ARLUNA .35

96 11 0
                                    

Lima hari. Sudah genap lima hari hubungan mereka masih berjalan indah. Genap lima hari, mereka sudah harus mempersiapkan sidang kuliah, meskipun arjuna yang terlebih dahulu.

Hari ini, arjuna tidak bertemu dengan aluna. Perjanjian semalam antar geng dua ribu kini berkumpul di suatu tempat langganan, dimana lagi kalo bukan kedai ucang. Tidak hanya sekedar langganan, tempat ini sudah seperti basecamp bagi mereka sejak junior.

"Siap nggak nih h-3 bos?!"

Fathan menatap ke arah ketiga temannya, sore ini mereka tengah berdiskusi agar sidang terakhir berjalan dengan lancar, ini harapan yang tidak boleh gagal.

"Ya...menurut lo?" Tanya kenzo.

"Siap lah ngab. Ya kali nggak siap, kapan gue kerjanya."

"Bukannya lo udah kerja ikutan ngeband sama bang bisma?" Tanya azka.

Fathan menggeleng, "bukan kerja itu, cuma hobi."

"Kenapa nggak di buat cari duit?"

"Ngapain?"

"Ngamen hahahahahaha--" ujar azka terbahak-bahak.

"Sialan anying." Untuk beberapa saat mereka terdiam, fathan dan lainnya tidak sengaja memperhatikan arjuna yang masih berdiam diri mengaduk indomie. "Ini juga ngapa diem-diem bae? Tipes lu ngab?" Ujar fathan memegang kening arjuna yang tidak demam.

"Ngapa lo bro?" Tanya kenzo pada arjuna.

Arjuna akhirnya menggeleng pelan, "nggak apa-apa,cuma lagi mikir aja."

"Mikir apaan? Hutang negara?"

"Ndasmu."

"Terus apaan?"

"Ooooh pasti lo mikir bayar indomie kan?" Fathan mencoba mencairkan suasana agar sahabatnya bercerita apa yang di rasakan.

"Lo pikir gue miskin banget apa sampe nggak bisa bayar indomie goceng? Gila kali." Balas arjuna sengak.

"Terus apa dong sayang...?" Goda fathan.

"Najis fath...Hiih!"

"Gue mikir sidang gue lancar nggak ya, ntar dapet dosen yang bisa di ajak diskusi nggak ya, bisa di ajak rumpi nggak ya, di ajak mabar, bisa di ajak--"

"Hash bacot lo jun, sewa aja noh feni rose hostnya rumpi no secret jadi dosen lo. Udah cocok noh, mau di ajak rumpi kan?" Ucap fathan mengheran.

"Takut nih kalo dapet dosen limbad." Sahut azka.

"Heh, jangan orang itu! Entar beneran gimana? Buat lo aja deh." Balas fathan.

Azka menggeleng geli, "dih nggak dulu sorry. Mending pak joni lah, meskipun nggak jelas tapi masih bisa di ajak ngopi."

"Kalo gue mending pak winaryo." Ucap fathan.

"Mending pak guntur." Sahut kenzo.

"Pak guntur akuntansi ngab, bisa-bisanya lo minta anak teknik di bimbing orang itu, lo bilang hidup buat santai nggak usah di perhitungkan toh? Aya-aya wae lu jo." Protes fathan lagi.

"Ribet, mending pak subandi !" Imbuh arjuna.

Ketiga temannya melongo sambil mengingat nama subandi, "itu mah bapak lu." Ucap fathan teringat.

Arjuna terkekeh, mereka masih berbincang bak tidak mempedulikan apapun. Laptop terpampang di atas meja, ponsel masing-masing di singkirkan agar tidak begitu mengganggu. Memang begitu, cara berkumpul mereka harus mengingat perjanjian untuk tidak memegang hp terkecuali ada panggilan masuk, tapi untuk hari ini ponsel mereka tersembunyikan dan benar-benar fokus.

ARLUNA | Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang