9. Their dream

828 98 31
                                    

“Kau memiliki uang bukan berarti kau bisa beli segalanya. Meskipun kau mengeluarkan beribu uang tetap tak bisa menghidupkan semula nyawa manusia.”
Kwon Dahyun.

🧩

Taecyeon menatapnya tajam, disaat dia berbaring lemah di kasur hanya mengatakan itu padanya membuat Taecyeon kesal.

“Kau seharusnya bersyukur kerana masih hidup. Jadi kau harus berhutang budi pada ibumu dan isteriku!”

Joohee menatapnya miris, perkataan Taecyeon memang benarnya. Joohee mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“J-jika aku melakukannya..tetap saja sama.” Lirih Joohee terdengar di telinga Taecyeon. Diam-diam dia meremas sendok dengan erat.

Dia memejamkan matanya, “Terserah, kau ingin atau tidak. Yang jelas itu bukan urusanku.”

Taecyeon menghulurkan senduk diisi nasi bubur, dengan keadaan lemah Joohee membuka mulutnya.

“Setelah ini, makan obat.” ujar Taecyeon sambil menyuap Joohee. Joohee diam tak menjawab, memikirkan sesuatu.

Hanya beberapa suap, Joohee menggeleng pelan. Taecyeon menurut, dia mengambil botol obat dan air pada Joohee. Joohee tatap kosong botol itu, jarinya memutarbelitkan botol tersebut.

Taecyeon menatap Joohee begitu perhatian. Lalu beranjak bangkit membawa piring tersebut dan keluar setelah Joohee makan obat.

Taecyeon menutup pintu dan menguncinya, saat berbalik melihat wajah Dahyun menatap nasi bubur di tangannya. “Masih tersisa..apa dia tak ada selera makan?” tanya Dahyun lembut.

Meskipun dirinya kesal pada ayahnya, dia tetap bersikap sopan pada orang yang lebih tua darinya. Taecyeon mengangguk, “Dia juga tertidur lelap disana. Jangan khawatir.”

Dahyun menatap punggung Taecyeon yang pergi turun kebawah lalu menatap pintu kamar Joohee. “Jaljayo, putri kecilku.”

Setelah kepergian Dahyun, Taecyeon menatap langit gelap itu. Kedua tanganya berada di sakunya, air matanya mengalir.

Hyeong..aku harus bagaimana lagi? Dia tak mau kemoterapi.”

Taecyeon menatap sendu, seolah dia sedang berbicara dengan kakak laki-lakinya. “Gara-garamu, dia trauma melihatku sejak kecil.”

Taecyeon berdecak kesal, kembali menatap bulan tersebut, “Kumohon, jangan mengambilnya dariku.” Pria beranak delapan itu memejamkan matanya.

“Aku ingin keluar melihat pemandangan indah di luar, kumohon jangan mengurungku..”

Taecyeon menatapnya sulit diartikan. Tetapi pria itu tak berbicara malah membiarkan Joohee melanjutkan kata-katanya.

“Aku akan menuruti semua katamu, abeoji. Tapi jangan mengurungku. Itu benar-benar menyiksaku.”

Taecyeon mengelipkan matanya cepat, lalu menatap wajah Joohee begitu pucat, “Janji padaku. Aku ingin kau janji padaku.”

Joohee toleh, “Janji jika kau bertahan hidup demiku, eoh.” Joohee tersenyum miris, mengalihkan pandangannya ke lain. Kata-kata Joohee menamparnya harapannya.

Weak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang