2. Be As One

911 119 51
                                    

"Kita itu sebenarnya apa? Keluarga atau musuh?"
Kwon Joohee.

🧩

Joohee memandang setiap sekitarnya. Sudah lama dia tak berkeliaran di kawasan begini. Elkie melihatnya dengan senyuman manisnya, "Mau makan dulu atau lihat bintang-bintang itu?"

"Kalo lapar makan, jangan tanya." Elkie terkekeh gemas, lantas dia menarik lengan Joohee menuju ke sebuah restoran mahal. Joohee menatapnya, tapi Elkie geleng pelan.

"Aku traktir kamu makan." Baru saja Joohee ingin membuka mulutnya tapi Elkie langsung menarik masuk ke restoran.

"Aku tak ingin ditraktir, aku bisa bayar sendiri." kata Joohee mengeluarkan dompetnya.

Elkie menatapnya lalu geleng pelan, "Dasar keras kepala." Guman Elkie pelan.

"Aku dengar." Elkie terkekeh, "Mian! " Elkie menunjuk meja tersisa satu. Dengan langkah terburu-buru Elkie langsung mendaratkan punggungnya dan melambai-lambai tangannya.

Joohee hanya melihat tingkah Elkie hanya bisa menahan malu; berusaha tak menyapanya. Joohee duduk di depannya. Gadis kelahiran Taiwan itu sibuk dengan ponselnya.

Setiap kali Elkie bertanya pasti dijawab singkat oleh Joohee. Tapi Elkie senang, setidaknya dia bisa mengembalikan suasana hati Joohee menjadi baik.

Makanan mereka tiba membuat ucapan mereka terjeda. Elkie dengan senang memakan makanannya. Berbeda Joohee hanya menikmati sepenuhnya; tak terlalu banyak bicara dibandingkan oleh Elkie.

"Joohee?" Panggil Elkie membuatnya mendongak. "Aku mau ke luar, aku mau menerima panggilan ini dari ibuku." Sambungnya dan beranjak lalu mengelus lembut Joohee.

Joohee terpaku diperlakukan begitu, tiba-tiba merasa nyaman jika dielus begitu. Pelan-pelan sudut bibirnya terangkat, dia tersenyum senang.

Joohee tak menyedari seseorang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. Joohee tak menyedari itu, dia sibuk dengan senyuman manisnya.

"Jeongyeon, itu bukankah adikmu?" Gadis berambut pendek menoleh, terkejut melihat adik bungsunya disana dengan senyuman manisnya.

Temannya mengangguk seolah dirinya mengerti perasaan Jeongyeon, "Aku tau, mengapa kau bencinya. Kerana dia gila?" Temannya terdiam seketika tatapan tajam dari Jeongyeon.

"Jangan pernah menyebutnya gila atau rumahmu aku jual." Ancam Jeongyeon lalu menatap kembali kearah Joohee.

"Kau bilang kau bencinya dan mengatakan kami bisa memakinya dan sekarang?" ujar temannya dan teman lainnya mengangguk setuju.

"Joohee-ya! Mian, aku telat." Elkie memandang lekat muka Joohee tersenyum padanya. Membuatnya sedikit ngeri melihatnya seperti ini.

"Gwenchana? " Joohee menangguk sambil tersenyum lalu menopang dagunya dan menatap Elkie.

Mata Elkie seperti melototnya, "Kau baik-baik saja? Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu? Chakkam! Aku masih normal, ya!"

Joohee memutarkan matanya, "Aku juga." Lalu kembali seperti biasa membuat Elkie merasa lega.

Tiba-tiba tangan Elkie ditarik lalu diletakkan di kepala Joohee yang senyum gemas, "Aku mau lagi."

Weak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang