Apa kabar fans Mochi? Semoga hari ini kalian sehat dan menikmati ceritaku. Tap bintang sebagai upah buat Author yang sudah sajikan kerumitan debat Ara dan Farel, ya.
Makasih yang udah vote dan komentar.
Happy reading❤❤Farel tersenyum cerah, sesekali ia mencium buket bunga tulip yang ada di genggaman tangannya. Harga satu juta untuk meminta maaf bukanlah harga yang mahal, jika ia mengingat perjuangan Ara untuk menerima Mochi.
"Gue nggak bayangin senengnya Ara kalo liat bunga ini."
Senyum Farel kembali terbit saat pintu rumahnya sudah terlihat dari koridor partemen. Ia mempercepat langkahnya. Mengetuk pintu rumahnya, tetapi tidak àda jawaban dari dalam.
"Ara," panggil Farel seraya membuka pintu rumahnya.
Pintu ia buka dengan mudah. Ruang tamu terlihat sepi, hanya Mochi yang terlihat mondar-mandir di dalam kandangnya. Ia melihat pintu kamar Ara tertutup rapat. Farel hanya bisa menghembuskan napasnya kasar, ia tahu jika ancaman Ara untuk mogok bicara masih berlangsung.
"Hai, Mochi," sapa Farel lemas.
"Meow."
Melepas sepatu dan menghempaskan tas kerjanya ke sofa, kemudian ia pun menyusul mendaratkan bokongnya ke sana.
Menatap buket bunga tulip yang masih segar dengan sedih."Gue bayangin lo jingkrak-jingkrak liat bunga ini. Gue yakin, lo kemarin hanya asal minta bunga tulip dan mikir kalo gue nggak bakalan beliin bunga ini," monolog Farel pelan.
Ia bangkit dan mengetuk pintu kamar Ara. Tetapi, tidak ada jawaban sama sekali. Farel menoleh ke arah jam dinding, masih jam 5 sore, pikirnya.
"Apa dia sudah tidur?" tanya Farel dalam hati.
Farel mengambil tote bag warna putih dan memasukkan bunga itu di sana. Menggantungnya di pegangan pintu, berharap Ara akan keluar dan menerima bunga pemberiannya sebagai bentuk permintaan maaf.
Farel mengunci pintu depan dan kembali ke kamarnya. Tak berapa lama, ia keluar lagi dengan secarik kertas folio yang bertuliskan pesan menyentuh permintaan maaf.
"Ara sayang, maafin gue. Mulai besok, lo bebas dandani Mochi, deh. Asal jangan cabuti bulunya. Sebagai permintaan maaf, gue turuti permintaan lo. Semoga lo suka, Istrinya Farel yang cantik."
Farel menyelipkan kertas itu ke bawah pintu dan tidak lupa ia mengetuk pintu kamar Ara sekali lagi, sebelum ia kembali ke kamarnya.
Sementara itu ....
Ara mengabaikan saja ketukan di pintu. Ia terlalu malas menanggapi Farel. Toh, ia juga sudah menyiapkan makanan untuk Farel di meja makan.
"Besok gue bantai, tuh, kucing. Atau, gue undang dua kucing Farhana, ya? Biar Pluto dan Jupiter sebagai tersangkanya, jadi gue aman dari segala tuduhan pembunuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochi Cupcake [Terbit]
Teen FictionPenyuka kucing versus penyuka kue. "Jangan sentuh kucing gue! Dia bisa mati kalau lo jewer telinganya!" bentak Farel. "Ihh, dia ngikut gue terus! Rese banget kucing lo! Sama kayak tuannya!" jawab Ara dengan suara meninggi. "Astaga, kucing emang gitu...