Happy reading
Siapa fans Mochi? Yuk, jangan lupa tekan bintang ya.Suara ketukan di pintu kamar berkali-kali membuat Ara harus membuka matanya. Sayup-sayup terdengar suara Farel yang memanggil namanya. Menghembuskan napas panjang, ia lalu duduk bersandar ke kepala ranjang.
"Apa, Rel?" tanya Ara dengan sedikit berteriak.
"Kita sarapan di luar."
Jawaban Farel membuat senyum di wajah Ara terbit.
"Yes, gue pingin makan bubur ayam di Kedai Mang Ujang. Dengan potongan daging yang melimpah, taburan bawang goreng yang kriuk, telur puyuh dan krupuk udang. Duh, gue bayangin aja udah ngiler duluan," monolog Ara bersemangat sambil membayangkan semangkuk bubur yang ingin ia santap.
"Ara, lo udah bangun 'kan?" tanya Farel dari luar kamar.
"Eh, iya, sudah. Sepuluh menit lagi gue keluar."
Ara bangun dan bergegas ke kamar mandi. Ia tidak ingin perutnya terlalu lama menunggu asupan makanan.
"Bubur ayam Mang Ujang, I' m coming."
Kini, Ara sudah siap. Meneliti kembali penampilannya di depan cermin. Make up tipis menjadi andalan Ara. Rambut dibiarkan tergerai, dress denim dan sling bag sudah menjadi pelengkap penampilannya. Keluar dari kamar dengan semangat empat lima.
"Yuk, Rel. Gue udah siap," ucap Ara dengan wajah berbinar.
Farel keluar dari dapur dengan sepiring roti bakar. Menatap Ara dengan raut wajah bingung. Ara pun sama, ia terkejut melihat Farel yang masih menggunakan celana pendek dan kaos oblong. Rambut Farel terlihat acak-acakan dan wajahnya juga kusut, menandakan jika suaminya itu baru bangun tidur.
"Lo mau kemana?" tanya Farel yang masih heran dengan penampilan Ara.
Ara mengalihkan pandangannya ke roti bakar. Roti berwarna golden brown dengan corak hitam bergaris itu tiba-tiba membuat selera makannya hilang.
"Bukannya tadi lo ngajak makan di luar?"
Farel menyodorkan piring berisi roti bakar ke arah Ara dan tersenyum geli. Ara meraih piring itu dengan wajah kecewa.
"Iya, emang. Gue bilang makan di luar, maksudnya, tuh, makan pagi sambil ngeteh di balkon."
Seketika merosot bahu Ara mendengar kata 'balkon'. Buyar sudah keinginannya untuk menyantap bubur ayam kesukaannya. Farel mendorong punggung Ara ke arah balkon. Betapa terkejutnya Ara saat mendapati dua cangkir teh dan semangkuk bubur ayam telah tersaji di meja.
Teh melati yang masih mengepulkan asapnya dan bubur ayam yang terlihat menggoda, membuat hati Ara girang.
"I—itu bubur buat gue?" tanya Ara sambil telunjuknya mengarah ke semangkuk bubur ayam.
Farel mendorong bahu Ara untuk menyuruhnya duduk di kursi. "Lo tadi malem sebelum tidur kirim telepati ke gue, dan sinyal telepati gue baru nangkep pagi ini." Farel tersenyum, ia menempatkan bokongnya ke kursi di samping Ara.
"Hilih," cibir Ara sambil tersenyum geli.
"Jangan lupa bayarannya."
Ara melirik tajam. "Dih, ketauan kalau ngasih kejutan, tapi hati nggak ikhlas."
Farel tertawa menerima sindiran dan lirikan tajam istrinya. Ia segera mengambil sendok dan menempatkan ke tangan Ara.
"Bukan nggak ikhlas. Nanti temeni gue ke Pet Shop dan belanja ke supermarket buat penuhi kebutuhan lo selama menjadi istri Farel. Gue nggak suka lo keluyuran ke pasar atau ke warung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mochi Cupcake [Terbit]
Fiksi RemajaPenyuka kucing versus penyuka kue. "Jangan sentuh kucing gue! Dia bisa mati kalau lo jewer telinganya!" bentak Farel. "Ihh, dia ngikut gue terus! Rese banget kucing lo! Sama kayak tuannya!" jawab Ara dengan suara meninggi. "Astaga, kucing emang gitu...