Menjadi Istri Sepenuhnya

662 69 1
                                    

...

Setelah berpisah dari anak-anak dan sekolah, Hari-hari Veve terasa sepi dan membosankan. Tidak ada aktivitas seru yang dulu selalu ia lakukan di sekolah, pun tidak ada teman bercerita seperti kebersamaan di ruang guru yang terkadang lebih banyak membicarakan hal pribadi daripada masalah sekolah.

Ada rindu dengan aktivitas yang dulu terasa melelahkan, tapi Veve yakin perasaan semacam ini hanya akan berlangsung singkat. Ia pasti bisa beradaptasi dan menjalani hari sebagai full wife. Ya, ini saatnya ia mengabdikan diri sepenuhnya pada suami. Memberi yang terbaik.

Selama Fatrial bekerja ia menggunakan waktu kosong untuk membaca buku atau belajar hal baru. Meskipun full wife, ia tetap ingin produktif, setidaknya ia bisa mulai belajar memasak, atau mencoba hal-hal baru yang dulu tak punya cukup waktu untuk melakukannya.

Hari itu ia putuskan untuk memasak menu lain dari biasanya, ingin sekali datang ke rumah sakit saat jam makan siang dan membuat kejutan untuk Fatrial. Betapa Veve sangat penasaran apa reaksi suaminya jika ia mendadak datang tanpa pemberitahuan.

Dengan sungguh-sungguh Veve membuat sushi dengan beberapa varian berbahan dasar salmon, mulai dari salmon cheese ball, spicy salmon roll dan salmon aburi. Semua menu tersebut memang sebelumnya belum pernah dimasak oleh Veve di rumah, tapi sesekali Fatrial pernah mengajaknya makan di resto Jepang, jadi bukan lagi menu asing buat Fatrial. Setidaknya kali ini tangan istrinya yang membuat.

@@@

Selesai menata semua menu, Veve segera berangkat ke rumah sakit. Kebetulan ia sampai sebelum jam makan siang sehingga poli dan ruang tunggu masih ramai.

Ia bisa melihat dari jauh suaminya sedang sibuk di dalam poli Paru, masih banyak pasien mengantri yang belum tertangani, juga beberapa perawat yang keluar masuk ruangan. Ia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi tunggu. Mengingat kembali masa lalu sebelum Fatrial menjadi suaminya. Sungguh ia tidak menyangka akan mencintai lelaki itu, bahkan dulu membayangkannya pun tidak pernah, yang ada hanya rasa rendah diri.

Menit demi menit berlalu, beberapa kursi yang tadinya penuh kini berangsur kosong, dan tinggallah Veve yang duduk seorang diri di kursi paling belakang. Ia melihat layar handphon-nya menyala, Fatrial menelepon.

"Iya mas." Veve pura tidak sedang menunggu.

"Kamu sudah makan?" Pertanyaan itu membuat degup hangat di hati Veve. Kenapa pertanyaan sesederhana itu bisa sangat membahagiakan, membuat senyum pun tanpa sadar terukir sendiri.

"Belum, kan aku nunggu mas."

"Menunggu?" Terdengar Fatrial terkejut dari intonasinya yang naik. "Tapi aku masih pulang nanti sore My, kamu makan saja dulu. Jangan menungguku."

Veve tak bisa menahan tawa, ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang kerja Fatrial. Dengan senyum lebar ia melongok dari balik pintu.

"Aku di sini."

Sontak Fatrial berdiri dari duduknya. Reaksi terkejut yang membuat Veve tertawa puas.
"Sejak kapan kamu di sini? Kenapa tidak telpon dulu?" Fatrial berjalan cepat menghampiri istrinya.

"Surprise." Veve mengangkat rantang berisi makanan di tangan kanannya. Seketika Fatrial terharu, ia usap pelan kepala istrinya. "Sejak kapan kamu belajar membuat kejutan?"

"Sudah ah! Ayo makan dulu." Veve menarik tangan Fatrial, berjalan menuju taman belakang rumah sakit.

....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dangerous Wedding 2 (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang