Pikiran Baekhyun serontak kalang kabut, kepala pening oleh perasaan familier akan bibir mereka yang saling meraba lewat sebuah kecupan lembut. Ia mengedipkan matanya yang basah berkali- kali, sisa-sisa air mata itu berjatuhan melalui kelopak mereka yang menggelitik wajah satu sama lain—terselip menuruni pipi Baekhyun untuk menetes pada persatuan hangat bibir mereka. Salah satu tangan Chanyeol ragu-ragu meraba jemari Baekhyun, punggung sedikit membungkuk untuk menekan bibir mereka lagi meskipun Baekhyun hanya mampu berdiri membeku di sana—tangan mengepal erat di masing-masing sisi. Baekhyun memandangi wajah Chanyeol dari dekat, menyaksikan mata terpejam lelaki itu yang bercucuran oleh air mata sebelum ia pun memiringkan kepala untuk mencium bibir Baekhyun sekali—suara tangisan yang Chanyeol coba redam terdengar menyakitkan di telinga sang kakak.
Baekhyun mengangkat tangan untuk mendorong bahu Chanyeol lambat, memisahkan bibir mereka dan berjalan ke belakang untuk mengembalikan ruang di tengah-tengah mereka. Chanyeol masih menutup mata. "K-kau..." Baekhyun menengadah untuk mencari kebenaran di mata Chanyeol yang gemetaran, mengecap air mata mereka di bibirnya. "Apa yang kau lakukan?"
Chanyeol setengah menunduk, menghembuskan nafas berantakan dengan air mata yang terus mengaliri dagunya. "Aku mencintaimu," ia berkata dalam suara yang serak, mengamati kosong jarak cukup lebar di antara mereka. Baekhyun seketika terpaku oleh kata-kata yang terlontar dari mulut Chanyeol, tubuh melemas karena beban yang tiba-tiba menindih punggungnya. "Lebih dari seorang kakak," bisik lelaki itu kemudian, kepala perlahan diangkat untuk tersenyum tipis menyedihkan ke arah Baekhyun. "Mungkin selalu lebih dari seorang kakak."
Sepasang hazel mungil itu perlahan melebar; Baekhyun mengedipkan mereka beberapa kali kemudian menggerakkan bola matanya menghindari pandangan sayu Chanyeol. "Tidak," ia menggunakan salah satu tangan untuk memegang railing tangga, kaki mengambil sejumlah langkah menjauhi Chanyeol. Baekhyun menatap lelaki itu lagi, butiran kristal kembali bertetesan deras setiap ia menutup dan membuka matanya. "Berhenti membohongiku," Baekhyun lalu menahan tangis untuk tertawa pahit, "Kau—"
"Sebelas tahun lalu sampai detik ini juga," Chanyeol mencoba berkata meski nafasnya mulai tersengal-sengal, menyela pembicaraan Baekhyun demi mengungkapkan sesuatu yang telah ia sembunyikan sejak lama. Pandangan penuh rasa bersalah sama-sama tersorot dari bola mata identik mereka. "Bukankah itu waktu yang cukup lama untuk menyadari semuanya?"
Baekhyun menggelengkan kepala. "Tidak mungkin," gigi Baekhyun gemeretak karena ia menggigil oleh isakan yang berlebihan. "I-ini salah," Baekhyun lantas meneguk ludah berkali-kali, membasahi tenggorokan yang terus mengering sebelum berbicara terbata-bata: "Aku tidak mau kita menanggung dosa yang sama—"
"Tuhan membenciku, Baekhyun," ujar Chanyeol pada akhirnya, mengejutkan Baekhyun dengan tatapan lelaki itu yang hampa saat mata mereka sekilas bertemu. Chanyeol kemudian menundukkan kepala, air mata tampak jelas berhamburan dari pelupuk dan menumpuk pada bibirnya—mulut dipaksa tertutup rapat guna menghalangi isakan yang hendak keluar. Chanyeol mengingatkan Baekhyun akan bagaimana ibu dahulu melakukan hal yang sama tatkala ayah memisahkan mereka. "Ia terlanjur membenciku sejak aku menyadari perasaanku dan tidak ingin menghilangkannya."
Lelaki itu membasahi bibirnya, sesekali meneguk liur yang telah bercampur dengan air mata. "Tuhan mungkin memberiku kesempatan untuk melupakanmu dengan memisahkan kita selama sepuluh tahun," terdapat suatu jeda panjang saat ia perlahan menengadah, tertawa hambar meskipun air mata belum berhenti berjatuhan. "Tetapi apa yang Tuhan tidak sadari adalah tak peduli berapa lama Ia berusaha mengambilmu dariku... perasaan kotor ini hanya akan tetap tinggal dan mengurungku selamanya."
Bahu Chanyeol bergetar hebat setelahnya; ia terisak-isak keras selama beberapa detik, memandangi Baekhyun rapuh melalui dua bola mata cokelat yang membengkak oleh banyaknya air mata. Baekhyun menyandarkan punggung pada railing tangga, detak jantung berangsur-angsur menderu mendengar pengakuan Chanyeol—terguncang oleh kenyataan yang tidak pernah ia sangka. Lelaki itu meletakkan kruk di dinding sebelum berjalan setengah tertatih-tatih menghampiri Baekhyun, mengulurkan tangan untuk memegang pergelangan sang kakak—setiap usapan yang Chanyeol berikan mampu mengirim getaran ke mana-mana. "Jangan menyalahkan dirimu lagi," ia membentangkan tangan guna merangkul seluruh jari mungil Baekhyun, menyalurkan kehangatan pada kulit Baekhyun yang dingin. "Segala yang terjadi di keluarga kita adalah salahku," Chanyeol meremas lembut tangan mereka. "Biar aku yang menanggungnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Return of the Dandelion 《ChanBaek》 [✔]
FanficMengerjakan ratusan soal Matematika rumit, setumpuk pekerjaan rumah, serta berbagai PPT untuk dipresentasikan - Baekhyun sudah terbiasa dengan itu semua. Tetapi seorang adik yang sangat membangkang, sulit diatur, tidak sopan, dan... apa? Pemimpin...