15: Bukan begitu kok andai kamu mau dengar

257 66 47
                                    


James Arthur -
Say You Won't Let Go
[🎶]



"Hm, hm, hm"

Tidak hentinya aku mengusap keringat yang mengucur deras melihat dosen pembimbingku bergumam mengecek revisi skripsiku.



Akhirnya beliau menatapku,

Sebelum akhirnya menyerahkan kertas hasil kerja kerasku itu.


"Ini udah bagus. Tinggal ini sama ini aja, oke?" Kata beliau nunjuk lingkaran yang dia gambar.

Aku ngangguk seneng.

Setidaknya udah ada kemajuan.



Pas aku mau keluar, beliau manggil aku.

Aku udah siap-siap nahan emosi jikalau beliau mau ngomong aneh-aneh.



"Kamu pasti bisa, Jena"

Oh? Tumben.

Aku hanya meresponnya dengan senyum tipis dan mengangguk lalu keluar dari ruangan.





Cepat-cepat aku lari ke halte bis untuk pulang.

Sebisa mungkin aku menghindari Ale yang tadi sempat sekilas aku lihat.



Tapi tampaknya semesta memang tidak pernah mau bekerja sama denganku,

Sebab Ale ternyata sudah tau dan segera menghampiriku.




"Kakak kok ke halte?" Tanya Ale agak bingung.

Aku berusaha gak melihat wajahnya.

"Ya mau pulang" Jawabku.



"Kok gak bareng aku? Kan aku udah kirim chat, aku nungguin kakak"

Kuhembuskan nafas malas.

"Gak baca, maaf. Udah kamu pulang aja dulu, aku naik bis"


Dari ujung mata, samar aku lihat Ale bergeleng.

Kesal nampaknya.




"Ya masa aku pulang naik motor, ninggalin pacarku naik bis? Gimana sih kamu, lawak ah" Ujarnya.

Ah iya, kami akhirnya berpacaran.


Namun justru semenjak itu, aku jadi makin gak tenang dan resah.

Ujung-ujungnya aku bakal ngelampiasin emosiku ke Ale lagi, sama seperti biasa.




Gak aku jawab perkataan si Darling,

Lebih pilih diam dan segera berdiri saat bis yang aku tunggu sudah mulai mendekat.


Tanganku di tahan Ale.

"Kenapa sih? Salah aku apa lagi sekarang?"


"Lepas! Sakit!" Ujarku menepisnya.

Di dalam bis, aku lihat Ale masih mengejar menggunakan motornya.

Bahkan sampai aku berhenti.




Keluar bis aku langsung jalan gitu aja menuju ke tempat kost-kostan.

Ale turun dari motor dan menuntunnya berjalan di sampingku.

"Kak Jena, kenapasih?"



Selama hampir lima belas menit, dia ngomong sendiri.

Bertanya kenapa, menawari tumpangan, meminta maaf, dan lain lagi.




Aku sudah tidak tahan.

Rasanya yang mengendalikan tubuhku bukan aku.


Sebab aku berbalik dan berteriak marah.

"Kita putus aja!"


Darling menstandarkan motor,

Kemudian menautkan dua alisnya.

"Emang kenapa? Kenapa tiba-tiba minta putus?"





"KARENA KAMU ITU CHINA!"

Bentakku tepat di depan wajah Ale sambil menunjuk-nunjuk.



Hancur sudah.

Ale melihatku seperti tak percaya.


Aku ingin bilang maksudku bukan begitu andai dia mau dengar,

Tapi setelah begitu memang Ale masih mau dengar?

Pasti dia sudah menganggapku rasis.




Disisi lain pendapatku tentang aku dan Ale yang seharusnya lebih baik jika tidak bersama masih menyelimuti.

Jadi aku pikir,

Sekalian saja aku hancurkan hubungan kami.



Aku mendorong badan si Darling,

Lalu kutendang motor yamaha jadulnya sampai jatuh.

Aku yakin pasti motor dia akan tambah rusak.



Kemudian aku lari.

Secepat mungkin sampai ke kost dan menutup pintu kamar.






I know I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you
Until we're grey and old


—james arthur,
say you won't let go


pelukku untuk pelikmu • chaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang