Baekhyun berada dalam sebuah ruangan yang gelap—tubuh terduduk nyaman di atas sofa kecil depan jendela luas yang mempertunjukkan kesibukan kota Seoul pada malam hari. Ia memperhatikan sejumlah mobil yang melintas di jalan-jalan besar: mungil dan tak seberapa jelas bentuknya dari kejauhan—mirip seperti mainan mobil-mobilan lucu yang dulu pernah ibunya belikan. Baekhyun membenahi posisinya, menghadap lebih fokus ke arah jendela—dua kaki sama-sama ia luruskan ke depan sebelum menyandarkan kepala pada dinding sofa. Menghela nafas lega, ia setengah menengadah, memandang angkasa di atasnya yang tampak begitu dekat dijangkau dari mana ia berada. Gelap dan kosong; tidak ada satu bintang pun di sana, namun entah kenapa Baekhyun tetap menyukai kegelapan yang menguasai angkasa. Kontras yang ditimbulkan antara kegelapan itu dan sinar yang gemerlapan dari gedung-gedung tinggi di bawahnya terlihat begitu indah.
Baekhyun hampir terseret dalam alam mimpi ketika seseorang tiba-tiba menyentuh rambutnya dari belakang.
"Jangan melamun, Baekhyunee."
Ia tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pemilik suara rendah tersebut. Seseorang itu lalu mengelus-elus rambutnya lembut, dari atas ke bawah—melarikan sengatan yang hebat di kulit kepalanya. Terkadang Baekhyun benci betapa sedikit sentuhan dari seseorang itu mampu membuatnya gila seperti ini. Meski begitu, ia tetap mendekatkan tubuhnya kepada kehangatan itu—tersenyum lebih lebar ketika seseorang itu memeluknya dari belakang: menciumi rambutnya, memijat-mijat pinggangnya.
Seseorang itu membawa mulutnya di sekitar telinga Baekhyun: melahapnya, kemudian menghisapnya beberapa kali—sukses membebaskan satu desahan kecil dari bibir tipis Baekhyun. "Aku mencintaimu," bisik seseorang itu, suaranya menggoda Baekhyun untuk menoleh dan menciuminya hingga mereka kehabisan nafas.
Dan itulah yang Baekhyun akan lakukan.
Dalam kegelapan, ia dapat langsung menemukan bibir tebal yang ia gilai itu. Mereka bercumbu panas, dua tangan menggerayangi tubuh masing-masing—mulut beradu hebat sampai-sampai liur menuruni dagu mereka. Baekhyun terengah-engah, melepas ciuman mereka untuk sekadar menatap seseorang itu—mengamati setiap bagian pada wajahnya yang terpahat sempurna. Seseorang itu sangatlah tampan; mata yang lebar dan tegas—memandangi Baekhyun sedikit sayu, hidung yang mancung, bibir yang tebal serta agak kemerahan seusai bercumbu, juga rahang yang lancip. Baekhyun meraba-raba dagu seseorang itu lambat, sebelum menarik wajahnya mendekat—tanpa menyatukan bibir mereka yang tinggal sesenti lagi dapat bertemu.
Seseorang itu bernafas pelan, menghembuskan udara yang menerpa kulit Baekhyun hangat.
"Baekhyun," seseorang itu sedikit memajukan bibir untuk menyapa bibir Baekhyun lembut. Lelaki manis di hadapannya hanya tertawa. Seseorang itu kembali mencuri satu kecupan lagi—mata masih terpejam selagi ia berbisik mesra: "Baekhyun-ku."
Baekhyun tertawa lebih keras, mendorong bahu seseorang itu pelan.
"Berhenti menggodaku, Chanyeol-ah."
❀❀❀
Baekhyun terbangun dari tidur dengan sedikit hentakan—mata terbuka lebar dan jantung berdetak terlalu cepat hingga ia agak kesulitan bernafas. Dadanya kembang-kempis tidak teratur, memberi gambaran seolah-olah ia baru menyelesaikan rutinitas lari pagi selama dua jam penuh. Baekhyun menggeleng sekali, pandangan kosong ia pusatkan pada langit-langit kamar yang berwarna putih- kecokelatan selagi ia menunggu pernafasannya untuk kembali stabil. Ia mengambil dan mengeluarkan nafas, berulang-kali seperti itu, sebelum perlahan membangkitkan tubuh dari posisi terlentang guna mengistirahatkan punggung pada dinding tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return of the Dandelion 《ChanBaek》 [✔]
FanfictionMengerjakan ratusan soal Matematika rumit, setumpuk pekerjaan rumah, serta berbagai PPT untuk dipresentasikan - Baekhyun sudah terbiasa dengan itu semua. Tetapi seorang adik yang sangat membangkang, sulit diatur, tidak sopan, dan... apa? Pemimpin...