Delapan belas

287 54 180
                                    

Happy Reading

She is back

Setelah membersihkan tubuhnya, Lili harus menekuk alisnya saat melihat banyak dari anak-anak Ranex yang berkumpul di tengah pintu masuk kewilayahan ini. Netranya juga menangkap ke empat sahabatnya di sana.

“Ada apa sih? Kenapa Andre sampe ribut-ribut gitu?” Tanya Lili kepada salah satu anggota Ranex saat baru sampai dan melihat Andre yang berbicara dengan nada yang begitu tinggi.

“Itu di depan ada anak SMA Pancasila yang katanya juga mau ikutan kemah di sini. Padahal jelas-jelas tempat ini udah penuh sama anak sekolah kita” Jawabnya

Anak pancasila? Pasti banyak anak BW nya,”

Lili maju ke barisan paling depan. Didepan sudah ada pak Rajes dan beberapa anggota panitia yang berusaha menenangkan anak inti Ranex yang sudah terbalut emosi.

Dugaan Lili benar. Orang yang berada di barisan paling depan yang beradu argumen dengan sahabat suaminya itu adalah antek-antek BW yang sudah menyulut emosi.

“Sudah giliran dong! Kami juga sudah nyewa nih tempat. Anak-anak sampah kayak lo lo pada mending pulang sana. Ntar ilang nangis!” Ucap Alex. Salah satu anak BW yang berdiri di sebelah Alan.

“Siapa yang lo bilang Sampah? Yang ada manusia kayak lo tu lebih hina dari bangke anjing, lo pikir lo doang yang nyewa ni tempat. Kami semua sudah lebih dulu nyewa dan datang kesini. Mending lo sana yang pulang, tunggu bekas kami baru deh lo pada bisa makek!” Balas Kevin. Dia tidak terima. Dia sempat hilang semalam, tapi dia bahkan tidak menitikkan setetes air mata sedikitpun “Ngga tau kalo Kibo semalam” Sambungnya dalam hati.

“Jangan belagu lu. Nyewa modal diskonan aja bangga! Sekolah gue udah nyewa nih tempat lebih mahal dari sekolah lo. Mending kalian pulang sebelum kami obrak-abrik tenda murahan lo pada!”

Lili menyerengit tidak suka. Siapa bilang mereka menyewa tempat ini dengan harga diskonan? Kurang ajar!

“Siapa yang bilang kami disini karena harga diskonan?! Siapa yang bilang tenda-tenda kami murahan?! Siapa yang bilang lo berhak ngobrak-ngabrik tempat ini?! Bilang sama gue, siapa hmm?” Lili maju beberapa langkah, berdiri tepat di hadapan Alex dan Alan yang sudah lebih dulu memundurkan langkahnya.

“Lo siapa? Jangan ikut campur! Cewe kayak lo di lempar duit juga bakal minggir!” Alex masih meneruskan bacotnya, tanpa peduli dengan bisikin yang Alan lontarkan.

“Hahaha seberapa banyak duit lo? Sekaya apa sih lo?” Lili memandang remeh laki-laki yang ada di hadapannya ini sambil melipat tangannya.

“Kenapa? Lo mau sama gue kalo gue kasih tau seberapa banyak harta gue?!” Alex maju sambil tertawa sinis. Lili masih diam ditempat.

Mereka yang ada di belakang Lili harus menghela nafas melihat kebodohan yang diucapkan oleh laki-laki yang besar bacot seperti Alex ini.

“Emang lo tau siapa gue? Lo juga tau siapa orang ternama di negri ini?!”

“Jangan sok lo. Anak Ranex cuma menang di leader yang keturunan dari keluarga Raygan. Kalian ngga bakal sekuat dulu karena Dimas Wiliam sudah Mati! Jadi jangan sok, Raygan sendiri cuma satu tingkat dari kekayaan gue Alex Pradiitha!” Ucap Alex sambil mendorong sedikit bahu Lili.

Sedangkan Lili harus menahan emosinya . Ternyata lawan bicaranya tidak tau dia berurusan dengan siapa. “Masih anak bawang maybe?” Pikirnya.

“Ohhh jadi lo Alex Pradiitha? Hmm boleh juga sih. Tapi sayang, dengan keluarga Raygan aja lo masih dibawah nya”

“Gue emang dibawah Raygan. Tapi yang jelas cewe kayak lo pasti jauh di bawah gue!”

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang