Semangkuk cereal Millo adalah camilan yang sempurna bagi Baekhyun kala ia menonton episode terakhir dari drama lokal terkenal: Descendants of the Sun.
Baekhyun sedikit menguap, menyandarkan punggung malas-malasan pada dinding sofa sambil membenahi posisi kaki yang agak terbentang tidak karuan di atas meja. Tatapan tak beralih dari layar kaca, ia mengambil satu sendok cereal guna melahapnya ketika ia tiba-tiba merasakan satu tangan lain—yang berukuran dua kali lebih besar—dari belakang menggenggam pergelangan tangannya, justru menuntun tangan anak itu untuk menyuapi mulut selain mulutnya. Baekhyun tidak marah, membiarkan tangan mungilnya diperalat sebelum bertanya datar, "Enak, kan?"
Chanyeol menanggapi pertanyaan Baekhyun lewat senandung "hm" pelan—menandakan bahwa ia lumayan setuju—lalu meletakkan sebuah buku paket matematika di atas paha Baekhyun. "Baek," katanya, mengetuk-ketukkan pulpen pada salah satu soal, "Bisakah kau jelaskan padaku cara mengerjakan soal ini?"
Baekhyun mengikuti arah ketukan pulpen Chanyeol dan menggembung-gembungkan pipi, mengamati soal tersebut seksama sambil memikirkan rumus yang tepat. "Ah," ia langsung mengambil pulpen Chanyeol dan hendak menerangkan, namun nyaris sedetik berikutnya ia berhenti—mencoretkan satu titik kecil pada kertas buram yang Chanyeol sediakan. "Tunggu," ujarnya, agak memutar tubuh ke belakang guna menatap sang adik serius. "Tidakkah menurutmu soal ini terlalu rumit? Bagaimana kalau kita mulai dari dasar saja?"
Chanyeol mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Bagaimana kalau kau cepat selesaikan saja? Aku tidak punya waktu lagi."
Baekhyun masih memandang Chanyeol dalam keseriusan tingkat tinggi. "Apa kau yakin?" Chanyeol mengangguk malas. Baekhyun menyipitkan mata karena ekspresi datar sang adik sungguh tidak meyakinkan. "Akan banyak rumus-rumus lama yang diterapkan di soal ini, kau harus mengingat mereka baik-baik..." bujuknya lagi, dan Chanyeol, yang berwatak keras kepala, mengangguk mantap. Baekhyun menghela nafas. "Okay then, kapan ujian matematikanya?"
Chanyeol tidak berkedip. "Besok."
Baekhyun mengeluarkan dan membuang nafas sabar. "Besok ujian dan kau baru belajar sekarang," komplainnya, menunjuk pada karpet dan Chanyeol segera menangkap apa maksud isyarat barusan, berjalan menuju meja ruang tengah untuk duduk di karpet selagi Baekhyun menaruh buku paket miliknya di atas meja dan mulai menerangkan.
Entah Chanyeol mengerti atau tidak (ekspresi bosan lelaki itu sangatlah meragukan), Baekhyun tak peduli. Ia kembali memusatkan atensi pada layar kaca—sepenuhnya mengacuhkan sang adik yang serius mengerjakan soal—dan merasakan dirinya meleleh menyaksikan adegan-adegan romantis Song Joongki dan Song Hyekyo. Menghela nafas, ia menyandarkan punggung lagi, setengah melamun sambil memulai sebuah topik baru, "Menurutmu akankah ada seseorang yang bisa menatapku seperti Joongki menatap Hyekyo?"
Chanyeol mendongak dari kertas buram guna memandang sekilas layar televisi tanpa ekspresi. Barulah saat ia menoleh untuk menatap Baekhyun, sebuah senyum jahil main-main perlahan muncul di wajah tampannya. "Aku?" ia mengangkat bahu, tertawa terbahak-bahak, lesung pipi yang digilai banyak gadis itu semakin tertekan ke dalam, seraya ia menggeleng-gelengkan kepala.
Baekhyun menatap Chanyeol ngeri, meski jantung berdebar tidak karuan. "Fuck off."
❀❀❀
Pekan ujian resmi selesai. Baekhyun mengumpulkan satu setengah lembar jawaban sejarah ke depan kelas dengan sedikit lesu, berjalan lambat sambil menggigiti bibir. Sorakan-sorakan nyaring dari lantai satu—di mana deretan ruang kelas sepuluh hingga sebelas berada—sama sekali tidak mempengaruhi ekspresi letih dan pasrah dari mayoritas murid kelas dua belas. Mereka hanya dapat menggelengkan kepala sembari mengingat lima soal semi-advanced yang Ahn-seonsaeng berikan. Benar-benar di luar dugaan dari kisi-kisi yang ia beritahukan seminggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return of the Dandelion 《ChanBaek》 [✔]
FanfictionMengerjakan ratusan soal Matematika rumit, setumpuk pekerjaan rumah, serta berbagai PPT untuk dipresentasikan - Baekhyun sudah terbiasa dengan itu semua. Tetapi seorang adik yang sangat membangkang, sulit diatur, tidak sopan, dan... apa? Pemimpin...