8. The Truth

830 94 50
                                    

“Kau selalu terlihat begitu kuat dan baik-baik saja, tapi kenyataannya benar-benar menusuk hatiku.”
Kwon Sana.

🧩

Malam harinya, Taecyeon masih belum muncul. Bahkan pria itu sudah melarang pelayan, supir dan satpam membuka pintu kamar Joohee. Sedangkan kunci kamar itu berada di tangan Taecyeon.

Delapan putrinya semakin panik di depan kamar Joohee. Mereka tak ada selera makan, bahkan Momo ratu makan ikut tak ada nafsu melihat adiknya terkurung sore sampai malam.

Keadaan Mina lebih parahnya, dia dengan tatapan kosongnya menatap pintu Joohee. Kerana dia sedikit lebih tau keadaan Joohee dibandingkan dengan yang lain.

Sana menangis tanpa suara berharap adiknya di dalam kamar itu baik-baik saja. Meskipun hati nuraninya menang kali ini, tetap saja Sana merasa bersalah teramat.

Pintu utama terbuka, menampilkan sosok Taecyeon menarik nafas ketika melihat putrinya berada di depan kamar bungsunya.

Dia mengarah dokter mengikutinya, saat Taecyeon naik keatas. Orang pertama ia temui adalah Mina. Hati Taecyeon perih melihat putri keenamnya begitu menyedihkan.

Tetapi Taecyeon memutuskan kontrak mata dengannya memilih mendekati kamar Joohee. Pria itu ingin membuka pintu terhenti, “Kalian pergi makan dulu.”

Shireo! Aku ingin melihat keadaan Joohee.” ujar Mina menatap lekat pada wajah ayahnya. Ayahnya membuang nafas kasar, “Turuti kata abeoji atau keadaan adik kesayangan kalian makin parah keranaku!”

Taecyeon menatap tajam wajah mereka secara gantian. Dengan berat, mereka meninggalkan tempat itu mengisahkan seorang dokter dan Taecyeon.

Taecyeon membuka pintu, hatinya lagi-lagi diterkam ribuan panah. Melihat bungsunya tergeletak di lantai dipenuhi darah. Dokter wanita melihat itu langsung segera menghampiri Joohee.

Taecyeon hanya bisa melihat dari jauh, wajah Joohee benar-benar mengingatkan mendiang isterinya dan kakak isterinya. Pria itu memilih meninggalkan dokter dan anaknya disana.

Taecyeon juga tau, anak-anak akan kembali kesini, memilih mengunci pintu kamar itu. Dokter wanita itu hanya menatap pintu tak percaya.

Dokter wanita itu refleks toleh, terdengar suara dari Joohee. Joohee tersadar dari pingsannya. Dengan penglihatan kabur, dia menatap sosok wanita itu.

E-Eomma? ” gumannya sambil mengangkat tangannya gementar, mengusap pipi dokter tersebut.

Dokter itu terasa iba padanya. Hatinya terasa sesak saat melihat Joohee tersenyum miris padanya dan perkataan Joohee sungguh membuatnya air matanya mengalir deras.

E-Eomma.. menjemput..ku? ” Dokter itu geleng, mengusap punggung tangan Joohee. Joohee tertawa pelan, “U-Uljima..eomma..

Joohee tak tahu bahawa di depannya adalah dokter wanita. Kerana penglihatannya kabur, dia menganggap sosok itu adalah ibunya.

E-Eomma..”

“Joohee..lelah..”

Woori makin terisak mendengarnya, dia tak tahu harus berbuat apa hanya mampu mengelus lembut wajahnya masih tersenyum.

Weak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang