Slank - Bimbim Jangan
Menangis [🎶]
"Akhirnya kamu disini, kemana aja kemarin kemarin? Ngurusin skripsi ya?" Tanya om ku.
Aku nyengir aja ngangguk-ngangguk.
Punggungku di pukul ayah.
"Orang skripsi gak kelar-kelar ogh om"
Tante, budhe, pakdhe mulai ngecengin aku.
"Lho la ngapain kamu tuh, pasti main terus ha ha" Kata si budhe.
"Enggak.." Jawabku agak pelan.
Usai itu, kakak sepupuku masuk ke rumah kakek dan lewat lagi buat duduk di luar.
Katanya dia habis membantu tetangga sebelah.
Ayah nunjuk pintu.
"Tuh, kakakmu kuliah sama kerja sambilan aja masih sering pulang. Masih disuruh mbantu tetangga juga. Lha kamu?"
Nyengir aku.
Nunduk mainin jaketku.
Ucapan ayah terus disahut "Sibuk paling" Oleh si om dengan nada ngejek.
Lalu yang mereka anggap puncak komedi adalah balasan ibuku,
"Sibuk pacaran, remaja kan cintaaa mulu pikirannya"
Ketawa mereka.
Ya gitulah percakapan para orang dewasa yang terus terulang.
Aku sampai hafal.
Meski perkataan mereka gak bener, tapi aku tidak coba melawan.
Aku tidak bisa menandingi mereka jika sudah berdebat.
Itu bakal melelahkan dan makan hati.
Aku heran, kenapa sih?
Emang menyenangkan ngobrolin sesuatu yang belum jelas bisa bikin sakit hati orang itu apa enggak?
Mereka pikir dengan mbandingin aku sama kakak sepupu bisa bikin termotivasi apa?
Hell no.
Aku lihat pintu, rupanya kakak sedari tadi berusaha memanggilku.
Aku langsung ngibrit ke dia.
Aku tepuk bahunya, "Lo gakpapa?"
"Dada gue sesek" Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pelukku untuk pelikmu • chaennie
FanfictionSatu Ale, untuk dipeluk Jena. © 2021 SAMUELSAID