Part 2

8.7K 1K 25
                                    

Celia mulai membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar yang mewah nan bersih.

'Apa ini surga? tapi ini seperti kamarku dulu, Apa surga memang seperti ini?'

Celia memandang seluruh ruangan. Ia sangat bingung, bukankah ia sudah mati setelah meminum racun itu. Harusnya ia bertemu dengan ibunya sekarang, tapi kenapa ia berada dikamar. Dan mengapa kamar ini seperti kamar Celia sewaktu kecil dulu.

Cklak

Bunyi pintu yang terbuka mengalihkan atensi Celia. Marry? Kenapa Marry masih hidup bukankah dia sudah mati ketika mencoba menyelamatkanku dari penjara. Apakah ini benar-benar surga?

"Maly kenapa kamu disini, apa ini sulga?"

Bukannya menjawab, mata Marry malah berkaca-kaca mendengar penuturan Nonanya. Apa karena kematian Duchess nona menjadi seperti ini?

"N-nona tolong iklaskanlah sang Duchess, anda masih memiliki saya, Tuan Duke, juga Tuan muda Abercio. Mohon nona tidak berkata seperti itu."

Apa? Ibunda meninggal? Celia menatap dadanya. Datar? Kemana dadaku yang selalu kubanggakan itu? Lalu apa-apaan dengan suaranya yang cedal dan tangan mungil ini.

Celia turun dari kasur empuknya kemudian berlari menuju kaca yang terletak disebelah meja rias. Tak lama ia memandang terkejut pada sosok didalam kaca, itu dirinya? Kenapa sangat kecil dan imut. Ini jelas penampilannya saat kecil dulu.

Mata berwarna biru hampir seperti violet khas Keluarga Adalvino, rambut perak yang lembut dan berkilau, kulitnya yang putih, bersih dan lembut. Dan pipi dengan lemak bayi yang bulat. Astaga sangat menggemaskan. Seakan tersadar Celia menatap Marry yang sedari tadi memeperhatikannya. Jika perkiraannya benar maka...

"Maly belapa umulku sekalang?" astagaa lidah balita memang mengesalkan.

"Nona? Tentu saja 5 tahun, apa nona lupa?" tanya Marry dengan raut kebingungan.

"Lalu kapan Ibunda meninggal?"

"Kemarin, nona ada apa dengan nona apa ada yang sakit apa perlu saya panggilkan tabib?"

"Ah tidak Lia hanya masih bingung, telimakasih Maly"

Ternyata dugaannya benar. Tuhan mengabulkan doanya, sekarang Celia kembali lagi kemasa lalu. Ia inggat, dulu setelah Duchess dimakamkan Celia pingsan karna terlalu shok. Dan sekarang ia kembali kemasa ini, masa dimana semua kisah pahitnya dimulai.

Sekarang Celia tidak akan membuat kesalahan lagi. Tuhan sudah memberikan ia kesempatan kedua, maka dari itu Celia akan memanfaatkannya sebaik mungkin.

Ana sekarang aku sudah kembali, tunggu kehancuranmu. Aku tidak akan memebiarkan kau mengambil apapun dariku lagi. Kupastikan kau tidak akan mendapat apapun, akan ku ambil semua yang memang seharusnya kumiliki.

"Nona sebaiknya anda segera bersiap Tuan Duke dan Tuan muda sudah menunggu untuk sarapan."

Celia tersentak, perkataan Marry menyadarkannya. Astaga sedari tadi dia malah melamun sambil menatap dirinya didepan cermin.

"Baik Maly, tolong siapkan ail untuk Lia. Lia ingin mandi dulu."

"Baik Nona mohon tunggu sebentar."

Setelah Marry meninggalkan kamar Celia lantas menatap bayangannya pada cermin dengan senyum miring terpatri diwajah imutnya.

Berbagai rencana licik dan kotor sudah hinggap dikepala gadis cantik itu.

Ana cepatlah datang, aku akan menunggumu disini mari kita bermain bersama. Tentu saja permainan ini akan sangat menyenangkan untukku. Jadi cepatlah datang dan hibur saudari mu ini.

.

.

"Selamat pagi Papa, Kakak!" Suara yang terdengar begitu manis itu berasal dari sosok gadis imut yang baru saja memasuki ruang makan keluarga.

Kedua orang yang disapa sedikit terkejut kemudian menatap lembut sang gadis yang menyapa mereka.

Celia menatap keduanya dengan perasaan yang campur aduk, rindu, menyesal, sedih, bahagia semuanya menjadi satu. Namun sebaik mungkin ia menutupi perasaan yang hampir membuncah itu.

Lihatlah tatapan mereka yang begitu lembut, kenapa ia baru menyadarinya sekarang. Dulu ia mengartikan tatapan itu sebagai rasa kasihan. Sekarang ia sadar, tatapan itu hanya ia yang pernah mendapatkan dari dua pria berpengaruh ini.

Ini juga salah Ana yang selalu memprovokasinya membuat Celia semakin salah paham pada kedua pria dihadapannya.

"Apa kau masih sakit? sebaiknya istirahatlah atau kau akan merepotkan semua orang."

Kakaknya, Abercio Euclid Adalvino, memang kata-kata yang diucapkan sangat tajam dan akan membuat orang salah paham dan tersinggung. Dasar Kakaknya ini memang tidak pernah berubah. Kata-kata Abercio memang tajam dan menusuk, tadi intonasi lembut dan kekhawatiran yang terselip didalamnya sangat jelas terlihat. Ya walaupun wajah tampan itu tetap datar seperti biasa.

"Kak Cio maaf Lia sudah melepotkan semua orang, Lia tidak belmaksud seperti itu." suara yang lemah lembut itu mengalun dengan sedih, oh jangan lupa dengan kepalanya yang menunduk dan sudut mata yang berair. Sungguh penampilan gadis kecil yang polos dan haris dilindungi.

Baik lupakan masa lalu sejenak, sekarang mari perbaiki dan rubah semuanya. Misi pertama mari menjadi gadis polos yang tidak mungkin melakukan kejahatan lalu ambil hati Ayah dan Kakaknya, ah aku juga harus merubah sifat mereka padaku agar rencana selanjutnya lebih mudah. Ok Lia semangat!

Sang Duke dan Abercio merasa tertekan dengan penampilan Celia yang menyedihkan. Apalagi Abercio, dia merasa bersalah karena sudah membuat adik kecilnya bersedih.

"L-lia tidak jangan bersedih maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu." Lihatlah hanya dengan sedikit akting Kakaknya sudah kehilangan ketenangannya.

"Iya Lia jangan bersedih Cio tidak bermaksud seperti itu dia hanya mengkhawatirkanmu, jadi Lia tidak perlu merasa bersalah oke." Hey ayah kemana sifatmu yang dingin dan kejam itu. Kenapa kau sangat lembut sekarang.

"Baik Papa Kakak, maaf Lia tellalu sensitif."

"Tak apa, sekarang mari makan kau belum makan sejak kemarin malam."

Dengan itu Lia langsung diangkat Duke Adalvino dan mendudukan Celia dipangkuannya sendiri. Lia hanya mengerjapkan matanya dan memandang Ayahnya dengan polos.

Duke Adalvino dan Abercio yang melihat respon dari Celia berusaha mati-matian agar tidak mencubit pipi tembem gadis imut itu.

Tidak menunggu lama mereka sarapan dengan hikamat. Oh jangan lupa Sang Duke dan Abercio yang selalu memberikan makanan ke piring Celia hingga tampak menggunung.

Hey aku tau jiwaku sudah 20 tahun tapi, ini hanya tubuh gadis 5 tahun. Apa kalian tidak terlalu berlebihan.

Dan yang lebih mengesalkan mereka selalu mengejek badannya yang mungil itu, contohnya,

'Makanlah agar cepat tinggi'

'Lia harus makan yang banyak, tubuhmu sudah seperti tersisa tulang dan kulit saja'

'Lia makan ini, ini bagus untuk melengkapi gizi dari tubuh kecilmu.'

Sungguh mengesalkan...

👇🌟

Yo wasap ma pren jangan lupa klik bintang oke, sekali lagi klik bintang gratis kok....


Revenge From the Legitimate DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang