Cafe Dream

282 45 4
                                    

Selama pelajaran berlangsung, Nata benar-benar tidak bisa fokus. Ia hanya melamun memikirkan Jaemin yang kini pindah ke sekolahnya. Bagaimana bisa dirinya akan hampir setiap hari melihat sang pujaan hati didepan matanya langsung. Membayangkan nya saja sudah membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan.

Tak terasa, bel pulang pun berbunyi. Nata masih melamun dan tidak sadar akan hal itu, membuat Jeno yang sudah ingin meninggalkan kelas mau tak mau menghampiri sahabatnya yang sedari tadi hanya melamun.

Dengan gemas, Jeno menyundul kepala Nata dengan jari telunjuknya, membuat Nata sadar dan kembali ke dunianya setelah hampir 3 jam ia melamun.

"Ngelamunin apa sih lo dari tadi. Sampe ga nyadar kalo udah bel pulang." Ujar Jeno.

Nata yang tersadar pun mengedarkan pandangannya ke sekitar kelas. Sepi, itu yang Nata lihat. Benar, Nata sama sekali tidak sadar akan hal itu. Nata pun segera memasukkan buku dan kotak pensil nya kedalam tas.

"Hehehe... untung lo ngingetin gue." Ujar Nata sambil cengegesan. Jeno pun hanya dapat menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan pola pikir sahabatnya ini.

"Pulang bareng gue gak?" Tanya Jeno

Nata pun berfikir sejenak. "Eummm..."

Melihat tingkah laku Nata yang menggemaskan membuat Jeno langsung menarik Nata keluar kelas. "Udah ga usah kebanyakan mikir, ayok!"

Baru saja mereka keluar kelas, mereka sudah disambut dengan Haechan dan Jaemin yang sudah berada di hadapan mereka.

"Mampir Cafe Dream yok, pusing banget pala gue gara-gara ndengerin penjelasan pak Teil tadi." Ajak Haechan pada Jeno.

Jeno pun menoleh pada Nata yang berdiri di sampingnya. "Mau?" Tanya Jeno.

"Ayok Nat, ikut aja. Udah lama nih kita ga kumpul bareng." Ujar Haechan lagi.

"Eumm... males ah, temen-temen lo resek." Jawab Nata yang membuat Haechan mendelik.

"Ck, ayolah. Anak-anak tuyul itu ga ikut kok. Cuman kita berempat doang. Yuk!" Jelas Haechan meyakinkan Nata.

Nata pun mencoba berfikir sejenak. Sebenarnya Nata mau mau saja, toh ia juga sudah sering nongkrong bareng Haechan dan Jeno, namun masalahnya sekarang ada Jaemin. Hal itu membuatnya harus berfikir dua kali.

Jengah lantaran tak kunjung mendapat jawaban dari Nata, Haechan pun langsung merangkul pundak Nata dan mengajak nya keluar dari sekolah dengan paksaan. "Udahh... ayok ikut ajaa..."

Jeno dan Jaemin pun hanya bisa tertawa dan mengikuti mereka dari belakang. Sesampainya di parkiran, Haechan pun melepaskan rangkulannya pada Nata. "Nat, bareng gue aja yuk" ajak Haechan.

Dengan cepat Nata pun menolak "gak gak! Gak ada gue bareng lo! Terakhir kali lo ngegonceng gue, jantung gue hampir copot tau ga!"

"Yaelahh... baru hampir kan, belum copot?" Balas Haechan.

Belum sempat Nata menjitak kepala Haechan, Jeno sudah terlebih dulu memasangkan Helm kepada Nata.

"Udah udah, berantem mulu lo berdua. Ayok Nat." Ajak Jeno agar Nata menaiki motornya. Nata pun menaiki motor Jeno.
Sedangkan Haechan mendegus sebal lantaran gagal menggonceng Nata.

Motor mereka pun akhirnya mulai meninggalkan area sekolah. Dipimpin oleh motor Haechan, lalu ditengah ada motor Jeno yang menggonceng Nata dan dibelakang ada motor Jaemin.

Mata Nata sesekali melirik ke belakang, tepatnya melirik Jaemin. Ia benar-benar merasa tak nyaman berada disekitar lelaki itu. Sedangkan Jeno yang sedari tadi melihat itu dari kaca spion motornya hanya dapat tertawa dalam diam. Ia mengetahui apa yang dirasakan Nata saat ini. "Mau pulang aja Nat?" Tanya Jeno dari depan.

Bye My First... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang