Dua delapan

1.1K 113 351
                                    

Happy Reading

Selamat Vino:)

Sudah 7 bulan berlalu dari hari ulang tahun nya sendiri.

Vino masih termenung diam di dalam kamar ini. Batinnya terus berperang dengan kenyataan yang begitu mencekik nya sekarang.

"Kenapa ga jujur kalo lo lagi hamil anak gue?"

"Terus tadi lo bilang apa? Lo hamil anak gue?"

"Hahaha Lili-Lili! Lo harus tau diri dan posisi LO! Kan sudah gue bilang jangan harap gue sudi punya anak dari LO!"

"Karena gue cuma mau anak gue lahir dari Rahim Karin, catat KARIN! Bukan LO!"

Vino menggeleng keras saat bayangan dirinya mengatakan dengan lantang bahwa ia tidak ingin memiliki anak dari Lili

"Jahat banget ya gue?" gumamnya kecil.

"Kenapa milih pergi?"

"Karena cuma dengan dia gue bisa ngerasain bahagia Li!"

Lagi-lagi Vino terdiam mengingat ucapannya sendiri.

Bahagia?
Kenapa bahagia itu tidak datang bahkan saat lo sudah pergi dari hidup ini?
Kenapa gue selalu mikirin lo padahal setiap hari gue selalu ingin buang lo dari pikiran gue?

Vino menatap boneka monyet ungu kesayangan Lili. "Iya warna ungu cantik" Gumamnya pelan

Vino memeluk boneka itu. Menyerap wangi Lili yang masih menempel lekat di sana.

“Gimana kesan dari rumah tangga kita?”

“Aku pikir rumah tangga ini adalah beban dan penghalang dari kebahagiaan ku. Nyatanya rumah tangga kita yang membuat gue yakin kalo gue sudah miliki lo sepenuhnya”

Bahagia nggak selama menikah?” 

“Aku pikir kebahagiaanku sudah terenggut karena pernikahan ini. Nyatanya, selama menikah aku baru menemukan arti dari kebahagiaan,”

Hmm di kamar kita ga ada foto nikahan atau apalah gitu ya”

Hal terbesar yang harus aku sesali adalah kebodohan ku yang selalu menolak saat kamu minta difotoin sama aku Li”

“Nyatanya aku butuh kehadiran kamu agar senyummu  ga memudar di ingatan aku”

Pernah ga gue jadi alasan lo bahagia?”

Gue adalah seorang pembohong besar! Nyatanya setiap hari tanpa kehadiran lo kebahagiaan itu tidak pernah ada”

Hmm Oke next. Ada ga sedikit rasa cinta lo untuk gue?”

Kenapa gue baru sadar saat lo sudah pergi?”

“Kenapa gue baru menyadari bahwa selama ini gue juga cinta sama lo Li?!”

“Kenapa gue baru sadar sama perasaan ini di saat lo sudah memilih mundur dan pergi dari hidup gue?”

Vino menyeka air matanya yang lagi-lagi menetes saat mengingat hal ini.

Pertanyaan yang mungkin saja bisa merubah keputusan Lili jika dia sudah menyadari akan semua hal. Menyadari akan perasaannya sendiri.

“Apa lo beneran ga mau punya anak dari gue?”

Vino menggeleng keras saat mengingat hari itu. Saat menginginkan tangan kekarnya mengelus lembut perut Lili

“Anak papa apa kabarnya?”

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang