalahnya kita aja ngga kepikiran buat ngeliat atau ngecek tempat kita ngambil gambar tadi. Kotak-kotak wadah gambar tadi bisa-bisanya ngga kelihatan” Ujar Kibo. Dirinya sudah sedikit menggigil. Sweater tebalnya masih tidak bisa menghalangi air hujan masuk mengenai tubuhnya.

“Ngga salah lagi. Pasti ada orang yang sengaja ngubah patok jalan kita” Ujar Lili yang langsung di setujui oleh keduanya.

“Masalahnya garis biru pembatas juga ngga ada kita lewati. Jadi kita ngga kepikiran kalo kita sudah keluar dari Jalur!” Kevin mengeram emosi. Siapa yang berani-beraninya mengusik Anggota Ranex! Bahkan Queen Ranex langsung yang dikerjainnya!

“Setiap kelompok kan dikasih senter SOS! siapa yang pegang?” Tanya Lili

“Oh iya bener! Ada di lo ngga Bo?” Tanya Kevin. Karena dia tidak dapat bagian memegang senter itu.

“Kalo ada di gue, udah dari tadi gue keluarin. Masalah senter tadi gue titipin ke Siska! Argghhhh sial emang!” Kibo benar-benar menyesal harus menyerah senter SOS itu kepada Siska yang sudah pulang lebih dulu.

“Bangsat lah emang!” Umpat Kevin! Dirinya sudah benar-benar menggigil sekarang. Pohon rindang itu tidak berhasil menyelamatkan mereka dari hujan yang semakin deras.

“Jalan satu-satunya kita harus balik ke kotak kalajengking yang gue ambil tadi. Dari situ gue sedikit-sedikit ingat jalan untuk kearah Kotak Ular yang gue ambil tadi. Nah sisanya gue mohon banget kalian coba inget-inget lagi jalan dari situ menuju jalan mundur kearah kotak sebelumnya, ” Ujar Lili. Masih ada harapan untuk mereka keluar dari hutan ini.

“Gue inget sih ada satu pohon aneh yang ada kembang ungunya terus ada buah agak hitam gitu di dekat lobang semut yang gue ambil tadi” Sambung Kevin

“Kalo di dekat sarang tawon tadi gue cuma inget Siska tadi berhenti sebentar didekat pohon pinus ngga terlalu tinggi sih tapi ada 3 pohon pinus disekitar sarang tawon yang gue ambil tadi!” Seru Kibo. Dan sisanya hanya bagian Putra di tempat ulat dan dari situ mereka harus meraba-raba jalan keluarnya.

⭐⭐⭐

Sedangkan di lapangan sana, para panitia sudah kalang kabut harus menerima ocehan dari Sinta Epyu dan terlebih lagi Cika yang sudah mengancam ke mereka.

“Gue ngga mau tau, pokoknya temuin Sahabat gue sekarang! Kalo ngga siap-siap apa yang bakal kalian terima setelah ini!” Ujar Cika. Pak Rajes selalu guru penanggung jawab disini juga sudah berusaha meredakan emosi dari mereka yang terus menuntut akan kehilangan Tiga murid yang belum kembali.

Putra, Siska dan Luna sudah diinterogasi sejak hujan mulai datang. Dan alasan mereka benar-benar nyata saat mereka tiba ditenda pukul 9 tadi. Putra sudah kembali untuk menemui teman se-teamnya.

Di pertengahan jalan saat dia baru sekitar sepuluh menit masuk lagi kedalam hutan rintik-rintik sudah datang. Dan dia memutuskan memutar arah untuk kembali kelapangan menunggu tiga teman sekelompok nya tiba.

Edward sudah mengumpulkan anak-anak Ranex di ujung lapangan yang terpisah dari tenda yang ramai itu. Disana sudah ada sekitar 85 anak Ranex yang berkumpul. Edward masih mendengarkan penjelasan-penjelasan Putra tentang lokasi mereka.

“Gue punya petanya, satu lagi ada di Lili. Ntah kenapa mereka ngga keluar-keluar dari hutan jelas-jelas peta yang lainnya ada di Ibu bos” Ujar Putra, dia sudah gelagapan sendiri menjawab pertanyaan yang membuatnya tertekan karena Vino sedari tadi hanya diam tapi matanya tidak lepas memperhatikan keadaan.

“Sekarang sudah hampir jam sebelas. Entah apa alasan mereka bertiga belum keluar dari hutan itu. Yang pasti mereka dalam bahaya sekarang. Disana ada Kevin yang kalian pasti tau Kevin tidak akan main-main dengan keadaan seperti sekarang. Terlebih dari itu ada Queen Ranex yang saat ini masih di dalam hutan sana yang kapan saja pasti ada bahaya disekitar mereka, ” Ujar Edward. Dia sepertinya cukup tau kondisi sekarang. Vino mungkin masih syok akan keadaan sekarang dan dia sebagai wakil ketua harus mengambil alih tanggungjawab pencarian ketiga teman mereka.

“Semua pakai mantel, dan harus megang senter SOS di setiap kelompok. Cukup 50 orang aja yang ikut nyari. Sisanya tunggu dan jaga keamanan disini. Sewaktu-waktu mereka kembali cepat kasih kabar” Ujar Vino. Dia sudah siap dengan mantelnya. Dia akan mencari menantu kesayangan orang tuanya itu.

Semua sudah terjun langsung kedalam hutan ditengah hujan deras ini. Anak Ranex meminta bantuan beberapa anggota panitia yang mengenali jalan-jalan didalam hutan itu. Edward berdua dengan Vino ditemani 1 anggota panitia dan 4 anggota Ranex yang lainnya.

“Ed!” Panggil seseorang membuat langkah Edward terhenti sebelum benar-benar memasuki hutan.

“Bawa ini” ujar Cika sambil menyerahkan tiga mantel ke Edward yang langsung menerima itu. Dan setelah itu ia berbalik arah untuk menyusul temannya yang sudah masuk kedalam hutan

“Tunggu gue, gue janji bakal bawa Lili pulang” Ujar Edward yang sudah membawa Cika yang sudah mulai terisak kedalam pelukannya.

Gadis berbalut mantel kuning itu mengangguk sambil mengencangkan pelukannya sebelum melepaskan laki-laki itu untuk mencari kedua sahabatnya “Lo juga harus hati-hati” Bisik Cika sebelum benar-benar melihat punggung Edward masuk kedalam hutan  untuk mencari kedua sahabatnya

⭐⭐⭐

Sudah 1 jam lebih pencarian masih berlanjut. Hujan sudah mulai reda, yang tersisa hanya petir dan geledek besar seakan memanggil hujan agar segera turun lagi. Gema dari teriakan teriakan mereka yang saling sahut menyahut tidak membuat ketiga pemuda yang mereka cari menunjukan sinyal keberadaan mereka.

Tengah malam sudah berlalu sejak 45 menit yang lalu. Artinya mereka sekarang sudah berada di Hari Jum'at Dini hari.

“Kita sudah muter-muter didalam jalur bahkan jalur kelompok sebelah mereka tapi ngga ada tanda-tanda jejak mereka ngelewati jalan ini setelah hujan” Ujar Reno salah satu Anak Ranex.

Edward dan Vino masih terus mengamati tempat mereka sekarang berdiri. Dua remaja itu menekuk dalam alis mereka saat salah seorang anggota dari panitia menemukan 5 kotak yang berwarna berbeda yang sangat ia yakini ini kotak dari jawaban yang telah mereka susun rapi Siang tadi.

“Ini benar-benar kotak dari kelompok jalur ini. Gue sendiri yang masang. Tapi kenapa kotaknya jadi satu gini?” Ujar Fiki

“Jangan-jangan ada yang sengaja ngisengin mereka lagi!” Ujar salah satu anggota Ranex yang lainnya.

“Bangsat!” Umpat Vino. Berani-beraninya ada yang mau main-main dengan membawa Istrinya

“Lo tenang kita sekarang ada di Alam jaga ucapan dan fikiran, biarpun begini tempat ini bukan wilayah kita” Ujar Edward menenangkan. Dia harus berpikir jernih, dan harus menjaga sopan santun jika berada di alam semesta seperti ini..

TBC.

Hayo siapa yang ngerjain mereka?
Siapa yang berani ngusik ibu bos?

Gimana? Kenyang kan hari ini up nya banyak. Lebih dari dua episode loh. Jangan lupa kasih suport nya ya^^

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang