Part 12

7.2K 951 133
                                    

TYPO AREA!!!

~HAPPY READING~

"Luar biasa!"

"Wow!"

"Menakjubkan!"

Para tetua tidak mampu mempertahanlan ketenangan mereka. Luar biasa, gadis Adalvino itu memiliki potensi tidak terbatas.

Robert, Stefanos dan Aberciopun takjub dengan bakat yang dimiliki Celia. Mereka tidak menyangka di tubuh sekecil itu terdapat bakat dan potensi yang luar biasa.

Disisi lain, Celia mulai menarik kembali mana nya. Pandangan Celia terlihat buram, badannya lemas tak bertenaga. Ia mundur beberapa langkah sambil mengerutkan keningnya, tak lama tubuh kecil itu jatuh tak sadarkan diri.

"Lia!!"

Teriakan Abercio terdengar melihat adik kesayangannya jatuh pingsan.

Pelukan hangat menyambut jatuhnya tubuh Celia. Stefanos yang sudah melihat ekspresi tak beres putrinya bergegas maju melindungi agar tubuh Celia tidak menghantam lantai.

Robert yang melihat hal itu lantas maju, memeriksa kondisi murid jeniusnya itu.

"Tenanglah Duke, Lia tidak apa-apa. Dia hanya kelelahan dan tenaganya terkuras habis."

"Apa maksudmu! Lia pingsan dan kau bilang baik-baik saja panggilkan tabib, cepat!"

Abercio terlihat panik sembari memegang erat sebelah tangan Celia. Ia merasa marah, bagaimana bisa penyihir gadungan itu mengatakan baik-baik saja. Adiknya pingsan, wajahnya juga sangat pucat apalagi dahinya menggeluarkan banyak keringat.

"Tenanglah Abercio." Suara dingin Stefanos terdengar memperingatkan.

"Bagaimana aku bisa tenang Ayah! Lihat wajah Lia, dia terlihat sangat pucat!"

Stefanos tidak mengindahkan ucapan Abercio. Ditatapnya Robert yang terlihat tenang memperhatikan mereka.

"Kau yakin?"

"Ya! Tak mungkin aku bermain-main dengan kondisi murid kesayanganku."

Stefanos hanya mengangguk, tubuh mungil Celia diangkat perlahan. Ia terlihat sangat berhati-hati menggendong putri cantiknya itu.

Tak ingin membuang waktu Stefanos segera berjalan keluar dari ruangan itu. Tujuannya sekarang hanyalah pulang ke kediamana Adalvino agar Celia mampu beristirahat dengan nyaman.

"Tunggu!"

Sebelum mereka benar-benar keluar dari ruang test suara Robert mengintrupsi. Robert menghampiri Stefanos sambil membawa sebuah bungkusan. Diberikannya bungkusan itu pada Abercio yang terlihat tidak sabaran.

"Aku hampir lupa menggatakannya. Bawa obat ini kemungkinan nanti malam Celia akan demam. Mana element yang baru saja ia bangkitkan memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri. Kau pasti juga sadar akan hal ini. Tapi kita belum tau betul kondisi Celia. Dia mungkin hanya kekurangan tenaga sekarang, tapi jika sampai besok siang demamnya belum turun atau timbul masalah lain hubungi aku terlebih dahulu. Jangan panggil tabib istana. Kau mengerti?"

Stefanos tidak mengatakan apapun, Abercio juga tetap dia sambil menatap cemas pada Celia. Keduanya mengangguk paham. Mereka juga sudah memperkirakan hal ini. Istana sedang dalam kekacauan sekarang, jika memanggil tabib istana dan bakat Celia diketahui oleh semua orang, itu akan berbahaya bagi dirinya sendiri. Mereka sangat paham akan hal ini.

Robert yang melihat reaksi keduanya tidak menahan mereka lagi. Stefanos dan Abercio juga segera pergi meninggalkan menara sihir.

Robert tidak bisa mengikuti mereka sekarang. Ia harus mendiskusikan keadaan Celia dengan para tetua untuk mempersiapkan pelatihan Celia kedepannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Revenge From the Legitimate DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang