Bintang

202 29 0
                                    

Pagi ini, Jeno duduk di bangku Nata sambil menunggu gadis itu datang. Ia juga tak lupa mengirim pesan kepada Nata, namun sejak kemarin, Nata tak membalas satu pesan pun padanya.

Jeno pun menghela nafasnya kasar. "Nat..." gumam Jeno.

Karina yang baru saja memasuki ruang kelas pun sempat kebingungan mendapati Jeno yang kini tengah duduk di bangku Nata.

Karina pun akhirnya menghampiri Jeno. "Lo ngapain duduk di sini?"

Jeno pun menatap Karina sekilas lalu matanya kembali fokus ke layar ponsel nya. "Lo kemaren sempet hubungin Nata ga?"

Karina pun mengerutkan dahinya bingung. "Enggak tuh. Kenapa emang?"

"Kringg..." bel masuk pun berbunyi. Lantas Jeno pun langsung mengambil tas nya dan berlari keluar kelas.

Setibanya di parkiran, Jeno langsung menaiki motornya dan tak lupa memakai helm nya. Lalu melajukan motornya keluar area sekolah dengan sedikit ngebut.

"LEE JENOO!! MAU KEMANA KAMU?!!" ucap pak Johnny yang saat itu sedang piket jaga di depan pagar sekolah.

Jeno mengendarai motornya ngebut. Yang ada dipikiran nya saat ini adalah bertemu dengan Nata. Entahlah, sejak Jaemin mengatakan akan menyatakan perasaanya pada Lami, membuat Jeno selalu khawatir pada Nata. Ia pun melajukan motornya terus sampai tiba di rumah Nata.

Setibanya di rumah Nata, Jeno pun langsung mengetuk pintu rumah Nata cukup keras.

"Nat... Nata? Lo di dalem kan? Nat buka pintu nya Nat!" Ucap Jeno sambil terus mengedor pintu rumah Nata.

Tak selang beberapa lama, pintu rumah Nata pun terbuka dan menampilkan tubuh seorang gadis yang terlihat sangat lusuh. Wajahnya pucat pasi, rambutnya berantakan, bajunya lusuh, dan yang paling jelas adalah mata gadis itu yang terlihat sembab.

Melihat Nata ada dihadapan nya sekarang membuat Jeno langsung memeluk tubuh gadis itu. Jeno memeluk Nata dengan sangat erat, seakan jika Jeno melonggarkan sedikit saja pelukannya, Nata akan pergi meninggalkannya.

"Nat lo kemana aja sih.... gue khawatir sama lo..." ucap Jeno yang tak melepaskan pelukannya.

Wajah Nata yang menempel pada dada Jeno pun membuat dirinya hanya berdiam diri sambil menghirup aroma tubuh sahabatnya itu. Ia tak berencana untuk membalas pelukan Jeno ataupun membalas pertanyaan Jeno.

Jeno pun melepaskan pelukannya pada Nata dan menatap lekat wajah gadis itu.

Jeno menangkup kedua pipi Nata. "Lo kemana aja sih Nat? Dari kemarin gue nyoba hubungin lo tapi ga bisa-bisa. Semalem juga gue ke rumah lo tapi ga ada orang. Lo kenapa sih Nat?"

Nata pun menatap wajah Jeno namun pandangannya kosong. Jeno yang melihat itu pun menghela nafas kasar.

"Kalo ini gara-gara Jaemin, gue bakalan ngabisin tu anak sekarang juga!"

"Nata jawab!" Kini suara Jeno mulai mengeras.

Nata yang masih tak merubah ekspresi wajah datarnya itu pun akhirnya berbicara. "Kayaknya gue sakit deh Jen."

Mendengar itu, Jeno pun langsung meletakkan telapak tangannya diatas jidat Nata.

"Gue ga nafsu makan, gue juga ga mau ngelakuin kegiatan apapun."

Nata pun menepuk dadanya sedikit keras. "Ini... disini... rasanya sakit banget Jen."

Jeno kini menatap lekat wajah Nata.

"Rasanya kayak... buat nafas aja susah."

Mata Nata kini mulai memanas. "Gue..."

Jeno pun sontak langsung memeluk tubuh Nata lagi. Ia menepuk punggung gadis itu dan mengusak surainya halus.

"Ssttt.... gue ada disini..."

Pertahanan Nata pun runtuh. Kini dirinya menangis dalam pelukan Jeno. Ia luapkan segala sesak dan kesedihannya di dada bidang lelaki itu.

"Hiks...hiks.."

"Sstt... gue ada disini."
.
.
.

Jeno baru saja mengambil makanan pesan antar dari depan. Ia pun segera menaruh sekotak pizza kehadapan Nata yang kini sedang duduk di meja makan.

"Nih, makan." Ujar Jeno sambil membuka bungkus pizza itu beserta saos dan mayonnaise nya juga.

Melihat Nata yang tak bereaksi apa-apa itupun langsung membuat Jeno menyodorkan sepotong pizza itu kedalam mulut Nata.

"Makan Nat!" Nata pun dengan berat hati memakan pizza itu.

Jeno pun menghela nafas kasar. "Sekarang lo tau kan, kenapa malam itu gue ga mau lo dateng ke acara itu?"

Nata pun menatap Jeno kaget. "Jadi..."

Jeno pun mengangguk. "Iya. Gue sama anak-anak yang lain udah tau kalo Jaemin bakalan nembak Lami di acara ulang tahunnya."

Nata pun meletakkan sepotong pizza nya ke atas piring. "Bego banget ya gue..."

"Bisa-bisanya gue pede banget kalo Jaemin ngebales perasaan gue."

Kini mata gadis itu mulai berkaca-kaca. "Lima tahun gue nangisin orang yang sama. Dan selama itu juga gue selalu berharap bahwa suatu saat nanti Jaemin bakalan nyatain perasaannya lagi ke gue."

"Dasar bego..." lanjut gadis itu.

🍓🍓🍓

Malam ini, Jeno menemani Nata dikamarnya. Jeno tak mau meninggalkan Nata sendirian di rumah. Apalagi saat ini, mama Nata sedang berada di luar kota.

"Lo ga balik?" Tanya Nata yang kini sedang berbaring di atas kasur nya, menatap punggung Jeno yang kini sedang berdiri di balkon kamarnya sambil merokok.

Jeno pun melepaskan rokoknya dari mulutnya dan menghembuskan asapnya asal. "Nanti, nunggu lo tidur."

Nata pun memindahkan posisinya menghadap langit-langit kamarnya yang dihiasi tempelan bintang.

"Jen sini deh." Ucap gadis itu sambil menepuk-nepuk kasurnya.

Jeno pun segera mematikan rokoknya dan masuk kedalam kamar. Ia duduk di bawah lantai bersandarkan pinggiran kasur Nata.

"Kenapa?"

Pandangan Nata pun tak lepas dari temepelan bintang yang ada di langit-langit kamarnya. "Bagi gue, Jaemin itu kayak bintang jatuh yang dikirim tuhan buat gue."

Kini Jeno menatap lekat wajah Nata.

"Gue pernah begitu bahagia pernah ngedapetinnya. Gue ngerasa gue adalah manusia paling beruntung di muka bumi ini saat gue ngemilikin dia." Nata tersenyum, lalu ia menutup matanya.

"Tapi sampe suatu saat, gue kehilangan bintang itu. Gue mutusin buat nunggu bintang itu dateng lagi ke gue. Gue selalu minta tuhan buat kirim lagi bintang itu buat gue." Tak terasa, setetes air mengalir indah di pipi Nata. Jeno masih memperhatikan Nata dalam diam.

"Sampe akhirnya, gue sadar." Nata membuka matanya dan beralih menatap Jeno yang kini juga menatapnya.

"Gue sadar bahwa bintang yang sama, gak akan pernah jatuh untuk kedua kalinya."

"Kenapa gue baru sadar kalau gue udah kehilangan Jaemin begitu lama Jen? Kenapa mencintai Jaemin begitu menyakitkan?!" Nata sudah tak bisa membendung air matanya. Lagi dan lagi, ia menangis di hadapan Jeno.

Jeno pun mengusap air mata yang jatuh di pipi gadis itu. "Cinta itu harusnya ga nyakitin Nat. Kalau cinta buat lo sakit, itu artinya lo mencintai orang yang salah."

Bye My First... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang