Chapter 7: 𝘎𝘰𝘰𝘥 𝘓𝘶𝘤𝘬 𝘊𝘩𝘢𝘳𝘮

1K 163 22
                                    

Baekhyun tidak seberapa membenci musik rock.

Meski bisa dikatakan bahwa ia tidak dapat menikmati aliran punk rock atau apa pun itu ("Sampah!" seru Jongdae tiap ia mendengar lagu rock kurang berseni diputar di radio), anak itu masih memiliki rasa hormat pada setiap keanekaragaman musik dunia.

Akan tetapi tampaknya segala hormat dan apresiasi terhadap musik rock yang sedari dahulu Baekhyun tumbuhkan kini layu begitu dihadapkan pada situasi di mana Park Chanyeol—seorang keparat brengsek bertalenta segunung—tidak kunjung puas membanting drum di ruang bawah tanah dari pagi sampai siang. Suara berisik yang ditimbulkan dari permainan Chanyeol sesekali terdengar mengesankan, bertempo cepat dan lancar, layaknya seorang drummer profesional yang tahu seluk-beluk instrumen bass tersebut. Saking "menakjubkan"-nya permainan sang keparat, Baekhyun terpaksa mengeraskan volume televisi ke level maksimal demi kenyamanan menonton drama romansa favorit. Hell, Baekhyun tidak sanggup lagi.

Andai saja tombol mute yang ada pada remote televisi bisa berfungsi di dunia nyata, pasti punah sudah semua kegaduhan tidak karuan ini.

Menggedor pintu ruang latihan band Chanyeol layaknya seorang tipikal penagih utang, Baekhyun berteriak histeris: "Hentikan! Aku bilang, hentikan!"

Chanyeol, yang sang kakak tebak sedang berpura-pura tuli, tidak menghiraukan dan terus memukuli drum dalam kecepatan tinggi, mengikuti tempo lagu punk rock yang diputar tidak kalah keras. Baekhyun menutup telinga dan melanjutkan, suara lengking mengalahkan kebisingan yang datang dari dalam ruang latihan, "Yah, bajingan! Hentikan! Kau berisik!"

Nafas berantakan, mata mendelik berapi-api, Baekhyun tidak mengerti harus berapa ratus kali lagi ia akan menjerit agar Chanyeol mau mengakhiri sesi penampilan drum "fantastis"-nya tersebut.

"Keparat!" Baekhyun bersumpah untuk tidak patah semangat meneruskan aksi protes besar- besaran. "Keluar kau, yah—"

Chanyeol lalu menghentikan permainan drumnya, otomatis membungkam mulut Baekhyun yang langsung menyeringai puas—menganggap diri sebagai pemenang atas pertempuran barusan. Lagu punk rock yang tadi diputar telah dihentikan, dan Baekhyun dapat mendengar beberapa langkah tegas mendekat, si keparat berkutat dengan lubang pintu sebentar untuk memutar kunci, sebelum ia akhirnya muncul di depan mata. Kaus kusut belum disetrika, rambut menyerupai sarang burung, serta sebuah lollipop di mulut, Baekhyun tidak punya waktu untuk mengomentari seburuk apa penampilan Chanyeol siang itu dan langsung berseru, "Park, kau—"

Sayang, sebelum ia berhasil mengekspresikan emosi—meneriakkan kata-kata kotor tepat di muka sang keparat, sang kakak cepat-cepat menyumpal mulut Baekhyun dengan lollipop yang tadi dihisapnya.

Sang kakak otomatis membatu di tempat: mata mendelik tercengang dan semburat merah menyebar ke seluruh wajah, telinga, hingga leher.

"Argh!"

Baekhyun meludahkan lollipop bekas Chanyeol ke bawah lantai, dan menengok ke atas untuk melihat Chanyeol tersenyum puas penuh kemenangan. Keparat itu kemudian berujar santai: "Cerewet."

Mengacuhkan Chanyeol, Baekhyun tidak berhenti meludah—setidaknya sampai sisa-sisa rasa cokelat di lidah menghilang. "Shit, shit," ia meringis, mendelikkan mata ke arah Chanyeol—yang sebaliknya tampak terhibur menonton penderitaan Baekhyun. "Aku terkontaminasi." Menoleh untuk menatap beberapa ludah sembarangan di sana-sini, ia mengerutkan hidung jijik. "Ugh! Kotor sekali!"

Chanyeol ikut menatap ludahan Baekhyun di lantai, kedua tangan setengah terangkat ke atas. "Jangan suruh aku bersihkan."

Alis bertaut, Baekhyun menunjuk dada Chanyeol dengan satu jari. "Kau," ia kemudian menunjuk lantai. "Bersihkan."

Return of the Dandelion 《ChanBaek》 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang