Lady's Past

112 13 0
                                    


" Begitulah ceritanya."

Aku melihat raut Allen yang menatap lurus kearahku.

" Nona bahkan belum memulai cerita. Kenapa menyudahinya?"

Suara datar Allen membuatku terkikik. Haha, lihat raut kesalnya itu. Sekali-kali memang dia harus di kerjai.

" Haha, baik, baik. Santai saja, Allen. Tidak usah kesal begitu."

" Beginilah ceritanya.....

*******

Sejak kecil tubuhku sangat lemah dan mudah sekali sakit. ayah dan ibu memutuskan agar aku menjalani homeschooling. Akibatnya aku tak memiliki teman. Hanya sepupu ku saja yang kadang bermain bersamaku ketika ia dan orang tuanya kembali dari luar negeri.

Ketika umurku 6 tahun, teman ayahku berkunjung kekediaman kami. Itulah pertama kalinya aku bertemu dengan nya. Seorang gadis kecil seusiaku dengan raut wajah polos dan pipi tembamnya. Dia bersembunyi dibelakang kaki ayahnya, menatapku malu-malu. Sedangkan aku melihatnya dengan wajah ingin tahu.

" Ryuna kenalkan, namanya Freya. Dia akan bermain dengan mu." Aku menatap ibuku dengan senyum lebar. Pandangan ku beralih kearah Freya yang kini menatapku dengan senyum malu-malu nya.

" Ayo, Freya. Perkenalkan dirimu." Suara ayah Freya membuat dirinya kini menatap ayahnya dengan pandangan bertanya. Sedetik kemudian aku bisa mendengar suaranya yang lucu.

" Namaku Freya  starlee."

" Namaku Ryuna Raynesia. Kau bisa memanggilku Ryu, Freya." Balasku dengan senyum ramah.

Setelah perkenalan itu, kami menjadi teman dekat. Freya selalu bermain kerumahku setiap minggunya ditemani oleh ayahnya. Begitupun denganku, Kadang kala aku mengunjungi rumahnya bersama ibu dan ayahku. Kamipun semakin akrab. Aku sudah menganggap Freya sebagai sahabatku. Kami menghabiskan tahun-tahun berikutnya dengan menjadi sahabat.

Hingga usiaku menginjak 9 tahun, ibu dan ayahku memperbolehkanku untuk sekolah di sekolahan biasa. Aku sudah cukup kuat dan jarang sakit. Akupun memilih sekolahan yang sama dengan Freya.

Kami menjadi teman sekelas dan selalu bermain bersama. Freya juga memperkenalkan teman-teman nya kepadaku. Aku sangat senang memiliki banyak teman. Rasanya, aku suka sekali bersekolah. Karena dengan bersekolah, aku bisa bertemu dengan Freya dan teman-teman lainnya.

Ditahun yang sama, berita menggemparkan juga menghampiri keluargaku. Ayah dan ibuku bercerai. Aku tidak mengerti mengapa mereka berpisah. Bukannya ayah dan ibuku selalu akur? Mengapa mereka seperti itu. Aku sangat sedih, aku merasa ibu dan ayah semakin jauh dan meninggalkanku.

Ibu pergi dari rumah. meninggalkan ku dan ayah. Padahal ibu bilang padaku ingin pergi sebentar. Tetapi selama berhari-hari ibu tak pulang juga. Aku semakin bersedih dan terpuruk. Beruntung ayah selalu berada di sisiku. Mengatakan bahwa ibu akan kembali lagi untuk melihatku suatu hari nanti.

Akupun kembali ke sekolah. Aku ingin bertemu teman-teman. Aku ingin melihat wajah Freya dan teman-teman lainnya. Mungkin bermain bersama mereka bisa menghibur kesedihan ku ini.

Tetapi sikap Freya sungguh aneh. Saat aku mendekat, ia seakan menjauhiku. Begitupun teman-teman lainnya. Tidak ada yang menyapa dan ingin bermain denganku. Aku pulang dengan perasaan kecewa. Ah, mungkin besok mereka akan kembali seperti semula. Pikirku berusaha menghibur diri.

Tetapi keesokan harinya, sikap Freya dan teman-teman lainnya sama seperti hari kemarin. Ketika aku bertanya, tak ada yang mau menjawab. Freya bahkan tak mau duduk bersebelahan denganku. Saat itu aku benar-benar sedih. Mengapa mereka seperti ini? Mengapa mereka berubah? Apa salahku?

Dan semua itu terjawab ketika aku ingin mengambil bukuku yang tertinggal dikelas. Waktu itu sudah lewat jam pulang. Tetapi teman-teman ku masih berada didalam kelas. Tampak sibuk dengan kegiatan menghias kelas.

Kenapa mereka tidak mengajakku?

Dengan langkah pelan, aku memberanikan diri untuk masuk kedalam kelas. Tetapi saat didepan pintu, langkah ku terhenti saat mendengar suara seseorang yang sangat ku kenal.

" Ryuna bukan temanku. Aku tidak suka Ryuna. Sikapnya sangat menyebalkan. Berpura-pura manis dan mengambil semua perhatian."

Itu suara Freya.

" Kau tahu, ibu dan ayah Ryuna bercerai. Aku tidak mau berteman dengan orang dari keluarga hancur seperti Ryuna. Nanti, bisa-bisa kita juga akan tertular sepertinya jika dekat-dekat dengannya."

" Jadi, kau menyuruh kami untuk menjauhi Ryuna karena alasan itu? Freya kata ibuku, tidak baik menjauhi teman seperti itu."

Freya menatap sang pemilik suara dengan raut kesal.

" Kau mau tertular kesialan seperti Ryuna?"

Wajah itu menggeleng.

" Kalian tahu, ibuku bilang ibu Ryuna pergi dari rumahnya, Meninggalkan Ryuna."

Mataku membola

"Ibunya saja tidak sayang dengannya. Makanya dia tidak mau dekat-dekat dengan Ryuna."

Tidak-tidak, Freya. Mengapa kau berkata seperti itu??

Air mataku menetes. Freya yang kuanggap sahabat mengatakan hal sekejam itu tentangku.

" Jadi, kenapa kita harus dekat-dekat dengannya?"

" Kalian tidak mau tertular kesialan Darinya kan?"

Sontak, semuanya mengangguk.

" Maka dari itu, turuti saja kata-kata ku."

*********

" Setelah itu aku tidak mau kembali ke sekolah dan tidak mau bertemu dengan mereka."

Aku menatap Allen, tersenyum melihat raut wajahnya yang terdiam.

" Lalu, aku bertemu dengan mu dan kau menjadi fans nomor satu ku."

" Begitulah ceritanya, Allen."

Allen tersenyum kecil,menatapku dengan pandangan sendu. Membuat senyumku semakin mengembang.

" Eiyyyy, tidak usah berekspresi seperti itu. Aku sudah melupakannya kok, semua itu tidak penting."

" Nona, tidak baik-baik saja saat itu." Allen menghela nafas, menatapku dengan mata sendunya. " Andai kedatanganku bisa lebih cepat."

" Iya, aku memang tidak baik-baik saja saat itu."

Aku mendekatkan diriku pada Allen. Membuat wajahku tepat berada didepan wajahnya. " Terimakasih karena sudah datang dan menghapus memori kelamku, Allen."

Aku mendekatkan bibirku ketilinga Allen, membisikan sesuatu yang langsung membuat senyum di bibir Allen terukir.

Dahiku sedikit mengkerut melihat Allen yang tiba-tiba menggenggam tanganku. Sedetik kemudian, Allen mengecup tanganku dan memamerkan seringaian nakalnya.

" Aku akan selalu ada untukmu, Ryuna."

" Panggil aku nona! Dasar tidak sopan!"

Lagi-lagi Allen terkekeh, sementara aku menahan agar dia tidak melihat wajahku yang memanas.






My Butler, AllenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang