Part 3

8.1K 1K 5
                                    

Kini Celia tengah bersantai ditaman. Setelah drama sarapan tadi ia jadi berfikir apakah memang semudah ini merubah mereka?

Tidak, bukannya mudah tapi memang  mereka saja yang sudah seperti itu sejak dulu, ya ini semua salahnya yang terlalu tertutup sejak kecil.

Dulu Celia memang tidak pernah dekat dengan Ayah dan Kakaknya, Celia itu memang tipe anak yang pemalu dan tertutup, dia hanya dekat dengan ibunya. Apa lagi setelah ibunya meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya, Celia semakin menutup diri dari dunia luar.

Jangan berfikir Kakak dan Ayahnya mengacuhkan Celia, ya walaupun dulu dia berfikir seperti itu. Tapi nyatanya mereka tidak ingi memaksa Celia dan membuatnya tidak nyaman, mereka berdua juga bukan tipe  orang yang lembut dan mudah tersenyum yang dengan mudah dapat membujuk anak kecil. Ayahnya itu terlalu kaku dan tegas jadi jangan harap dia bisa membujuk anak kecil apalagi Kakaknya, wajah yang dingin dan kata-katanya yang terlalu kejam bukannya membujuk yang ada anak kecil akan menangis saat berbicara dengannya.

Yah ini memang salahnya, dia yang tidak mendekatkan diri pada mereka berdua apalagi saat Ana datang, dia selalu memprovokasinya membuat Celia semakin menjauh dari Abercio dan Stefanos. Oh ya ngomong-ngomong nama Ayahnya adalah Stefanos Adalvino atau biasa dipanggil Duke Adalvino, dia juga sering dipanggil Duke Stefan tapi khusus Celia dia baru saja menyematkan nama baru untuk Ayahnya tadi yaitu Papa Fano, dan kalian tau saat Celia memanggilnya seperti itu, Duke Adalvino langsung memberikan dia senyum yang sangat menawan.

Ok lupakan sejenak tentang Stefanos maupun Abercio, sekarang mari kita mulai rencana untuk menghancurkan Ana. Jadi misi keduaku adalah menjadi pintar dan kebanggaan Adalvino.

Dikehidupan sebelumnya Celia terlalu meratapi kematian Duchess Adalvino yang membuatnya tidak memperhatikan pelajaran dalam bidang apapun. Ini memudahkan Ana dalam menjatuhkan Celia. Tapi sekarang Celia akan  membuat Ana tau, siapa jenius sebenarnya.

Ana Vioneta, setiap kali mengingat nama itu sudah membuat Celia geram sendiri.

Jadi sekarang mari temui Papa untuk meminta para pembimbing akademinya. Celia tidak ingin menunda lagi, lakukan hal baik secepatnya, karena tidak baik menunda-nunda hal baik.

"Maly dimana Papa?" Celia menatap Marry yang ada dibelakangnya. Marry sejak tadi menemani Celia yang sedang melamun sambil menatap hamparan bunga Daisy yang ada ditaman ini. Ah Celia jadi malu memikirkannya.

"Tuan sedang berada diruang kerjanya nona, apakah anda ingin menemui beliau?"

"Ya Maly, tolong antalkan Lia pada Papa."

"Baik nona."

Marry menuju ruang kerja Duke Stefanos dengan Celia di gendongannya, Celia memang meminta Marry menggendongnya tadi. Bukannya dia bermaksud manja, Celia hanya ingin mengakrabkan diri pada Marry yang sudah mengasuh dia sejak kecil. Bukan hanya Marry, Celia akan mengakrabkan diri dengan semua pelayan dan penjaga yang ada dikediaman ini lalu membuat mereka berada dipihaknya.

Saat hampir hampir sampai di pintu ruang kerja Duke, Marry dan Celia melihat Sir Evan tangan kanan Duke yang akan memasuki ruang kerja.

"Sil Evan, apa Papa didalam?"

Suara lembut yang manis itu menghentikan Evander yang telah memegang gagang pintu, melihat nona mudanya yang sangat cantik dan imut dalam gendongan Marry lantas membuat Evan tersenyum manis.

"Ah nona anda ingin menemui Duke? Beliau ada didalam, mohon nona tunggu sebentar saya akan memberitahu Duke tentang kedatangan anda."

"Baik Sil Evan mohon bantuannya, maaf sudah melepotkan anda."

"Sudah tugas saya Nona."

Evander masuk kedalam ruang kerja Duke, tak berapa lama ia keluar lagi dan mengatakan Stefanos memberi ijin agar Celia masuk.

"Papa!"

Mendengar suara manis putrinya, Stefanos lantas mengalihkan pandangannya dari berkas yang menumpuk dimeja ke pada Celia yang kini telah tersenyum masih dalam gendongan Marry.

Stefanos lantas mengambil alih putrinya dari gendongan Marry lalu beralih ke sofa panjang yang ada disana dan mendudukan Celia dalam pangkuannya.

"Kenapa digendong?" Stefanos bertanya setelah melihat Celian sudah duduk nyaman dipankuannya.

Celia mendongak menatap wajah tampan Papanya ini.

"Lia baik-baik saja Papa, Lia hanya ingin digendong Maly."

Stefanos hanya mengangguk mendengar jawaban Celia.

"Oh ya Papa, Celia ingin meminta sesuatu apakah boleh?"

Duke Adalvino mengangkat alisnya, sebenarnya ia sedikit heran dengan Celia, sebelum istrinya meninggal Celia adalah anak yang pemalu bahkan jika itu dengan dia dan Abercio. Jangankan meminta sesuatu, bertemu dengan mereka saja ia langsung menunduk. Tapi kini Celia bertingkah manis dan berani semenjak kematian Ibunya. Tapi biarlah Stefanos bahagia dengan perubahan ini, dengan ini ia akan semakin dekat dengan putri cantiknya.

"Katakanlah."

"Jadi Papa Lia ingin mendapatkan gulu pembimbing, Lia ingin belajal agal Lia bisa pintal dan membanggakan Papa dan Kakak. Sebelumnya ibu juga bilang pada Lia agal menjaga kalian jadi Lia ingin belajar banyak-banyak agal bisa menjaga Kakak dan Papa." Ucap Celia dengan sedikit bumbu kebohongan, ini juga bisa menjadi alasan perubahan sikap Celia agar Ayah dan Kakaknya tidak heran dengan perubahan tiba-tiba ini. Celia memang pintar.

Stefanos mengangguk mengerti. Wajah tampan Duke memang datar tapi matanya tidak bisa menyembunyikan kesedihan itu. Duke paham sekarang mungkin mendiang istrinya yang meminta Celia berubah seperti ini, mungkin maksud istrinya adalah agar Celia dekat dengan mereka sehingga ada yang akan menjaganya, tapi gadis polos ini malah mengartikan sebaliknya, dia berfikir ibunya ingin ia menjaga keluarga ini jadi putri kecilnya ini memutuskan untuk berubah dan mulai belajar.

Memikirkan itu hati stefanos mengahangat dan tanpa sadar pandangannya menjadi lebih lembut saat menatap Celia.

"Baiklah apa yang ingin kau pelajari?"

"Semuanya Papa, Lia ingin belajal banyak, Lia ingin tau semuanya."

"Tidak, kau masih terlalu kecil untuk itu. Pilihlah beberapa terlebih dahulu."

"Em kalu begitu Lia ingin belajal musik, ekonomi, sejarah, pedang, sihil, dan matematika, mungkin itu dulu Papa."

"Kau bisa belajar semua yang kau sebutkan kecuali pedang dan sihir. Kau masih terlalu kecil untuk itu Lia."

"Papa Lia sudah besal."

"Tidak! Lagi pula kau belum bisa mengeluarkan sihir."

"Lia bisa belajar Papa. Ayolah Papa kumohon."

"Tidak Lia, kau boleh belajar sihir jika sihirmu telah bangkit. Dan kau tau kebangkitan sihir tidak bisa dipelajari, itu akan bangkit dengan sendirinya saat kau berusia 10 tahun nanti. "

"Baiklah Papa."

Setelah itu hanya terdengan ocehan Celia yang sekali-kali ditanggapi Sang Duke. Meskipun yang diceritakan Celia adalah hal-hal sepele tapi entah mengapa Stefanos tidak merasa bosan sama sekali dia justru merasa senang mendengarnya.

¤

¤

👇🌟

Tinggalkan jejak ok....






Revenge From the Legitimate DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang