Scared Lady

55 6 1
                                    

Suara petir yang menggelegar membuatku terbangun dari tidur cantikku.

Jggerrr

Sial mengapa sangat menakutkan?!!!

Suara hujan kian deras. Aku menoleh ke arah jendela yang menampilkan kilat , membuatku seketika menyembunyikan seluruh tubuh ku dibawah selimut. Berikutnya aku mendengar suara gemuruh yang besar.

Aku meringkuk ketakutan.

Aku takut....

Allen...

Papa...

Kenapa tidak ada yang datang kesini?!!!

Sial, jam berapa ini????

Apa mereka masih tidur dan tidak mendengar suara petir sebesar ini?

Lagi-lagi suara guntur terdengar kembali. Kali ini suaranya tidak sekeras tadi.

Didunia ini ada 2 hal yang paling aku benci, Yaitu serangga dan petir.

Aku benar-benar benci mendengar suara Guntur yang bergemuruh. Rasanya seperti ada meteor yang jatuh didekatku.

Aku mendengar suara pintu terbuka.

Papa?

Atau..

" Nona"

Allen membuka selimutku. Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Tanpa ba-bi-bu, aku langsung bangun dan memeluk Allen. Aku merasakan elusan lembut dikepalaku.

" Tidak apa-apa, aku sudah disini."

Aku mendongak , menatap wajah Allen sambil cemberut.

" Kenapa lama sekali? Tidurmu nyanyak sekali ya, sampai-sampai tidak mendengar suara Guntur sekeras itu." Omelku kesal.

Allen terkekeh kecil, lalu mengangguk sambil meminta maaf.

" Maaf nona, tadi ada seseorang yang membuatku sangat lelah."

Pipiku memerah mendengar sindrian Allen. Sialan Allen. Siapa suruh dia terus meledekku. Karena kesal kusuruh saja dia menggendongku seharian. Rasakan itu!!!

Kilatan petir nampak dijendelaku, membuatku buru-buru menyembunyikan wajahku di dada Allen. 3 detik kemudian suara Guntur menggelegar, lebih kencang dari sebelumnya. Membuatku makin kencang memeluk Allen.

Aku bisa merasakan Allen balas memelukku. Salah satu tangannya digunakan untuk menutup telingaku.

" Allen, ayo ketempat yang tidak ada jendelanya." Bisikki takut.

Oiya, dipikir lagi dirumah ini, tempat yang tidak ada jendelanya hanya gudang. Tidak-tidak tempat itu lebih menyeramkan.

Aku kembali mendongak tanpa melepaskan pelukanku.

" Tidak jadi, Temani saja aku sampai tertidur."

Allen tersenyum sambil mengiyakan.

Hujan semakin deras dan sesekali kilat menyala.

Aku berdoa dalam hati agar badai ini cepat berlalu.

Aku melirik Allen yang sedang duduk tepat disebelahku.

Lampu tidur dibiarkan menyala, aku bisa melihat Allen yang sedang membaca buku sambil sesekali mengelus kepalaku.

Kilat dan Guntur masih saja bersahutan, membuatku sulit untuk tidur.

Besok-besok aku akan meminta papa untuk membuat kamar kedap suara.

" Nona belum tidur?"

Aku menggeleng sambil menatap Allen dengan wajah nelangsa. Aku benar-benar sangat mengantuk, tetapi aku takut untuk tidur.

Allen meletakan bukunya di nakas, selanjutnya ia mematikan lampu tidur. Aku yang memperhatikannya hanya mengernyit bingung.

Selanjutnya mataku membola saat Allen dengan santainya berbaring disebelahku. Hey Allen , kau tidak takut jika papa melihat ya?!!!!!

" Hey, Allen....

" Tuan tadi sudah pergi untuk perjalanan bisnis. Karena nona tidur jadi beliau tidak tega untuk membangunkan." Jawab Allen cepat.

" Begitu...."

Aku melirik Allen yang dengan santainya berbaring miring sambil menatap ku.

Berikutnya jantungku hampir copot saat Allen menarikku kedalam pelukannya. Ia menepuk-nepuk bahuku pelan.

Dasar Allen, kau mengambil kesempatan dalam kesempitan!! Akan kubiarkan kau kali ini saja.

Pelukan hangat Allen serta tepukan lembutnya membuatku tenang dan kian mengantuk. Bahkan aku sudah melupakan kalau diluar sedang ada badai petir.

Hoammmmm

Samar-samar aku mendengar suara bisikan allen, yang mengantarku ke alam mimpi.

" Selamat tidur, Ryuna."

******

Allen terus memperhatikan wajah nonanya yang terlelap, Sangat damai dan menggemaskan. Tidak seperti saat ia bangun, Ryuna pasti akan selalu mengomel dan memasang wajah jutek.

Allen tersenyum sambil sesekali mengelus pipi Ryuna yang agak berisi. Ryuna sudah tidur, tetapi Sekarang ia yang tidak bisa tidur. Bagaimana dia bisa tidur jika Ryuna sedekat ini? Ia harus mati-matian menahan jantungnya yang berdegup cepat.

Allen bisa merasakan pelukan Ryuna yang semakin mengerat di pinggangnya disertai gumaman- gumaman.

Sepertinya Ryuna mengigau.

' Allen.... Menyebalkan...'

Allen terkekeh mendengar igauan Ryuna tentang dirinya.

Allen mendekatkan wajahnya ke arah Ryuna.

" Kau lebih menyebalkan" bisik Allen.

Detik berikutnya, allen mencium lembut kening Ryuna.

" Mimpi indah, Ryuna."



My Butler, AllenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang