Part 8

6.9K 970 29
                                    

Beberapa hari sudah terlewati dengan damai, besok adalah hari dimana Celia akan melakukan test pengujian element, jadi hari ini ia mendapat libur untuk beristiharat dan bersiap melewati test.

Celia sedang duduk bersantai disamping danau buatan milik mendiang ibunya. Huh sudah sangat lama Celia tidak bersantai seperti ini. Sejak ia bereinkarnasi yang dia lakukan hanya belajar belajar dan belajar, juga memikirkan rencana-rencana balas dendamnya pada Ana. Sebelum pertempuran tiba Celia akan memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin, cukup sekali saja ia merasakan semua penderitaannya dulu. Tak akan pernah ia biarkan ada yang namanya lain kali.

Baiklah buang dulu rencana-rencana itu, sekarang tarik nafas, rileks kan pikiran, buang semua beban dan mari bersantai menikmati pagi yang cerah ini.

"Lia apa yang kau lakukan disini?"

Sial Tuhan sepertinya tidak bisa melihat dia bersantai. Ya Kakak tercinta Celia sedang menghampiri gadis itu. Abercio  memang kakak yang mengesalkan.

Celia tidak menjawab, melihat kearah Abercio dengan bibir mengerucut dan raut wajah kesal, jangan lupakan tangannya yang bersedekap didepan dada.

Abercio meremas tangannya sendiri dengan gemas. Aaa kenapa adiknya sangat menggemaskan, bisakan Abercio mengurung Celia dikamarnya sekarang?

Tahan Abercio tahan jangan buat adikmu ketakutan. Tapi demi tuhan wajah kesal Celia adalah yang terbaik.

"Ada apa? Kenapa kau kesal?" tanya Abercio setenang mungkin sembari duduk disebelah adik kecilnya ini.

"Kakak mengngganggu Lia!"

"Hey apa yang salah aku hanya bertanya."

"Ih Kakak Lia sedang bersantai tau."

"Baiklah-baiklah maafkan kakak oke."

"Uhum" Jawab Celia sembari menganggukan kepalanya.

Terjadi keheningan sesat, keheningan ini membawa susana damai dan tentram pada keduanya. Melihat danau dipagi hari seperti ini sangat menyenangkan.

"Kau sudah siap untuk besok?" Tiba-tiba suara Abercio memecah Keheningan.

"Iya Lia sudah siap." Celia tidak menoleh sedikitpun, tatapannya tetap tertuju pada danau.

"Tapi Kakak Lia sedikit takut, bagaimana jika Lia tak bisa menyelesaikannya dengan baik?"

Abercio menatap Celia yang kini menundukkan kepalanya. Mengangkat tubuh mungil itu dan meletakkannya dipangkuan Abercio. Menatap dalam Celia yang kini duduk dipangkuan Abercio juga menghadapnya.

"Hey ada Kakak dan Ayah yang akan selalu melindungimu, kami tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada dirimu Lia."

"Apakah test itu harus dilakukan besok? Apa tidak bisa ditunda?"

"Lia setelah manamu bangkit kita harus segera membangkitkan garis mananya juga. Semakin lama ditunda semakin besar resikonya. Mana yang ada dalam tubuhmu sekarang adalah mana kotor, saat pembangkitan element kotoran itu akan dibersihkan sendiri oleh elementmu. Jika tidak kotoran itu akan menumpuk dalam meridianmu dan itu sangat berbahaya.  Jadi ini yang terbaik untuk Lia, apa Lia paham?"

"Baik Kakak, maaf Lia banyak mengeluh."

"Tidak Lia, ini hal yang wajar jika kau takut. Usiamu madih terlalu muda sebenarnya. Tapi test ini juga tidak bisa menunggu hingga usiamu matang jadi kau paham maksud Kakak kan?"

Celia hanya mengangguk, raut cemas sangat terlihat diwajahnya. Abercio tidak tahan melihat ekspresi adiknya itu. Ditariknya Celia kedalam pelukan Abercio. Tidak bisa dipungkiri sebenarnya Abercio juga sangat cemas dengan test besok, dia baru saja dekat dengan adiknya ini.

Celia tersenyum bahagia didalam dekapan Kakaknya. Baiklah Celia akui dia hanya berekting tadi. Celia sudah pernah meraka penderitaan terburuk. Jadi test ini tidak akan menghalanginya, tekat Celia untuk membalas dendam sangat kuat. Dia sudah menjalani test ini dikehidupan sebelumnya walaupun gagal, Celia tau apa yang harus dilakukan pada saatnya nanti. Karena kegagalannya itulah yang memberi Celia pelajaran.

Celia maupun Abercio tidak berbicara lagi mereka terlalu enggan, keduanya masih dalam posisi berpelukan meresapi kehangatan masing-masih. Tubuh mungil Celia sangat nyaman untuk dipeluk membuat Abercio sangat betah. Tanpa keduanya sadari Stefanos melihat dan mendengar mereka sejak tadi.

Abercio mulai merasa pelukan Celia melonggar, dilihannya Celia yang tertidur di dada pemuda itu. Tak ingin membuat Celia tidak nyaman, Abercio menggondang adik kecilnya menuju kamar.

Dia bertemu Stefanos yang berdiri tidak jauh dari danau.

"Tertidur?"

"Ya Ayah, aku akan membawanya ke kamar."

"Datang keruanganku setelah itu, kita bahas test Celia."

"Baik Ayah."

Abercio menggendong Celia kekamar gadia kecil itu. Meletakkannya dengan hati-hati, lalu mengecup keningnya pelan.

"Kakak pasti akan melindungimu Lia, pasti, tidak akan kubiarkan terjadi apapun padamu."

Setelah membisikkan kata itu. Abercio keluar dari kamar Celia dengan hati-hati. Memandang adiknya sekali lagi sebelum benar-benar menutup pintu.

             ¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Holap Kangen gak sama Celia?

Okay sebelumnya aku mau minta maaf sama para readers ku tercentong. Aku lama up soalnya baru masuk kuliah jadi ada PKKMB dan segala tetek bengeknya...

Maaf ya aku sibuk banget akhir-akhir ini sampe gak sempet mau nulis....

Oh ya minta uang parkirnya aku cukup kasih bintang sama coment aja kok

Pay pay sampai jumpa chapther berikutnya...

Oh ya maaf typo bertebaran..

👇🌟

Revenge From the Legitimate DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang