MwD 12

2.1K 77 2
                                    

Hari ini adalah hari dimana Elvan akan memboyong keluarga kecilnya kerumah pribadinya.

Yup! Rumah pribadi, jauh sebelum Elvan menikah dengan alm. Sharen ibu kandung Zea, Elvan sudah memiliki rumah tersebut dari hasil u seorang pilot.

You Know lah yaa, dengan gaji pilot apalagi dengan pangkat Captain, Elvan dengan sangat mudah memiliki rumah impiannya.

"Kalian sering-sering main kesini yaa" Ucap Dewi sambil menahan isak tangisnya dipelukan Elvan.

"Pasti bu nanti, kalo Elvan libur pasti Elvan main ke sini" Jawab Elvan sambil mengeratkan pelukannya.

Sedangkan Albert hanya menggelengkan kepala melihat istrinya seolah akan ditingal selamanya oleh anak sulungnya.

"Udah bu, Elvan kan gak pindah jauh, kita masih bisa berkunjung, mereka juga masih bisa main lagian cuma sejam dari sini" ujar Albert.

Dewi mendengus sebal mendengar perkataan suaminya.

"Ibu, Breza pamit yaa, maaf kalo Breza ngerepotin ibu selama Breza tinggal dirumah ini" ucap Breza.

"Ibu malah seneng kamu disini nak, Zea jangan nakal yaa sama buna kalo ayah lagi dinas" ucap Dewi sambil berjongkok menjajarkan badannya dengan Zea.

Zea tersenyum sambil mengusap air mata Dewi yang membasahi pipinya.

" Zea akan nurut sama buna oma, jadi oma jangan nangis yaa, oma kan udah gede masa nangis kaya Zea aja, kalo Zea nggak papa nangis kan masih kecil" ujar Zea.

Sedangkan yang lain hanya tertawa mendengar ucapan polos Zea.

Giliran Alena yang tiba-tiba memeluk abangnya sambil terisak.

"Kok lu tega sih bang pergi, gw sendirian dong, lu tinggal disini aja kita jarang ketemu, sekarang lu malah pindah makin susah ketemunya" Alena masih terisak dalam pelukan Elvan.

"Cieee yang gak rela gw pindah rumah ciee " goda Elvan pada Alena.

Alena mendengus sebal dan mengelapkan ingusnya ke kaos Elvan lalu melepaskan pelukannya.

"Enggak pake elap ingus gini jugaa bocil" Elvan menatap pakaiannya yang sudah terkena ingus Alena.

"Lagian gw lagi romantis lu malah ngeledek, ngeselin banget sih" omel Alena dengan mengusap sisa air matanya.

Elvan terkekeh lalu kembali memeluk Alena.

"Ambekan, udah gede jangan ambekan, jangan manja gak ada gw, jagain ibu sama ayah ya, jangan kerja mulu pikirin kesehatan, pikirin juga jodoh" Elvan mengeratkan pelukannya dan mengecup kepala Alena.

Alena kembali terisak mendengar penuturan abangnya.

"Awalnya aja romantis ujungnya ngeledek"

Sedangkan yang lain hanya tertawa pelan melihat pemandangan didepan mereka.

Alena dan Elvan memang tipe saudara yang aneh, setiap kali ketemu pasti ada aja yang bikin ribut, tapi biarpun begitu keduanya saling menyayangi, bahkan Alena tidak malu saat Zea yang notabenenya anak Elvan memanggilnya dengan sebutan mami.

Alena melepaskan pelukannya. Beralih ke Breza.

"Kak titip abang sama Zea yaa, kalo abang rese getok aja kepalanya, gw ikhlas sumpah ikhlas lillahita'ala ikhlas lahir batin gw" Ucap Alena pada Breza.

Belum sempat menjawab omongan Alena, dengan cepat Elvan langsung menggetok kepala Alena.

"Aaww sakit bang" keluhnya.

Married With DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang